Rabu, 10 Agustus 2016

Lapang Dada

Saat gue menulis postingan ini, kalau gue gak salah hitung ya, bulan ini bertepatan dengan 1 tahun gue pindah rumah (baca postingan gue yang judulnya Move On).

Selama 1 tahun gue pindah rumah, ya Puji Tuhan gak ada halangan berarti. Rumah baru gue biar lebih kecil tapi nyaman buat ditempatin. Dan satu yang gue suka adalah di rumah gue yang sekarang, gue punya ruang kerja pribadi yang bikin gue makin semangat kerja. Asyik....

Ada temen gue yang beneran sok tau pas gue pindahan. Tiba-tiba dia ngeramalin kalau rumah baru gue gak akan bawa keberuntungan buat gue terus dia ngebacot kalau gue bakalan susah rejeki, dll. Gue sempet takut juga denger omongan temen gue karena gue pernah denger cerita kalau rumah baru terkadang gak bawa keberuntungan buat penghuni barunya. Tapi ketakutan ini gue mentahkan dan gue percaya semua akan berjalan dengan lancar seperti biasa.

Buat yang belum tau, jarak rumah baru ama rumah lama gue sebenernya gak jauh-jauh amat malah deket banget. Jaraknya cuma selisih 2 rumah dan agak sedikit berhadapan. Dari rumah gua yang sekarang masih bisa noong ke rumah gue yang lama, begitu juga sebaliknya. Gua kadang jadi mikir, jangan-jangan dulu waktu gua lagi aneh-aneh, gua suka diintipin sama penghuni lama rumah gua yang baru ini? Hiwwww.....

Tapi meskipun sudah 1 tahun gue pindah, gue masih suka sesekali nengokkin rumah gua yang lama. Padahal rumah yang lama sudah kosong melompong hanya menyisakan sofa karena semua barang sudah dipindah dan beberapa barang sudah diwariskan ke tetangga gue.

Berhubung gue susah move on, jadilah gue masih suka sesekali mampir. Mampir pun cuma naik ke atas kamar gue yang kosong. Disana biasanya gue duduk sambil nyender tembok, mengingat moment yang pernah terjadi di rumah ini.

Ah, terdengar melankolis sekali meskipun kata Bokap dan Nyokap itu adalah kegiatan yang benar-benar kurang kerjaan dan tidak berguna. Kekekekek

Gue biasa menghabiskan waktu sekitar 20 menitan di rumah gue yang lama dan setelah puas gua bakalan beranjak pergi untuk meneruskan kegiatan gue.

Tapi semuanya berubah sejak gue mengalami 1 kejadian yang benar-benar meyakinkan gua untuk tidak kembali ke rumah itu. Di suatu hari (mungkin sekitar 2 bulan lalu), seperti biasa gua hendak berkunjung ke rumah lama gua.

Gue rencananya mau nulis disana sambil tiduran di sofa lama gua yang memang masih ada disana. Gue memang bisa keluar masuk karena gue emang megang kunci rumah itu jadi kapanpun gua mau, gua bisa masuk kesana.

Jalan sedikit, gue buka pintu gerbang dan masuk pintu rumah. Dan saat gue buka pintu ada kejadian yang bener-bener bikin gue shock. Gue liat ada Bapak-Bapak lagi buka celana karena kehujanan (saat itu emang lagi hujan), gue bengong bentar nanya ini Bapak siapa. Apa dia mau mesum di Rumah lama gue atau ada apa ini?

Suasanan terasa begitu awkward karena satu yang heran kenapa dia bisa masuk kesini dan dia pun pasti heran kenapa gue megang kunci dan bisa masuk kesitu.

Gue inget kalau Bokap gue pernah cerita kalau Rumah gue yang lama bakalan ditempati oleh orang baru, apa jangan-jangan si Om yang gak pake celana itu adalah orang baru yang dimaksud Bokap gue.

Gue akting pura-pura cool sambil nanya gini "Pak, Maaf ini saya penghuni lama Rumah ini. Kebetulan saya lagi nunggu paket dari Jakarta, apa Bapak nerima Paket saya gak ya?" 

Si Bapak tanpa celana tersebut sambil pasang muka bengong ngomong kalau dia baru nyampe ke Rumah gue itu dan gak nerima Paket apapun. Konyolnya dia ngomong gitu dengan posisi dia belum pake celana, OH MADAFAKA. Kenapa giliran ada Live pornografi di depan mata malah dapetnya Bapak-Bapak tidak bercelana.

Setelah dia ngomong gitu, gua pamit dan berjalan cepat ke rumah gue yang lama. Gue kemudian masuk ke kamar dan mulai memandangi rumah gue yang lama dari jendela kamar gua. Gue duduk termenung, entah mengapa ada perasaan sedih dan sedikit tidak terima ketika tahu jika tempat kenangan gue bakalan ditempati ama orang.

Mungkin rasa ini sama kayak perasaan tidak terima kita ketika mantan kita jadian ama orang lain. Mungkin...

Setelah lama duduk dan merenung, gue memutuskan buat keluar bersepeda, cari angin. Sudah lama gue gak bersepeda apalagi sejak sibuk ngurus Clobberin Store. Waktu kebanyakkan habis buat ngurus produksi dan ketemu buyer.

Awalnya gue rencana cuma mau muter-muter doang tapi entah kenapa gua jadi kepikiran buat bersepeda sampai ke Puncak Bintang. Puncak Bintang adalah salah satu tempat wisata yang lagi beken di Bandung, letaknya cukup dekat Rumah gua. Kalau kalian pernah ke Bukit Moko Bandung pasti tahu Puncak Bintang.

1 tahun lalu, gue pernah mencapai Puncak Bintang dengan bersepeda. Rasanya? Campur-campur. Ada perasaan puas, senang tapi diiringi dengan sakit di pinggang dan selangkangan gue hampir mati rasanya. Huffftttt. Saat pulang sih gampang karena jalanan turun tapi giliran naik itu yang menggila karena nanjak bener.

Gue gak tau deh kalau sekarang masih kuat atau gak bersepeda kesana. Apalagi belakangan ini gua semakin jarang bersepeda gara-gara ngurusin usaha.

Di tengah perasaan kecewa karena rumah lama gua yang sudah ditempati orang itu, gua mulai mengayuh sepeda. Di telinga gue menempel Headshet iPod buat menemani gua di perjalanan ini. Setengah perjalanan berhasil gua lewati karena track-nya emang datar dan cobaan baru datang ketika sudah melewati Caringin Tilu (Cartil) karena jalanan sudah mulai nanjak.

Gua menghela nafas panjang dan mulai mengayuh sepeda. Awalnya gua masih kuat tapi di tengah perjalanan kaki dan pinggang + nafas gua sudah mulai habis. Gue bukan perokok atau peminum alkohol dan selalu tidur cukup tapi ternyata hal itu gak membuat rute menanjak ini menjadi mudah.

Ini rasanya seperti saat gua menjalani proses move on. Berat dan sulit rasanya, untuk benar-benar bisa move on banyak hal yang harus dilewati. Entah itu ada perasaan kecewa, sakit hati, tidak terima or whatever tapi gimana caranya kamu harus tetap bisa melanjutkan hidup kamu sambil membawa semua perasaan tidak enak itu. Berat? Pastinya. Gua jadi ngerti kenapa banyak orang yang bertindak nekad setelah mengalami putus cinta. Gimana sih rasanya ketika hati dan perasaan kamu sedang sedih terus kamu merasa kecewa berat tapi kamu gak bisa menyalurkan emosi kamu itu ke arah yang benar?

1 jam lamanya gua mengayuh akhirnya gua sampai juga di Bukit Moko. Suasana sedang sepi dan hanya ada segelintir orang yang sedang foto-foto disini. Tempatnya belum banyak berubah sejak terakhir gua datang kesini, bedanya mungkin sekarang cuma lebih banyak penjual makanan.

Gua parkir sepeda dan mulai berjalan setapak demi setapak buat mencapai Puncak Bintang. Udaranya lumayan dingin dan cukup membuat gua kedinginan. 15 menit kemudian gua sampai juga di Puncak Bintang dan dari Puncak ini kita bisa lihat kota Bandung dari ketinggian.





Gua rogoh saku dan gua emang sengaja bawa kunci rumah gua yang lama.  Gua pandangi bentar dan gua lempar jauh-jauh kunci itu. Gua berjanji gak akan pernah kembali ke rumah lama itu dan gak bakalan sedih lagi karena rumah kenangan gua itu sudah diisi ama orang.

Setelah gua buang kunci itu, gue memutuskan buat pulang karena suasana sudah mulai gelap. Seperti yang gua bilang tadi, perjalanan pulang jauh lebih menyenangkan ketimbang perjalanan berangkat karena praktis gua gak perlu mengayuh sepeda karena jalanan turun.

Ini rasanya seperti kamu berhasil move on dari mantan pacar. Awalnya berat dan sulit (persis ketika gua sedang menanjak tadi) tapi akan menjadi mudah setelah kamu berhasil melewati proses itu (seperti perjalanan pulang gua).

Lagu di iPod gua kini sedang memainkan lagu 'Lapang Dada' dari Sheila On 7

"Kau harus bisa bisa berlapang dada
Kau harus bisa bisa ambil hikmahnya
Karena semua semua tak lagi sama
Walau kau tahu dia pun merasakannya"


Sesampainya di Rumah, perasaan gua belum sepenuhnya lega. Masih ada rasa kekecewaan tentang rumah lama gua dan entah kenapa gua jadi teringat lagi masa lalu yang bikin gua jadi sedikit drop.

Gue naik ke lantai 2 dan masuk ke kamar gua. Gue berbaring dengan perasaan yang kalut. HP sengaja gue cuekkin padahal dari tadi banyak yang chat nanyain orderan, dll.

Gak lama kemudian, Bokap naik ke lantai atas. Dia sepertinya mau nyalain lampu sembari tutup jendela lantai atas dan dia sepertinya tahu kalau gua lagi sedikit 'drop'. Dia buka kamar gua dan liat gua lagi tiduran sambil menutup muka dengan bantal. Perasaan gua saat itu jujur masih sedikit kecewa dan seolah semuanya bercampur jadi satu.

Bokap gua kemudian ngomong gini ke gua "Lapang Dada" sambil nyalain lampu kamar dan setelah dia ngomong gitu dia beranjak pergi dan turun ke bawah.

Gue cuma diem sambil memandangin punggung Bokap gua, waktu seolah berhenti sesaat dan ada keheningan yang tercipta sekaligus kelegaan yang datang di hati.

Satu masalah akan selesai asal kamu mau lapang dada dan percaya semua akan baik-baik saja...

Tidak ada komentar: