Jumat, 11 Februari 2022

Kesempatan Kedua

Kalau misalkan saya ditanya, hal apa yang tidak ingin kamu lakukan lagi dalam hidup maka saya akan menjawab 'beli rumah'.

Serius, beli rumah itu gak gampang dan banyak dramanya. Udah naksir ama rumahnya eh harganya bikin sebel.

Gilirannya duitnya ada eh rumahnya udah kejual ama orang lain.

Udah cocok ama rumahnya eh gak cocok ama tetangganya yang julid. Pokoknya segala macam warna warni dalam hidup ada saat kita sedang berencana buat beli rumah.

Seperti yang pernah saya tulis di blog ini, tahun 2017 saya memutuskan untuk mengambil sebuah rumah di bilangan Antapani, Bandung.

Faktor utama kenapa saya mengambil rumah di perumahan itu dikarenakan harga yang kompetitif, suasana yang tenang dan yang terutama dekat rumah saya yang sekarang

Jadi kalau laper tinggal pulang buat makan masakan mama, hihihi.

...................................................

Sewaktu saya membeli rumah itu, banyak sekali ceritanya. Mulai dari soal memilih posisi rumah, cerita pengajuan KPR sampai cerita soal biaya yang tidak terduga.

Menurut perkiraan saya, mungkin saya adalah 10 orang pertama yang membeli rumah di perumahan itu. Kebetulan Kakak bekerja sebagai salah satu arsitek di perumahan itu jadi saya dapat banyak kemudahan buat beli rumah disana.

Apesnya, gegara rumah itu belum saya tempatin sampai sekarang, saya malah berasa mirip anak bawang disana gegara belum kunjung menempati rumah itu.

Harusnya bisa tuh gua mencalonkan diri jadi Ketua RW disana yang kelak akan mengayomi warganya.

Sewaktu Akad Jual Beli (AJB) rumah juga banyak cerita kejutan. Habis keluar banyak buat DP rumah, masih ada biaya notaris, pajak, dll.

Nilainya BESAR sekali. Untung aja masih ada uang simpanan karena kalau sampai gak ada duit simpanan, bisa batal AJB tuh dan harus menunggu saya jual ginjal dulu biar lunas.

Dengan semua keruwetan itu (termasuk biaya yang besar) kalau boleh memilih saya memilih untuk tidak mengulang sirklus beli rumah.

Bukannya gak mau kalau dikasih rejeki buat beli yang rumah yang lebih besar tetapi untuk saat ini, cukup sekali saja dalam hidup, saya merasakannya.

.....................................................

Tetapi memang yang namanya hidup, kita memang gak bisa memprediksi apa yang bakalan terjadi.

Lagi sibuk ngurus pernikahan tetiba calon istri dapat kabar kalau dia mendapat 'jatah' rumah dari kantor.

Maksudnya, kantor tempat dia bekerja memberikan fasilitas pinjaman tanpa bunga untuk para karyawan buat beli rumah

Fasilitas yang diberikan memang tidak mencakup keseluruhan harga rumah dan ini berarti sisanya harus dari kantong sendiri.

Kesempatan ini konon belum tentu datang 2x jadi setelah berembug disertai perdebatan, calon istri berencana untuk mengambil fasilitas itu.

Salah satu cita-cita dari calon istri adalah dia ingin membelikan rumah untuk Ibunya. Dibanding ngontrak terus tapi gak jadi rumah ya mending beli gak sih kalau ada kesempatan?

Seperti yang saya tulis di awal tadi, beli rumah itu membutuhkan waktu yang tidak sebentar dan biaya yang besar.

Bedanya dengan saya ketika membeli rumah, proses beli kali ini bentrok dengan rencana pernikahan yang sama-sama membutuhkan biaya besar.

Setelah berbicara empat mata dengan calon istri maka rumah adalah prioritas utama. Pertimbangannya adalah kesempatan ini belum tentu datang lagi dan harga rumah akan semakin naik setiap tahunnya.

Tanggal untuk menikah sedikit digeser untuk memberi nafas kita berdua. Sesuai komitmen awal, untuk menikah kita tidak akan meminjam uang kepada siapapun dan murni dari kantong kita berdua.

...................................................

Seperti sirklus saat saya mencari rumah, calon istri pun merasakan suka duka mencari rumah.

Ada yang bagus tapi harga gak cocok

Ada yang murah tapi letaknya di pinggiran

Ada yang murah dan posisi di Kota tapi di sekeliling rumah banyak diisi oleh wanita malam. Saya sih gak masalah tapi calon yang pasti gak setuju, hahaha.

Setelah lama mencari akhirnya ketemu juga rumah yang dimau. Sebuah rumah di bilangan Jalan Sudirman, biar rumahnya masuk gang tapi dirasa cocok.


Awalnya harga yang diminta tidak sesuai dengan budget tetapi mungkin ini yang namanya jodoh tetiba yang punya rumah menelepon dan bilang kalau harganya masih bisa nego.

Nego seharian akhirnya deal di angka sekian. Puji Tuhan akhirnya rumah yang dimau bisa didapat.

Eits tapi emang tidak semudah itu karena disinilah segala titik keruwetan dimulai.

Mulai dari sertifikat rumah yang belum balik nama, soal NPWP, dll. Pokoknya banyak sekali drama yang menguras air mata dan pikiran, halah.

Tetapi mungkin karena ini jalannya Tuhan, satu per satu masalah bisa teratasi. Dibandingkan saat saya beli rumah dulu, jauh lebih banyak ini dramanya.

Mungkin inilah perbedaan beli rumah ke developer dan beli rumah second.

.................................................

Apa yang ditunggu akhirnya tiba. Uang dari kantor sudah turun, notaris sudah siap dan tinggal menunggu beberapa hari lagi untuk Akad Jual Beli (AJB). Biaya pun sudah dipersiapkan dan tentu saja kita harus siap-siap dengan 'kejutan' yang tidak terduga.

Saya sempat mengobrol dengan pasangan dan bertanya, mengapa dana buat beli rumah cairnya kok sewaktu kita sedang merencanakan pernikahan.

Apakah ini berkat atau apa gitu ya. Beli rumah dan menikah tentu saja membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Kalau ditopang ortu yang tajir sih gak masalah tapi ini murni dari uang kita berdua. Rasanya kalau dipikir menggunakan akal manusia rasanya seperti mustahil tetapi kenyataanya ternyata BISA.

Setelah urusan rumah hampir rampung, kita kembali fokus menyiapkan pernikahan yang tertunda.

Karena tertundanya cukup lama sampai berganti tahun, harga tahun 2021 ternyata sudah berbeda dengan harga 2022. Tentu saja lebih mahal dan sekali lagi ada pertolongan Tuhan.

Calon istri nego langsung ke owner hotel yang kebetulan adalah teman semasa sekolah sampai kita mendapat harga bagus. Puji Tuhan!

Jika tidak ada masalah, pernikahan akan diadakan di akhir bulan Maret. Semoga kondisi aman terkendali supaya semua saudara yang diundang bisa datang.

Mohon doanya ya manteman!

Tidak ada komentar: