Sabtu, 09 September 2017
"Kerja dimana Mbak"
"Kerja jadi Apoteker di Rumah Sakit Santo Yusuf" jawab Mbaknya jutek
"Boleh minta tolong gak Mbak?"
"Apa?" Mbaknya makin jutek.
"Boleh minta dibuatin Obat buat menyembuhkan hati yang luka gak?"
"Hahahaha, obatnya satu, Move On" kata Mbaknya mendadak ramah sambil nahan geli.
Terdengar receh? Kalau gua bilang sih emang ini Jokes recehan tapi efektif dipakai buat memulai pembicaraan dengan Customer Uber gua yang keliatan jutek di awal.
Nyaru jadi Driver Uber berarti kamu harus bertemu dengan puluhan orang yang berbeda setiap harinya. Ada yang ramah dan welcome, ada yang jutek kebangetan, ada yang rempong cerita banyak hal sampai kehidupan pribadinya.
Menarik, cocok buat dipakai buat bahan menulis blog gua. Karena sampai sekarang masih banyak yang suka dengan tulisan UBER gua, sesekali gua masih suka Nguber (biar gak rutin, disesuaikan dengan pekerjaan asli gua di kehidupan nyata).
Sampai sekarang, gua pun masih sering nerima orderan offline (orderan tanpa aplikasi tapi via WA). Biasanya orderan ini datang dari Customer yang mungkin merasa nyaman dan sreg dengan gua jadi pengen gua jemput lagi. Untuk orderan ini sebenarnya sulit buat ketemu waktu yang pas karena sering banget gua dapet WA tapi gua nya lagi ngurusin Clobberin Time.
Eh, btw. Customer gua cantik-cantik loh, xixixixixixi
..............................................................................................
"Jemput saya di depan Puskesmas Jalan Plered Raya, di Antapani" sebuah chat datang dari Customer bernama 'Mira'.
"3 menit sampai Bu Mira" kebetulan posisi gua saat itu lagi di Antapani lagi jajan Cilor depan Lapangan Gasmin.
Gua memacu gas dan gak lama, gua sampai di depan Puskesmas Jalan Plered Raya. Seorang Ibu berhijab tampak lagi gelisah menunggu gua, dari raut mukanya Ibu ini sepertinya sedang diburu-buru.
"Ibu Mira? Tujuan hari ini kemana Bu?"
"Ke Bank M***** di Asia Afrika ya"
Ibu Mira naik dan gua bisa merasakan kalau Bu Mira sedang gelisah banget. Dan seperti biasa, gua mulai membuka pembicaraan dengan Customer gua.
"Ada acara apa Bu Mira di Bank M*****? Kerja disana?" tanya gua
"Oh enggak. Ini lagi ada masalah disana, mau diselesasikan"
Karena gua kepo, gua interview lagi tapi pake pendekatan yang berbeda. Gua gak langsung nanya apa masalahnya tapi gua cuma ngomong "Semoga masalah cepet beres ya bu. Jangan sampai urusan ama Bank lagi bu, susah kalau sudah ada masalah ama Bank".
"Iya nih bener. Kapok saya juga"
"Emang apa masalahnya Bu?"
Bu Mira terpancing dan mulai cerita masalah dia. Jadi ternyata Bu Mira menunggak biaya Kartu Kredit sebesar 10jt. Gak terlalu besar sih kata gua tapi mungkin buat Bu Mira nominal ini tergolong besar buat dia. Maklumlah perempuan, sekalinya punya kartu kredit langsung main gesek tanpa mikir panjang. Ya jadinya gini, pas ditagih jadi keliyengan sendiri.
Buat kamu yang gak bisa ngatur neraca keuangan mendingan jangan sampai punya kartu kredit deh. Geseknya emang gampang tapi bayarnya yang susah.
Setelah menunggak selama 3 bulan, yang ditakutkan akhirnya datang juga. Bu Mira mulai mendapat teror dari Debt Collector. Terornya sadis karena katanya sampai nelpon ke kantor buat maki-maki temen kantor yang sebenarnya gak tahu apa-apa.
Pernah si Debt Collector nelpon gini "Ibu kenapa belum bayar juga sih. Gak malu hidup punya hutang?"
"Mas, saya ini kemarin sakit. Uangnya saya pakai buat biaya rumah sakit. Mohon mengerti dong"
"Kenapa Ibu gak mati sekalian? Tapi sebelum mati, jangan lupa dibayar hutangnya dulu. Mati kok bawa hutang"
Debt Collector kalau ngomong emang kadang gak dikontrol dan bikin kesel sih. Jadi tujuan Bu Mira ke Bank M****** buat protes perlakuan Debt Collector sembari minta keringanan lagi biar hutangnya bisa dicicil.
"Begitu ini beres, kartu kreditnya mau saya gunting semuanya. Nyesel banget saya" kata Ibu Mira berapi-api. Penyesalan memang selalu datang belakangan bu.
Di tengah perjalanan tetiba HP Bu Mira berdering dan aha yang nelpon ternyata si Debt Collector. Bu Mira minta menepi dan minta tolong ke gua bilang kalau Bu Mira lagi gak ada dan bilang kalau gua anaknya.
Gua angkat telpon dan ucap salam sopan. Belum juga beres ngomong, dari ujung telpon si Debt Collector langsung ngebentak gua dan nyuruh gua kasih HP ke Bu Mira. Gua respon dengan sopan, bilang kalau Bu Mira lagi kerja dan HPnya ketinggalan di rumah.
Bukannya diem, dia malah nyumpahin gua dan Bu Mira mati. Ngatain gua punya Ibu yang berhutang gak mau bayar, ngatain gua 'bedebah', anak haram, dll. Gua yang daritadi masih bisa ngontrol emosi jadi kepancing juga.
"Bu Mira, saya kesana dulu ya Bu bentar" kata gua sambil nunjuk pohon di ujung.
Setengah berlari gua menuju ke pohon, emosi gua sudah naik semua. Asli, gua ini orang yang bisa mengendalikan emosi tetapi kali ini menurut gua sudah keterlaluan.
"Eh baj*****, kalau ngomong dijaga. Hargai orang yang lebih tua dari kamu. Kalau kamu maki-maki kayak gini, yang ada orang juga jadi malas bayar. Awas sekali lagi kalau kamu nelpon dan ngomong sembarangan lagi"
Gua maki kayak gitu, dia malah makin semangat buat maki gua. Gua bales maki sebentar dan tutup telponnya. Setidaknya hati rada plong sudah maki orang yang kurang ajar, hahahaha
Kita kemudian melanjutkan perjalanan dan gua kasih beberapa saran supaya Bu Mira bisa menyelesaikan hutang-hutangnya. Gak lama kemudian, kita sampai ke tujuan di Bank M***** , ongkos yang dibayar 8rb dan sebelum pergi gua bilang "Semoga masalahnya cepat selesai ya Bu"
3 Minggu berlalu dari kejadian gua, Bu Mira, dan Debt Collector. Gua dapet orderan atas nama Yustinus di Jalan Sunda. Pas dia naik dan berbincang sebentar, suaranya kok rada gak asing ya. Gua berasa pernah denger tapi dimana, logat Timur gitu.
"Pulang kerja Pak? Kerja dimana" tanya gua
"Oh saya jadi Collector di Bank"
"Di Bank apa Pak? Kebetulan saya juga punya banyak temen yang jadi Collector di Bank" kata gua ngibul padahal cuma 1 doang sih, hahaha
"Di Bank M***** Asia Afrika""
Pas dia jawab gitu, gua langsung flash back. Jangan-jangan ini Debt Collector yang waktu itu berbalas makian ama gua deh. Karena logat suaranya khas banget dan gua yakin banget kalau ini orang yang berbalas makian dengan gua tempo hari.
Rada ngeri juga sih mukanya, ahahahahahaha
"Jadi Collector berat ya Pak, orang punya hutang kok gak mau dibayar ya" kata gua mancing.
"Nah itu, yang namanya hutang ya harus dibayar. Kita juga gak bisa makan kalau nasabah gak bayar hutang. Didiemin malah ngelunjak gak mau bayar, dikerasin dikit malah balas marah. Serba sulit buat kita."
"Iya bener Pak, hahaha" kata gua ketawa sambil mikir di hati, si Pak Yustinus sadar gak sih kalau gua adalah orang yang tempo hari berbalas makin ama dia.
Pak Yustinus kemudian bercerita panjang lebar soal pekerjaannya, seru sih tapi emang beresiko. Dari hal ini gua belajar, supaya kita memandang masalah dari 2 sudut pandang mata yang berbeda. Apa yang dirasa orang buruk, jika kita liat dari sudut pandang mata lain mungkin tidak seburuk dugaan orang.
Ongkos Pak Yustinus aslinya cuma 5rb saja tapi dia kasih 20rb dan gak mau dikembaliin padahal jarak tujuannya dekat sekali.
.......................................................................................................
Gua mau nanya 1 hal ke kalian setelah baca cerita ini. Menurut kalian, customer gua yang mau gua ceritain ini gay tulen apa dia cuma sekedar basa basi doang. Beberapa temen gua yang gua ceritain bilang dia gay tulen tapi beberapa orang lain bilang itu cuma sekedar basa basi. Kasih tahu gua ya di akun medsos gua, apakah dia gay atau cuma basa basi doang.
Posisi gua lagi di Alun-alun Bandung, habis makan siang. Menu gua hari itu adalah nasi + telur dadar + sop (9rb harganya). Ini adalah menu yang selalu gua pesen setiap gua makan di Warteg, dari jaman gua masih ngepas sampai sekarang Puji Tuhan sudah lumayan
Gua cek HP dan dapet orderan dari Customer bernama "Sam". Posisi dia di Yogya Kepatihan, sebenarnya jaraknya gak terlalu jauh tapi yang bikin males adalah dari tempat gua ke Yogya itu lumayan harus muter dan jalur muter itu sering macet. Kalau misal dia perempuan sih pasti gua bela-belain tapi berhubung dia laki, gua jadi setengah hati.
#Halah
Gua chat bilang kalau lokasi penjemputan lumayan jauh dan minta dicancel aja. Tapi si Sam bilang dia mau nungguin gua dan bilang "Aku mau kok nungguin kamu, hati-hati ya"
Perhatian bener deh, apa karena dia liat foto gua di HP dia jadi dia mau nungguin gua gitu ya? Geer dikit
20 menit kemudian setelah melewati jalanan yang macet akhirnya gua sampai juga di depan Yogya Kepatihan. Ada cowok pake sweater biru, celana selutut, sepatu sandal, dan bawa tas dompet yang dijepit di lengan dia. Gua sih yakin dia ini si Sam dan setelah gua tanya, emang beneran dia customer gua.
Pas gua perhatiin, gayanya emang rada metrosexual ya dan rada kemayu. Eits, jangan salah sangka dulu. Gua gak mengeneralisir ya kalau cowok yang pake celana selutut dan bawa tas dompet itu rada kemayu ya.
Tujuan si Sam ke Jalan Sasak Gatung dan perkiraan gua, paling 10 menit juga sampai. Belum gua membuka pembicaraan, dia sudah memulai obrolan terlebih dahulu.
"Sudah lama di Uber?"
"Lumayan lama. Kerja apa kuliah Mas Sam?" kata gua balik nanya. Sebelum gua dikulik lebih dulu, gua langsung melakukan counter attack biar gak ditanyain.
"Oh saya kerja di SOGO yang di PVJ sambil sesekali jadi Make Up Artist (MUA)" jawab Sam manja.
Salah satu Customer gua yang kerja di SOGO pernah cerita kalau karyawan SOGO ternyata dilarang keras keluar dari Toko pas jam istirahat. Jadi SOGO ternyata punya kantin sendiri di belakang dan karyawan dilarang keras cari makan diluar pas jam istirahat. Bahkan katanya, karyawan dilarang bawa makanan apapun bentuknya (entah itu coklat 1 batang sampai Sozzis) ke dalam toko.
Gua nanya lagi ke Sam "Mas Sam, apa bener karyawan SOGO katanya gak boleh keluar dari Toko pas istirahat ya sama gak boleh bawa makanan ke dalem. Itu bener?"
"Kok tahu? Iya emang gak boleh"
Sam kemudian cerita panjang lebar soal kerjaan dia di SOGO sambil merangkap jadi MUA buat tambahan. Selama cerita, dua tangan dia megang pundak gua, rada geli sih tapi ya udah deh. Gua pikir positif aja, mungkin si Sam ini rada parnoan, jadi dia pegang pundak gua. Sam ini kebagian jadi penjaga stand sepatu Kickers, itu loh sepatu bermerk asal France yang harganya mayan tinggi.
"Wah, saya dari dulu kepengen beli sepatu Kicker tapi belum kesampaian nih" kata gua basa basi. Sebenernya gua punya sih dapet hadiah dari Kakak.
"Nanti belinya lewat saya aja. Kickers sering diskon sampai 50% terus kalau belinya lewat saya, dapet lagi diskon karyawan 30% jadi kamu bisa dapet diskon 80%"
"Wah yang bener? Ok nanti saya pesen lewat Mas Sam ya"
Percayalah gua cuma basa basi doang karena gua emang gak terlalu suka merk Kickers sebenernya.
"Kamu sudah punya pacar?" tanya dia
Widih, hati gua langsung berdegup. Pertanyaanya gini amat, gua bilang aja "Belum" biar cepet. Pas gua jawab belum, dia cuma bergunam "Oke, Oke". Pas dia ngomong gitu, asli gua ngerasa dia kayak mau 'nusuk' gua dari belakang, duduknya mayan nempel banget ama gua. Untungnya, tas gua ada di belakang dan lumayan tebel (isinya baju Clobberin Time yang mau gua kirim dan minum gua).
Entah sugesti atau perasaan gua aja, duduknya kok makin maju dan bikin gua terdesak ampe ke tangki bensin.
Tepat 10 menit lebih sedikit, kita sampai ke tujuan. Ongkosnya 6rb aja tapi dia kasih 20rb dan gak mau dibalikkin. Terus dia ngomong gini ke gua:
"Ayo masuk dulu ke kost saya. Sepi kok, kita ngobrol dulu bentar. Aku punya coklat dan kopi enak, ayo temenin aku"
"Aduh, maaf banget aku lagi ada perlu dulu nih ama temen. Entar ya aku maen kesini lagi, sudah hafal kok alamatnya" cara gua kasih 'angin segar' ke dia padahal mah sudah dipastikan gua gak bakalan kesini lagi.
Dia pegang tangan gua seolah mau narik gua masu ke kost dia. Terus dia ngomong gini "Jangan lupa Save ya nomor aku, nanti aku pilihin sepatu Kicker yang bagus buat kamu"
"Iya sudah disave kok" (padahal mah belum sih, hahaha).
Gua berangsur pergi dari hadapan dia dan dia kasih kode di tangan di kuping sambil berujar "Call Me".
Nah, dari cerita yang gua ceritain tadi menurut kamu, si Sam ini gimana? Apa dia gay terus naksir ama gua. Apa dia cuma basa basi dan baik hati ngajakkin gua makan coklat dan minum kopi di kost dia. Apa dia pengen curhat ke gua tentang masalah dia jadi ngajakkin gua. Atau apa? Kasih tau ya jawabannya yes :D
...............................................................................
Malam ini gua lagi sial banget. Jadi gini, hari ini gua ada janji jam 6 sore ada screening filmnya Stephen King di warung kebanggaan kita apalagi kalau bukan di Warung Darurat. Kebetulan gua adalah penggemar Novelnya Stephen King. Biar gak telat, gua beresin semua kerjaan gua (nulis buat Tabloid Bola dan rekap Clobberin Time) plus COD dulu ama beberapa orang. Jam 5 teng gua sudah beres dan siap mau berangkat ke Warung Darurat.
Kebiasaan jelek gua adalah kalau pergi gua selalu menyalakan UBER sambil berharap ada satu orang yang searah ama gua ke daerah Dipati Ukur (tempat Warung Darurat). Gua nyalain dan langsung dapet Customer namanya 'Luvita', dari nama sih udah kedengeran lucu ya. Kalau misalnya gua dapetnya laki, pasti langsung gua cancel dah. Hahaha
Luvita minta dijemput di Apartemen Gateway dan pas ketemu, ternyata kurang lucu orangnya (halah). Dan ini yang bikin shock, dia minta dianter ke Lembang. Itu mah jauh banget dari Warung Darurat.
Kalau sudah saling berhadapan gini, gua juga gak enak buat cancel ya. Jadi mau gak mau harus gua anterin deh ke Lembang. Perkiraan gua kalau gua ngebut, gua mungkin bisa ngejar nonton di Warung Darurat.
Gua lumayan ngebut dan ngurangin ngobrol biar cepet nyampe padahal Luvita ini kalau gua bilang anaknya seru diajak ngobrol. Gak usah dipancing juga sudah cerita banyak. Tapi gua salah karena ternyata jalanan macet banget dan gua sampai di tujuan Luvita jam 8 Malam.
Di HP gua sudah ada banyak chat dan miscall dari temen-temen di Warung Darurat, nanyain gua dimana. Dengan kondisi jalanan macet gini, perkiraan gua jam 10 Malam deh baru sampai dan dengan terpaksa, gua harus membatalkan rencana gua buat ikutan screening film Stephen King.
Sial bener atau lebih tepatnya ini karena kebodohan gua, kalau gua gak iseng nyalain aplikasi Uber, kayaknya gua sudah duduk deh di Warung Darurat nonton film sambil ditemani Green Tea Late dingin.
Gua menepi bentar ke Indomaret, beli minum dan istirahat sebentar. Pantat berasa panas banget karena perjalanan ini terlampau jauh. Gua cek hp dan ada WA dari kakak gua yang sedang membagikan cerita tentang 'Berkat Tuhan'. Gua gak terlalu memperhatikan isi chatnya tetapi gua tertarik dengan judulnya 'Berkat Tuhan'.
Dulu, gua masih terlalu naif. Mengukur berkat Tuhan itu dari rejeki yang datang, uang yang banyak, dan lain-lain. Gua berpikiran kalau gua belum jadi orang tajir itu artinya gua belum dapat berkat Tuhan.
Tapi seiring berjalannya waktu, sepanjang perjalanan gua jadi terkadang sering mikir gini, hari-hari gua setiap harinya hampir habis di jalan. Sejak tahun 2010, hidup gua sudah habis di jalan untuk membesarkan Clobberin Time, berangkat Pagi pulang Malam. Gua sering liat ada kecelakaan di jalan sampai kecelakaan tepat di depan mata gua, itu sering banget.
Belum lagi kondisi cuaca tidak menentu, kadang panas kadang hujan mendadak. Gua sering kehujanan tapi syukurnya sejauh ini gua belum pernah sakit sampai harus diopname di Rumah Sakit. Jangan sampai kejadian deh.
Puji Tuhan, Clobberin Time tetap stabil hingga hari ini dan gua selalu diberi keselamatan dan kesehatan. Itu berkat bukan San?
Gua jawab iya. Ketika kamu bisa pulang ke rumah dengan selamat, bangun pagi tanpa sakit itu juga berkat.
Berkat itu bukan melulu soal materi tetapi tentang seberapa besar kamu bersyukur buat hari ini. Intinya adalah jalani hidup ini dengan penuh bersyukur. Jangan membandingkan hidup kita dengan orang lain, sebab hidup adalah perjalanan, bukan pertandingan.
Ingat juga, gembok tidak pernah dibuat tanpa kunci. Demikian juga Tuhan tidak pernah mengijinkan masalah tanpa solusi. Tetap berusaha, berdoa dan sabar menanti. Jalan keluar itu pasti akan datang.
"Kerja jadi Apoteker di Rumah Sakit Santo Yusuf" jawab Mbaknya jutek
"Boleh minta tolong gak Mbak?"
"Apa?" Mbaknya makin jutek.
"Boleh minta dibuatin Obat buat menyembuhkan hati yang luka gak?"
"Hahahaha, obatnya satu, Move On" kata Mbaknya mendadak ramah sambil nahan geli.
Terdengar receh? Kalau gua bilang sih emang ini Jokes recehan tapi efektif dipakai buat memulai pembicaraan dengan Customer Uber gua yang keliatan jutek di awal.
Nyaru jadi Driver Uber berarti kamu harus bertemu dengan puluhan orang yang berbeda setiap harinya. Ada yang ramah dan welcome, ada yang jutek kebangetan, ada yang rempong cerita banyak hal sampai kehidupan pribadinya.
Menarik, cocok buat dipakai buat bahan menulis blog gua. Karena sampai sekarang masih banyak yang suka dengan tulisan UBER gua, sesekali gua masih suka Nguber (biar gak rutin, disesuaikan dengan pekerjaan asli gua di kehidupan nyata).
Sampai sekarang, gua pun masih sering nerima orderan offline (orderan tanpa aplikasi tapi via WA). Biasanya orderan ini datang dari Customer yang mungkin merasa nyaman dan sreg dengan gua jadi pengen gua jemput lagi. Untuk orderan ini sebenarnya sulit buat ketemu waktu yang pas karena sering banget gua dapet WA tapi gua nya lagi ngurusin Clobberin Time.
Eh, btw. Customer gua cantik-cantik loh, xixixixixixi
..............................................................................................
"Jemput saya di depan Puskesmas Jalan Plered Raya, di Antapani" sebuah chat datang dari Customer bernama 'Mira'.
"3 menit sampai Bu Mira" kebetulan posisi gua saat itu lagi di Antapani lagi jajan Cilor depan Lapangan Gasmin.
Gua memacu gas dan gak lama, gua sampai di depan Puskesmas Jalan Plered Raya. Seorang Ibu berhijab tampak lagi gelisah menunggu gua, dari raut mukanya Ibu ini sepertinya sedang diburu-buru.
"Ibu Mira? Tujuan hari ini kemana Bu?"
"Ke Bank M***** di Asia Afrika ya"
Ibu Mira naik dan gua bisa merasakan kalau Bu Mira sedang gelisah banget. Dan seperti biasa, gua mulai membuka pembicaraan dengan Customer gua.
"Ada acara apa Bu Mira di Bank M*****? Kerja disana?" tanya gua
"Oh enggak. Ini lagi ada masalah disana, mau diselesasikan"
Karena gua kepo, gua interview lagi tapi pake pendekatan yang berbeda. Gua gak langsung nanya apa masalahnya tapi gua cuma ngomong "Semoga masalah cepet beres ya bu. Jangan sampai urusan ama Bank lagi bu, susah kalau sudah ada masalah ama Bank".
"Iya nih bener. Kapok saya juga"
"Emang apa masalahnya Bu?"
Bu Mira terpancing dan mulai cerita masalah dia. Jadi ternyata Bu Mira menunggak biaya Kartu Kredit sebesar 10jt. Gak terlalu besar sih kata gua tapi mungkin buat Bu Mira nominal ini tergolong besar buat dia. Maklumlah perempuan, sekalinya punya kartu kredit langsung main gesek tanpa mikir panjang. Ya jadinya gini, pas ditagih jadi keliyengan sendiri.
Buat kamu yang gak bisa ngatur neraca keuangan mendingan jangan sampai punya kartu kredit deh. Geseknya emang gampang tapi bayarnya yang susah.
Setelah menunggak selama 3 bulan, yang ditakutkan akhirnya datang juga. Bu Mira mulai mendapat teror dari Debt Collector. Terornya sadis karena katanya sampai nelpon ke kantor buat maki-maki temen kantor yang sebenarnya gak tahu apa-apa.
Pernah si Debt Collector nelpon gini "Ibu kenapa belum bayar juga sih. Gak malu hidup punya hutang?"
"Mas, saya ini kemarin sakit. Uangnya saya pakai buat biaya rumah sakit. Mohon mengerti dong"
"Kenapa Ibu gak mati sekalian? Tapi sebelum mati, jangan lupa dibayar hutangnya dulu. Mati kok bawa hutang"
Debt Collector kalau ngomong emang kadang gak dikontrol dan bikin kesel sih. Jadi tujuan Bu Mira ke Bank M****** buat protes perlakuan Debt Collector sembari minta keringanan lagi biar hutangnya bisa dicicil.
"Begitu ini beres, kartu kreditnya mau saya gunting semuanya. Nyesel banget saya" kata Ibu Mira berapi-api. Penyesalan memang selalu datang belakangan bu.
Di tengah perjalanan tetiba HP Bu Mira berdering dan aha yang nelpon ternyata si Debt Collector. Bu Mira minta menepi dan minta tolong ke gua bilang kalau Bu Mira lagi gak ada dan bilang kalau gua anaknya.
Gua angkat telpon dan ucap salam sopan. Belum juga beres ngomong, dari ujung telpon si Debt Collector langsung ngebentak gua dan nyuruh gua kasih HP ke Bu Mira. Gua respon dengan sopan, bilang kalau Bu Mira lagi kerja dan HPnya ketinggalan di rumah.
Bukannya diem, dia malah nyumpahin gua dan Bu Mira mati. Ngatain gua punya Ibu yang berhutang gak mau bayar, ngatain gua 'bedebah', anak haram, dll. Gua yang daritadi masih bisa ngontrol emosi jadi kepancing juga.
"Bu Mira, saya kesana dulu ya Bu bentar" kata gua sambil nunjuk pohon di ujung.
Setengah berlari gua menuju ke pohon, emosi gua sudah naik semua. Asli, gua ini orang yang bisa mengendalikan emosi tetapi kali ini menurut gua sudah keterlaluan.
"Eh baj*****, kalau ngomong dijaga. Hargai orang yang lebih tua dari kamu. Kalau kamu maki-maki kayak gini, yang ada orang juga jadi malas bayar. Awas sekali lagi kalau kamu nelpon dan ngomong sembarangan lagi"
Gua maki kayak gitu, dia malah makin semangat buat maki gua. Gua bales maki sebentar dan tutup telponnya. Setidaknya hati rada plong sudah maki orang yang kurang ajar, hahahaha
Kita kemudian melanjutkan perjalanan dan gua kasih beberapa saran supaya Bu Mira bisa menyelesaikan hutang-hutangnya. Gak lama kemudian, kita sampai ke tujuan di Bank M***** , ongkos yang dibayar 8rb dan sebelum pergi gua bilang "Semoga masalahnya cepat selesai ya Bu"
3 Minggu berlalu dari kejadian gua, Bu Mira, dan Debt Collector. Gua dapet orderan atas nama Yustinus di Jalan Sunda. Pas dia naik dan berbincang sebentar, suaranya kok rada gak asing ya. Gua berasa pernah denger tapi dimana, logat Timur gitu.
"Pulang kerja Pak? Kerja dimana" tanya gua
"Oh saya jadi Collector di Bank"
"Di Bank apa Pak? Kebetulan saya juga punya banyak temen yang jadi Collector di Bank" kata gua ngibul padahal cuma 1 doang sih, hahaha
"Di Bank M***** Asia Afrika""
Pas dia jawab gitu, gua langsung flash back. Jangan-jangan ini Debt Collector yang waktu itu berbalas makian ama gua deh. Karena logat suaranya khas banget dan gua yakin banget kalau ini orang yang berbalas makian dengan gua tempo hari.
Rada ngeri juga sih mukanya, ahahahahahaha
"Jadi Collector berat ya Pak, orang punya hutang kok gak mau dibayar ya" kata gua mancing.
"Nah itu, yang namanya hutang ya harus dibayar. Kita juga gak bisa makan kalau nasabah gak bayar hutang. Didiemin malah ngelunjak gak mau bayar, dikerasin dikit malah balas marah. Serba sulit buat kita."
"Iya bener Pak, hahaha" kata gua ketawa sambil mikir di hati, si Pak Yustinus sadar gak sih kalau gua adalah orang yang tempo hari berbalas makin ama dia.
Pak Yustinus kemudian bercerita panjang lebar soal pekerjaannya, seru sih tapi emang beresiko. Dari hal ini gua belajar, supaya kita memandang masalah dari 2 sudut pandang mata yang berbeda. Apa yang dirasa orang buruk, jika kita liat dari sudut pandang mata lain mungkin tidak seburuk dugaan orang.
Ongkos Pak Yustinus aslinya cuma 5rb saja tapi dia kasih 20rb dan gak mau dikembaliin padahal jarak tujuannya dekat sekali.
.......................................................................................................
Gua mau nanya 1 hal ke kalian setelah baca cerita ini. Menurut kalian, customer gua yang mau gua ceritain ini gay tulen apa dia cuma sekedar basa basi doang. Beberapa temen gua yang gua ceritain bilang dia gay tulen tapi beberapa orang lain bilang itu cuma sekedar basa basi. Kasih tahu gua ya di akun medsos gua, apakah dia gay atau cuma basa basi doang.
Posisi gua lagi di Alun-alun Bandung, habis makan siang. Menu gua hari itu adalah nasi + telur dadar + sop (9rb harganya). Ini adalah menu yang selalu gua pesen setiap gua makan di Warteg, dari jaman gua masih ngepas sampai sekarang Puji Tuhan sudah lumayan
Gua cek HP dan dapet orderan dari Customer bernama "Sam". Posisi dia di Yogya Kepatihan, sebenarnya jaraknya gak terlalu jauh tapi yang bikin males adalah dari tempat gua ke Yogya itu lumayan harus muter dan jalur muter itu sering macet. Kalau misal dia perempuan sih pasti gua bela-belain tapi berhubung dia laki, gua jadi setengah hati.
#Halah
Gua chat bilang kalau lokasi penjemputan lumayan jauh dan minta dicancel aja. Tapi si Sam bilang dia mau nungguin gua dan bilang "Aku mau kok nungguin kamu, hati-hati ya"
Perhatian bener deh, apa karena dia liat foto gua di HP dia jadi dia mau nungguin gua gitu ya? Geer dikit
20 menit kemudian setelah melewati jalanan yang macet akhirnya gua sampai juga di depan Yogya Kepatihan. Ada cowok pake sweater biru, celana selutut, sepatu sandal, dan bawa tas dompet yang dijepit di lengan dia. Gua sih yakin dia ini si Sam dan setelah gua tanya, emang beneran dia customer gua.
Pas gua perhatiin, gayanya emang rada metrosexual ya dan rada kemayu. Eits, jangan salah sangka dulu. Gua gak mengeneralisir ya kalau cowok yang pake celana selutut dan bawa tas dompet itu rada kemayu ya.
Tujuan si Sam ke Jalan Sasak Gatung dan perkiraan gua, paling 10 menit juga sampai. Belum gua membuka pembicaraan, dia sudah memulai obrolan terlebih dahulu.
"Sudah lama di Uber?"
"Lumayan lama. Kerja apa kuliah Mas Sam?" kata gua balik nanya. Sebelum gua dikulik lebih dulu, gua langsung melakukan counter attack biar gak ditanyain.
"Oh saya kerja di SOGO yang di PVJ sambil sesekali jadi Make Up Artist (MUA)" jawab Sam manja.
Salah satu Customer gua yang kerja di SOGO pernah cerita kalau karyawan SOGO ternyata dilarang keras keluar dari Toko pas jam istirahat. Jadi SOGO ternyata punya kantin sendiri di belakang dan karyawan dilarang keras cari makan diluar pas jam istirahat. Bahkan katanya, karyawan dilarang bawa makanan apapun bentuknya (entah itu coklat 1 batang sampai Sozzis) ke dalam toko.
Gua nanya lagi ke Sam "Mas Sam, apa bener karyawan SOGO katanya gak boleh keluar dari Toko pas istirahat ya sama gak boleh bawa makanan ke dalem. Itu bener?"
"Kok tahu? Iya emang gak boleh"
Sam kemudian cerita panjang lebar soal kerjaan dia di SOGO sambil merangkap jadi MUA buat tambahan. Selama cerita, dua tangan dia megang pundak gua, rada geli sih tapi ya udah deh. Gua pikir positif aja, mungkin si Sam ini rada parnoan, jadi dia pegang pundak gua. Sam ini kebagian jadi penjaga stand sepatu Kickers, itu loh sepatu bermerk asal France yang harganya mayan tinggi.
"Wah, saya dari dulu kepengen beli sepatu Kicker tapi belum kesampaian nih" kata gua basa basi. Sebenernya gua punya sih dapet hadiah dari Kakak.
"Nanti belinya lewat saya aja. Kickers sering diskon sampai 50% terus kalau belinya lewat saya, dapet lagi diskon karyawan 30% jadi kamu bisa dapet diskon 80%"
"Wah yang bener? Ok nanti saya pesen lewat Mas Sam ya"
Percayalah gua cuma basa basi doang karena gua emang gak terlalu suka merk Kickers sebenernya.
"Kamu sudah punya pacar?" tanya dia
Widih, hati gua langsung berdegup. Pertanyaanya gini amat, gua bilang aja "Belum" biar cepet. Pas gua jawab belum, dia cuma bergunam "Oke, Oke". Pas dia ngomong gitu, asli gua ngerasa dia kayak mau 'nusuk' gua dari belakang, duduknya mayan nempel banget ama gua. Untungnya, tas gua ada di belakang dan lumayan tebel (isinya baju Clobberin Time yang mau gua kirim dan minum gua).
Entah sugesti atau perasaan gua aja, duduknya kok makin maju dan bikin gua terdesak ampe ke tangki bensin.
Tepat 10 menit lebih sedikit, kita sampai ke tujuan. Ongkosnya 6rb aja tapi dia kasih 20rb dan gak mau dibalikkin. Terus dia ngomong gini ke gua:
"Ayo masuk dulu ke kost saya. Sepi kok, kita ngobrol dulu bentar. Aku punya coklat dan kopi enak, ayo temenin aku"
"Aduh, maaf banget aku lagi ada perlu dulu nih ama temen. Entar ya aku maen kesini lagi, sudah hafal kok alamatnya" cara gua kasih 'angin segar' ke dia padahal mah sudah dipastikan gua gak bakalan kesini lagi.
Dia pegang tangan gua seolah mau narik gua masu ke kost dia. Terus dia ngomong gini "Jangan lupa Save ya nomor aku, nanti aku pilihin sepatu Kicker yang bagus buat kamu"
"Iya sudah disave kok" (padahal mah belum sih, hahaha).
Gua berangsur pergi dari hadapan dia dan dia kasih kode di tangan di kuping sambil berujar "Call Me".
Nah, dari cerita yang gua ceritain tadi menurut kamu, si Sam ini gimana? Apa dia gay terus naksir ama gua. Apa dia cuma basa basi dan baik hati ngajakkin gua makan coklat dan minum kopi di kost dia. Apa dia pengen curhat ke gua tentang masalah dia jadi ngajakkin gua. Atau apa? Kasih tau ya jawabannya yes :D
...............................................................................
Malam ini gua lagi sial banget. Jadi gini, hari ini gua ada janji jam 6 sore ada screening filmnya Stephen King di warung kebanggaan kita apalagi kalau bukan di Warung Darurat. Kebetulan gua adalah penggemar Novelnya Stephen King. Biar gak telat, gua beresin semua kerjaan gua (nulis buat Tabloid Bola dan rekap Clobberin Time) plus COD dulu ama beberapa orang. Jam 5 teng gua sudah beres dan siap mau berangkat ke Warung Darurat.
Kebiasaan jelek gua adalah kalau pergi gua selalu menyalakan UBER sambil berharap ada satu orang yang searah ama gua ke daerah Dipati Ukur (tempat Warung Darurat). Gua nyalain dan langsung dapet Customer namanya 'Luvita', dari nama sih udah kedengeran lucu ya. Kalau misalnya gua dapetnya laki, pasti langsung gua cancel dah. Hahaha
Luvita minta dijemput di Apartemen Gateway dan pas ketemu, ternyata kurang lucu orangnya (halah). Dan ini yang bikin shock, dia minta dianter ke Lembang. Itu mah jauh banget dari Warung Darurat.
Kalau sudah saling berhadapan gini, gua juga gak enak buat cancel ya. Jadi mau gak mau harus gua anterin deh ke Lembang. Perkiraan gua kalau gua ngebut, gua mungkin bisa ngejar nonton di Warung Darurat.
Gua lumayan ngebut dan ngurangin ngobrol biar cepet nyampe padahal Luvita ini kalau gua bilang anaknya seru diajak ngobrol. Gak usah dipancing juga sudah cerita banyak. Tapi gua salah karena ternyata jalanan macet banget dan gua sampai di tujuan Luvita jam 8 Malam.
Di HP gua sudah ada banyak chat dan miscall dari temen-temen di Warung Darurat, nanyain gua dimana. Dengan kondisi jalanan macet gini, perkiraan gua jam 10 Malam deh baru sampai dan dengan terpaksa, gua harus membatalkan rencana gua buat ikutan screening film Stephen King.
Sial bener atau lebih tepatnya ini karena kebodohan gua, kalau gua gak iseng nyalain aplikasi Uber, kayaknya gua sudah duduk deh di Warung Darurat nonton film sambil ditemani Green Tea Late dingin.
Gua menepi bentar ke Indomaret, beli minum dan istirahat sebentar. Pantat berasa panas banget karena perjalanan ini terlampau jauh. Gua cek hp dan ada WA dari kakak gua yang sedang membagikan cerita tentang 'Berkat Tuhan'. Gua gak terlalu memperhatikan isi chatnya tetapi gua tertarik dengan judulnya 'Berkat Tuhan'.
Dulu, gua masih terlalu naif. Mengukur berkat Tuhan itu dari rejeki yang datang, uang yang banyak, dan lain-lain. Gua berpikiran kalau gua belum jadi orang tajir itu artinya gua belum dapat berkat Tuhan.
Tapi seiring berjalannya waktu, sepanjang perjalanan gua jadi terkadang sering mikir gini, hari-hari gua setiap harinya hampir habis di jalan. Sejak tahun 2010, hidup gua sudah habis di jalan untuk membesarkan Clobberin Time, berangkat Pagi pulang Malam. Gua sering liat ada kecelakaan di jalan sampai kecelakaan tepat di depan mata gua, itu sering banget.
Belum lagi kondisi cuaca tidak menentu, kadang panas kadang hujan mendadak. Gua sering kehujanan tapi syukurnya sejauh ini gua belum pernah sakit sampai harus diopname di Rumah Sakit. Jangan sampai kejadian deh.
Puji Tuhan, Clobberin Time tetap stabil hingga hari ini dan gua selalu diberi keselamatan dan kesehatan. Itu berkat bukan San?
Gua jawab iya. Ketika kamu bisa pulang ke rumah dengan selamat, bangun pagi tanpa sakit itu juga berkat.
Berkat itu bukan melulu soal materi tetapi tentang seberapa besar kamu bersyukur buat hari ini. Intinya adalah jalani hidup ini dengan penuh bersyukur. Jangan membandingkan hidup kita dengan orang lain, sebab hidup adalah perjalanan, bukan pertandingan.
Ingat juga, gembok tidak pernah dibuat tanpa kunci. Demikian juga Tuhan tidak pernah mengijinkan masalah tanpa solusi. Tetap berusaha, berdoa dan sabar menanti. Jalan keluar itu pasti akan datang.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
2 komentar:
Hahhaa seruu ceritanya....
Hmmm.... Penumpangnya sebagian besar cewek uy hhahah.....uhuy
Sukses terus brooo
Menurut gw customer u.... Gay tulen hahahahahaha, ati2 u San jgn sampe terbawa arus wkwkwkwkwk
Posting Komentar