Kamis, 06 September 2018

Mimi Susu

Minggu kemarin, di suatu hari, tiba-tiba banyak mention yang masuk ke Twitter dan Instagram pribadi gua. Awalnya gua sendiri gak sadar karena gua jarang buka akun pribadi, lebih sering buka akun Clobberin Time. Berhubung banyak pula yang ngetag akun Clobberin Time, gua dikasih tau kalau ternyata salah satu tulisan gua di blog ini masuk ke salah satu akun IG populer yaitu Drama Ojol.

Postingan yang masuk adalah cerita tentang pertemuan gua dengan Customer bercadar bernama Teteh Lia. Sebenarnya kalau boleh memilih, gua sendiri lebih memilih untuk TIDAK menampilkan postingan tersebut di Drama Ojol karena bahasan yang gua tulis itu sedikit sensitif berhubungan dengan keyakinan orang dan kalau misal ada kalimat gua yang kurang berkenan pasti akan berujung ke debat yang tidak berkesudahan. Gua sendiri tidak tahu siapa teman gua yang mengirimkan postingan itu tetapi tanpa mengurasi rasa respect, gua ucapkan terima kasih banyak.

Selain banyak mention yang masuk dan diikut dengan jumlah pembaca yang menjadi luar biasa banyak ke blog ini (mayan nambah AdSense), gua juga mendapat tawaran dari sebuah penerbit untuk menerbitkan buku tentang Ojol yang diangkat dari Blog gua. Klop kan dengan rencan gua untuk menerbitkan buku? Kita sempat ngobrol via telpon tetapi sayangnya sekali lagi sayangnya, penerbit ini sama seperti penerbit lainnya yang hanya memproduksi buku by order saja.

Maksud by order adalah penerbit hanya akan memproduksi buku kita kalau ada yang memesan. Jadi kalau misalnya kamu mau beli baru penerbit itu produksi.

Gua ambil contoh temen gua si Arya Putra yang baru saja produksi buku berjudul 'Review Jaman Now' yang diambil dari blog dia. Buku ini diproduksi oleh penerbit kecil dan dibandrol dengan harga 68rb. Arya dapat keuntungan sebesar ceban alias 10rb per buku. Dan setelah 3 bulan jalan, gua nanya ke Arya:

"Bor, buku lu sudah laku berapa pcs?"

"Baru satu. Terus untungnya per buku 10rb dan baru ditransfer kalau minimal sudah laku 5 buku"

Ok sip. Selama 3 bulan, buku Arya baru laku 1 dan dapat untung 10rb aja. Ini pun gak jelas, kalau misalnya tenryata udah laku 10 pcs terus dibilang baru laku 1 pcs kan kita juga gak akan pernah tahu ya. Bener gak?



Kayak buku foto copyan yes


Belum lagi untuk penulisan, seluruh tanggung jawabnya diserahkan kepada penulisa. Bisa dilihat dari buku si Arya, dari mulai penulis - editor - sampai design sampul dipegang semua sama dia. Penerbit itu mah gak mau tahu yang penting naskah dikirim ke mereka. Jadi tanpa proses editing asal cetak aja dan jangan salah kita juga harus tetap membayar ke Penerbit untuk biaya cetak pertama dan daftar pusak di Perpustakaan Nasional (sekitar 150-200rb).

Gua ngebayangin kalau misalnya buku gua terbit lewat penerbit kecil, yang bakalan ada di sampul buku adalah:

Penulis: Stefanus Sani
Editor: Stefanus Sani
Design Kaver: Stefanus Sani
Promosi: Stefanus Sani
Penjual: Stefanus Sani
Pembeli: Temen-temennya si Stefanus Sani

Lucu bener, gua yang nulis eh gua jadi editor buat tulisan gua sendiri. Karena sesungguhnya Editor itu sangat diperlukan untuk mengedit tulisan kita, siapa tahu ada yang kebablasan jadi harus 'direm' karena bisa saja menurut kita bagus tetapi buat orang lain tidak.

Dari tampilan buku pun kalau gua boleh mengkritisi, hasil cetakannya tidak terlalu bagus. Selain tulisan di kaver yang buram, bentuknya pun terlalu besar mirip buku foto copy-an di kampus. Kualitas kertanya pun kurang bagus dan dengan semua fakta diatas ketimbamg gua merilis lewat penerbit by order lebih baik gua tetap mengusakan agar buku gua kelak bisa terbit di penerbit besar.

Gak salah kan kalau kita punya mimpi besar?

...........................................................

Dalam proses penulisan buku gua ini sebenarnya gua masih ada pergulatan batin. Bukan masalah besar sih tetapi tetap saja masalah 'kecil' ini sedikit menghambat gua. Gua ragu buat cerita tetapi gak apa-apa deh gua cerita apa yang menjadi pergulatan batin gua di kala gua menulis buku Ojol itu.

Tahun 2016, gua pernah terlibat di penulisan Novel Lupus Reborn yang diadakan oleh penulis ternama Hilam Hariwijaya (penulis asli Novel Lupus yang populer dan kini menjadi salah satu penulis script sinetron termahal di Indonesia). Gua berhasil melewati 4 tahapan dan tinggal selangkah lagi maka Novel tersebut akan terbit.

Seleksi pertama gua berhasil masuk ke 30 besar dari ratusan peserta yang mendaftar. Setelah 30 besar, gua masuk ke 15 besar. Setelah 10 besar gua masuk ke 5 besar dan dari 5 disaring lagi menjadi 3 besar.

Saat pengumuman 10 besar, tulisan gua yang judulnya 'Roti Selai' dinilai Yes oleh semua juri.


Tulisan yang membawa gua ke 3 besar
Saingan gua luar biasa ngeri, banyak yang sudah punya buku sendiri. Gua ingat ada yang namanya Pak Adi, dari awal dia sudah digadang-gadang bakalan menjadi juara karena dia sudah rilis banyak novel, Novel Islami. Pas gua baca tulisan dia, asli keren. Sudah tertata, rapih, dan fondasinya kuat karena dia sudah berpengalaman.

Tetapi akhirnya Pak Adi tumbang juga di babak 15 besar. Menurut gua, salah satu alasan Pak Adi tumbang dikarenakan tulisannya yang terlalu baku dan kaku mengingat dia adalah penulis Novel serius. Berbeda dengan gua yang berangkat dari blog, dimana gua bisa mengeksplor penulisan gua dengan bebas tanpa ikatan baku.

Gua bebas mau menghujat teman-temen gua kayak si Ambu, Dedi, Arya, hahahahha (peace) termasuk menghujat diri gua sendiri. Dan hal itu cocok untuk segmen Lupus yang memang menyasar ke Generasi Milenia.

Saat gua sudah masuk ke 3 besar dan tinggal menunggu pengumuman siapa yang menjadi juara pertama, keanehan pun terjadi karena perasaan kok lama sekali ya pengumumannya. Sudah hampir jalan 3 bulan dan tidak ada kabar padahal setelah ini rencananya para juara akan digabungkan dengan peserta dari Kota lain untuk mulai menulis Novel Lupus Reborn.

Yang menjadi masalah besar adalah gini, saat babak 7 besar menuju 3 besar, salah satu faktor yang dinilai adalah adalah banyaknya vote dan komentar untuk tulisan kita. Tentu gua meminta bantuan ke temen-temen gua sampai ke semua buyer Clobberin Time, gua juga mintai bantuan.

Tentu tidak masalah bukan tetapi akhirnya malah menjadi masalah. Di suatu hari, di suatu kegiatan (gua gak bisa bilang kegiatan apa), saat kita duduk melingkar tetiba ada perempuan yang bertanya ke gua. Pertanyaanya singkat tapi masih membekas sampai hari ini:

"Pengumuman Lupus kapan? Kok perasaan lama banget ya" kata si Jalang 1

Belum gua jawab, Jalang 2 menambahi "Iya, perasaan kok lama banget. Katanya sudah 3 besar kok belum ada kabar apa-apa lagi"

Posisi gua sedang duduk melingkar dan disana ada sekitar 10 orang yang menatap ke gua. Gua merasa pertanyaan itu memang sudah di-set up untuk menjatuhkan gua.

Saat itu, gua merasa sangat DIPERMALUKAN. Kalau saat itu gua gak ingat pesan Mama gua untuk selalu menjaga sikap, rasanya ego gua bakalan naik dan balik bertanya "Sebelum kamu nanya bacot kayak gitu, kamu bisa kayak saya gak?" Untung sekali lagi untung gua masih bisa menahan diri.

Gua tahu bedanya pertanyaan yang asli bertanya atau pertanyaan yang dipakai untuk mempermalukan orang. Si Arya kalau ketemu gua sering nanya gini "Sani, Lupus kok gak ada kabar lagi sih" lalu diiringi tawa. Biasanya gua juga ikut tertawa sambil bales "Anjeer maneh" karena gua tahu kalau pertanyaan itu memang buat bercandaan antar temen.

Tetapi ini tidak, pertanyaan itu diarahkan ke gua dengan ekspresi muka merendahkan dan itu sangat menyakitkan. Gua pun bingung mau jawab apa karena saat itu memang dari pihak Panitia sama sekali belum memberikan keputusan apapun.

Setelah kejadian itu, gua chat ke Kakak gua dan cerita kalau gua merasa dipermalukan oleh 2 jalang itu di depan banyak orang. Kalau boleh sombong, dengan gua masuk ke 3 besar saja menurut gua itu adalah sebuah prestasi karena gua berhasil menyisihkan banyak peserta. Gua gak butuh apresiasi dari mereka tetapi anehnya disaat keputusannya masih pending begitu, gua malah dipermalukan di depan banyak orang. Gua lebih respect kalau misalnya mereka bertanya secara personal ke gua dan tentu gua enak buat menjelaskannya ketimbang gua ditanya di depan banyak orang dengan nada merendahkan.

Sebagai orang Introvert, biasanya kalau ada masalah itu gua bakalan simpan sendiri dan mencari pemecahannya sendiri tetapi kali ini gua sampai cerita ke Kakak gua tentang masalah ini. Kakak gua menyarankan gua untuk sabar dan pro aktif bertanya kepada Panitia kapan pengumumannya diberikan.

Dan setelah sekian lama menunggu akhirnya sebuah E-mail datang dari Panitia yang intinya memberi kabar jika Project ini dihentikan karena satu dan lain hal. Kecewa? Pastinya tetapi jujur gua lebih kepikiran dengan mereka yang telah mempermalukan gu.

 Mungkin menurut mereka itu hal sepele tetapi sampai hari ini, gua gak pernah bisa lupa hal tersebut dan membuat gua jadi 'takut' untuk memulai sesuatu yang baru. Butuh waktu yang lama buat gua pribadi buat bisa bangkit. Thanks for 'M' yang sudah membuat semuanya menjadi mungkin. Terima kasih untuk semangat dan support yang diberikan.

Setiap Minggu gua masih ketemu dengan mereka. Gua selalu mencoba untuk bersikap manis meskipun tetap saja ada yang mengganjal karena kejadian 2 tahun lalu itu.

..............................................................................................

Ketika gua memutuskan untuk mulai menulis buku secara solo, gua sama sekali tidak menceritakan hal ini kepada mereka. Gua masih trauma kalau misalnya mereka akan kembali menanyakan hal yang sama dengan cara mempermalukan gua:

"Kok bukunya lama banget sih terbitnya?"

"Kalau misalnya ditolak ama penerbit mending gak usah aja deh rilis buku"

Dibanding gua terima bacotan seperti itu, gua lebih memilih bekerja secara senyap. Gua bukan orang yang peduli dengan bacotan orang tetapi jika bacotan itu mengarah ke sisi personal tentu sulit buat gua buat bersikap biasa saja.

Kemarin gua dapat E-mail balasan untuk merevisi naskah yang yang sudah gua kirim. Gua senang dengan E-mail balasan ini berarti naskah yang gua kirim sudah mendapat atensi khusus.

Selain merevisi, gua juga berencana untuk menambah bab biar bukunya menjadi semakin tebal. Ada satu orang yang sebenarnya pengen gua temui untuk minta restu agar cerita dia bisa gua masukkan ke dalam buku.

Nama orang tersebut adalah Michelle, dia pertama kali ketemu gua sewaktu dia kelas 2 SMA dan sekarang dia baru aja jadi MABA alias Mahasiswa Baru. Gua ada cerita bagus yang melibatkan gua dengan dia, dengan kapasitas gua sewaktu jadi Driver Ojol.

Dia sekolah di Santa Maria 2 dan berhubung rumah gua dekat dengan Santa Maria jadi orderan dari dia sering nyangkut ke gua kalau misalnya gua lagi Online dari rumah. Dari awalnya biasa aja, eh karena keseringan ketemu akhirnya kita jadi deket dan mulai menjalin hubungan. Eh ngaco, gak gitu deng. Maksudnya hubungan 'Kakak-Adik' ya. Iya beneran 'Kakak' dan 'Adik'.

Michelle itu kalau gua gambarkan adalah perempuan yang cantik, chubby dan luar biasa aktif. Dia juga sering ikutan casting jadi bintang sinetron jadi kadang gua suka anterin dia ke tempat casting. Iya casting bintang sinetron bukan casting bintang sabun colek kok.

Disaat begini, gua kadang menyesal. Kenapa gua gak dilahirkan 10 tahun lebih muda dari umur gua yang sekarang. Kalau aja Papa & Mama gua bikin gua 10 tahun lebih lama dari umur gua yang sekarang, bisa deh gua sama si Michelle, hahaha. Centil bener si Sani.

Tetapi sejak dia kelas 3 SMA, kita jadi semakin jarang berhubungan karena selain dia baru saja jadian dengan teman sekelasnya, Michelle kayaknya marah ke gua. Marah karena dia sering minta dijemput tapi gua sering gak bisa, haha.

Gua kagok mau chat dia duluan, ajak ketemuan buat minta restu tentang cerita dia dan gua yang mau gua pake di penulisan buku tetapi tampaknya langit mendengar harapan gua. Belum juga gua chat, dia sudah chat gua duluan. Ini isi chatnya:

Anak jaman sekarang, pacaran baru 11 bulan aja harus dirayain -_-


Okelah, gua harus mengerjakan misi dulu sebelum dapat restu dari si Michelle. Misi akhirnya selesai dan gua sudah mendapat restu dari si Michelle. Untuk cerita si Michelle, gua masukkan ke Bab "Mimi Susu", loh apa hubungannya mimi Susu dengan Michelle, apa jangan--jangan lu mimi susunya si Mi..... ENGGAK ANJ*NG, untuk cerita lengkapnya nanti baca aja yes di buku gua.

Dan dengan restu dari si Michelle, ini dia urutan bab yang sudah gua tulis untuk project buku Ojol gua (belum final, masih mungkin berubah):

1. Memulai Ojol
2. Ketemu Bule
3. Thanks from Your B*tch!
4. Ibu dan Debt Collector
5. Driver Berdedikasi
6. Filosofi Ojol
7. Celengan Ojol
8. Alasan Bersyukur
9. Balada Driver Ojol
10. Ketemu Gay
11. Sarah dan Mamanya
12. Ibu Gendut yang Galak
13. Kamu yang sedang Patah Hati
14. Good Bye UBER!
15. Memulai GOJEG
16. GOJEG Oh GOJEG
17. Life is Waiting
18. Perempuan di kamar kost no 11
19. 1 Hari untuk Selamanya
20. Pulang
21. Pisang Selimut
22. Mimi Susu
23. Berdamai dengan diri sendiri

Gua menambahkan 3 judul baru yaitu "Pulang", "Pisang Selimut", dan "Mimi Susu". Untuk Bab "Berdamai dengan diri sendiri" gua set untuk menggantikan bab "Pertemuan dengan Ibu Guru TK" mengingat yang bersangkutan masih ragu untuk memberi restu ceritanya gua masukkan ke buku gua.

Bab "Berdamai dengan diri sendiri" akan menceritakan tentang alasan gua kenapa sampai hari ini gua masih sering jadi Driver Ojol meskipun gua sudah berulang kali menulis kalau gua akan berhenti tetapi tetap saja gua kembali lagi, lagi dan lagi. Bukan faktor ekonomi karena Puji Tuhan pendapatan gua dari menulis dan Clobberin Time sudah lebih dari cukup.

Ada alasan personal dan gua akan menjelaskannya di bab tersebut. Kalau kalian nanya, kapan San buku itu terbit, untuk saat ini, gua belum bisa jawab tetapi kalau misalnya naskah gua ditolak oleh penerbit 1 maka gua akan mencoba terus ke penerbit lain.

Penolakkan itu biasa dan akan tetap menjadi hal yang biasa saja kalau kita bisa terus 'berlari' saat penolakkan itu datang.

Tidak ada komentar: