Kamis, 18 Juli 2024

#1

Gak kerasa tanggal 3 Juni kemarin, Cody sudah berumur 1 tahun.

Rasanya baru kemaren deh, gua ketiduran di kursi rumah sakit waktu nungguin istri operasi eh sekarang sudah 1 tahun aja.

Karena ini ultah pertama, istri pengen berbagi kebahagiaan dengan bocil di sekitar rumah mertua.

Berhubung si Cody masih satu tahun dan papa mamanya sibuk bekerja jadinya untuk sementara ini kita menetap dulu di rumah mertua.

Dan gua gak tau kenapa, entah kenapa si Cody berasa populer banget disini. Tiap dibawa keluar, bocil2 pasti langsung kerubutin sambil ngajak main padahal si Cody jalan aja belum bisa.

Main juga sebenarnya cuma nyanyi-nyanyi sambil mainin jari kaki atau jari tangan si Cody.

Salah satu rutinitas gua tiap sore adalah bawa Cody jalan2 pake dorongan memutari jalan Sudirman sampai Paskal 23.

Cari angin sambil ngeceng eh maksudnya sambil cari kudapan ringan.

Tapi momentnya harus pas. Kalau sepi buru-buru langsung gua bawa keluar rumah dan langsung ke jalan raya. Kalau ada suara bocil lagi maen mending ditahan dulu deh.

Pernah gua sekali bawa keluar pas bocil gi maen. Eh bener dong si Cody langsung diserbu.

"Dedek Cody" suara dari kejauhan terdengar.

Berbondong-bondong para bocil kematian langsung berlari ke arah gua yang lagi dorong si Cody.

"Dedek Cody mau kemana?*

"Dedek Cody kok wangi, abis mandi ya?"

"Dedek Cody main bareng yuk"

"Papanya Cody kok kece banget sih"

Yang terakhir boong sih, xixixi. Bukan cuma nanya, ada anak tepatnya anak Pak RW yang kalau ketemu Cody sukanya cium-cium.

cCium tangan lah, cium telapak kaki lah, cium pipi lah. Masalahnya anak Pak RW yang suka cium sembarangan itu lelaki!

Duh euy kenapa sih harus laki cium laki sih -_-

Mamanya Cody sering titip pesen kalau Cody jangan sampai dicium-cium orang lain tapi apa daya, kalau kondisinya udah dikerubutin kek gini, susah bener menghalau bocil apalagi si anak pak RW.

Kalau keadaan sudah tidak kondusif maka kabur dengan alasan "Cody mau makan" adalah alibi yang sering gua pakai.

..................................................................

Setelah ngobrol dengan istri akhirnya kita sepakat mau berbagi bingkisan buat bocil di sekitaran rumah mertua. Setelah kita data, ada sekitar 15 bocil yang suka ngajak main Cody dan rencananya mau kita kasih semua.

Selain 15 bingkisan snack, kita juga mau berbagi nasi kotak ke keluarga dekat.

Alokasi dana sudah disiapkan dan mulailah kita belanja. Istri yang memilih karena dia tau kalau gua yang milih pasti isinya bakalan asal.

Kalau gua yang milih pasti isinya Taro, Chocolatos, permen Relaxa, Chuba, Momogi lol


Untuk nasi kotak berhubung istri adalah koordinator makan di kampus tempat dia bekerja jadi kita punya banyak referensi. Kurang lebih kita pesan sekitar 30 kotak.

Snack sudah dapat, nasi box sudah dapat, pita dan tas buat nyimpennya sudah dapat juga.

Semaleman kita (maksudnya istri doang) yang mengerjakan buat dibagikan keesokan harinya, tepat di hari ulang tahun Cody. Oh ya kue ultah juga udah dipesan termasuk dekorasi kecil-kecilan buat di kamar.

Besoknya, pembagian dimulai. Bocil-bocil nampak senang sekali dapat goodybag yang isinya aneka rupa snack. Jangankan bocil, gua sampai melobi Mamanya Cody supaya kebagian 1 goodybag tapi gak di-acc padahal duitnya dari gua -_-

Ketika berbagi goodybag ini, kita berdua murni mau berbagi kebahagiaan saja. Sama sekali gak berharap bakalan di kado balik karena bocil di lingkungan rumah mertua memang banyaknya dari keluarga menengah kebawah.

Tapi siangnya, bocil2 banyak yang ketuk2 pagar rumah mau kasih kado. Mereka datang bertahap, gak sekaligus.

Ada yang kasih hadiah pas gua buka isinya snack GORIORO 1 pcs alias Oreo KW. Ini lucu karena di goodybag yang gua kasih, gua inget banget ada OREO.

Mungkin konsep pay it forward berlaku disini. Kamu memberi OREO maka kamu menerima kembali OREO biar lebih tepatnya OREO dengan kearifan lokal alias GORIORIO.

Ada juga yang isinya biskuit sari gandum yang ujungnya gua juga yang makan karena Cody belum bisa makan biskuit orang dewasa.

Mainan juga dapat. Jangan bayangkan mainannya merk mahal kek ELC atau Fisher Price tapi mainan yang dijual di depan sekolahan kek tank baja plastik atau mobil-mobilan.


Btw, Cody senang bukan maen dapat maenan baru.

...................................................

Selain dari para bocil kematian, temen-temen Debi dan gua juga banyak yang kirim hadiah.

Nah kalau ini isinya baru mainan kek ELC atau Fisher Price. Isinya mainan dan bagus2. Gua papanya sebagai pecinta mainan juga mau banget punya deh karena bagus hadiahnya.

Si Ambu a.k.a Albert yang baru liburan ke Jepang tidak lupa juga datang bawa hadiah.

Isinya baju bayi Uniqlo yang beli langsung di Jepang. Si Ambu ini tiap kasih hadiah selalu aja ngacak. Maksudnya gini, pas Cody baru lahiran Ambu datang terus bawain hadiah baju buat bayi.

Masalahnya baju yang dia bawa tuh buat bayi usia 12 bulan sedangkan si Cody saat itu baru berusia 6 hari. 

Dan kejadian kemarin kembali terulang. Si Ambu kasih hadiah baju anak Uniqlo Jepang buat usia 4-5 tahun sedangkan si Cody baru usia 1 tahun kan.

Doa gua begitu lihat hadiah dari Ambu adalah Ya Tuhan semoga ini baju gak keburu dimakan rayap dah karena baru bisa dipake 3 tahun lagi dari sekarang -_-

Sekali lagi, Cody nampak senang sekali waktu dapat hadiah mainan. 

Bukan soal mahal atau murah karena bocil gak akan tau soal itu tapi Cody pasti senang karena banyak yang perhatian ke dia.

Selamat ulang tahun Cody semua Papa dan Mamamu tahun depan masih ada rezeki lagi buat rayain ulang tahun kamu yang kedua ☺️☺️☺️

Jumat, 03 Mei 2024

Believe in Miracle

Suatu hari di bulan November 2023.

Gua sedang duduk di sebuah ruang tunggu Rumah Sakit sambil ditemani segelas kopi sachetan. Jam sudah menunjukkan pukul 01:30 dini hari.

Di pojok ruangan gua liat ada seorang Ibu yang sedang sholat tahajud dan di sisi lain ada seorang Ibu yang memegang kalung rosario sedang berdoa Rosario.

Meskipun caranya berbeda namun tapi gua yakin mereka punya satu harapan yaitu kesembuhan untuk saudara atau kerabatnya.

Begitu pun dengan gua yang tidak henti-hentinya berdoa, mendoakan kesembuhan anak satu-satunya yang sedang dalam kondisi kritis di Rumah Sakit.

Ini adalah hari kedua Cody dirawat di Rumah Sakit tepatnya di Boromeus. Cody terkena demam berdarah dan mau gak mau harus diopname tanpa batas waktu.

Aneh memang kok bisa-bisanya si Cody kena DB mengingat mama mertua dan istri orangnya sangat aware dan betul-betul menjaga kebersihan rumah.

Kalau boleh berburuk sangka, kemungkinan besar Cody digigit nyamuk sialan saat dia ditimbang di Posyandu dekat rumah. Letak Posyandu emang bersebelahan dengan kali dan setelah pemeriksaan Posyandu, ada 3 anak yang terkena DB juga.

Dulu waktu gua masih bocil, gua ingat betul ada iklan soal DB di TV. Ciri-cirinya sama persis kayak iklan waktu itu. Demam tinggi terus turun secara drastis, muncul ruam merah di kulit sampai gak mau makan dan nangis terus.

Eh ciri-cirinya sama persis dong kayak si Cody alami. Demam tinggi terus dibawa ke Dokter. Sempat turun eh naik lagi terus rewel dan muncul ruam merah.

Setelah diperiksa lagi di klinik, Dokter langsung bilang Cody harus segera dibawa ke rumah sakit sesegera mungkin.
 
Tanpa babibu, Cody langsung dibawa ke Rumah Sakit Boromeus, tempat Om Dokter praktek.

Dan sesuai dugaan, Cody positif kena DBD dan dia harus segera diopname karena kondisi sudah semakin lemah.

Beruntung kita langsung dapat kamar dan Cody bisa langsung ditangani. Semakin panik saat hasil lab keluar trombosit Cody menyisakan 34.0000 sedangkan normalnya adalah 150.000.

Kondisi Cody semakin menurun karena saat dicek lagi, trombosit Cody tinggal 17.000 dan suster yang berjaga bilang PASTI akan turun lagi.

Suasana semakin chaos, istri dan mertua menangis. Gua pun sebenarnya ingin menangis tapi gua kuat-kuatin deh.

Pikiran gua langsung melayang ke tahun 2019 silam saat Papa meninggal dunia. Kondisinya mirip, gua ada di RS langsung menemani Papa yang tengah berjuang melawan kritisnya.

Ada tangis, ada doa, ada harapan dan ada pelajaran hidup kalau tidak semua apa yang kita mau bisa kita dapat.

Di tengah lamunan gua tetiba suster perawat masuk membawa sebuah monitor (vital sign monitor) dengan banyak kabel menjuntai.

Gua gak tau apa gunanya monitor itu tapi suster yang berjumlah 5 orang terlihat cemas dan panik. Cody mulai dipasangi kabel dan jarinya disayat untuk diambil sample darah.

Cody menangis sejadi-jadinya. Gua merasakan patah hati yang luar biasa. Rasanya sakit hati banget melihat anak satu-satunya disayat seperti itu.


Dulu pernah di acara TV gua nonton acara TV malam yang menampilkan kesakll seorang Ayah yang anaknya sedang menderita sakit.

Sambul bercucuran air mata dia ngomong kalau saya bisa saya ingin menukar tubuh saya supaya saya yang merasakan rasa sakit.

Saat itu gua cuma bergunam 'Halah, bullshit' dan sekarang gua serius kalau beneran bisa gua pengen banget tukeran ama Cody supaya dia gak perlu merasakan sakit lagi disuntik dan disayat

:(

..................................................................

Saat tangan kita lelah untuk berusaha, lipatlah dan berdoalah karena di saat itu kita membiarkan tangan yang lebih kuat untuk menopang kita.

Di saat seperti ini memang yang bisa dilakukan hanya berdoa, memohon kepada Tuhan agar Cody diberi kesembuhan.

Berdoa, berdoa, dan berdoa sambil berharap keajaiban terjadi.

H+2 kondisi Cody masih kritis. Setiap terbangun dari tidur, Cody pasti langsung menangis sejadi-jadinya. Untaian kabel-kabel masih menempel di sekujur tubuh Cody.


Trombosit Cody masih dibawah rata-rata dan Suster yang berjaga sambil berhati-hati berbicara jika trombosit turun terus maka kita harus bersiap dengan kemungkinan terburuk.

Mendengat Suster berbicara seperti itu, wuih rasanya hati seperti disayat-sayat kembali.

Trombosit Cody tercatat masih di kisaran belas ribu jauh di ambang batas normal dan sekarang rasanya tinggak menunggu keajaiban datang.

Saat Cody tertidur, gua harus pulang ke rumah sebentar karena ada barang Cody yang harus dibawa. Selain barang Cody, ada titipan dari istri juga yang harus dibawa.

Di depan gerbang rumah tetiba ada anak tetangga yang sudah menunggu di depan rumah. Ada yang berteriak, "Dede Cody main yuk."

Begitu melihat gua, reaksi pertama mereka adalah bertanya kemana Dede Cody karena tiap sore Cody biasanya dibawa keluar depan rumah.

Duh pertanyaan itu kembali membuat gua bersedih. Definisi main buat mereka pun sebenarnya hanya begini: pegang jari kaki atau tangan Cody sambil nanya "Dedek Cody lagi ngapain?"

Gua jawab Dedek Cody lagi sakit dan gua minta didoakan biar Cody cepat sembuah biar nanti bisa main lagi.

Istri mengabarkan lewat pesan singkat kalau Cody masih tertidur. Kondisinya masih kritis dan Suster meminta kepada yang menjaga Cody untuk tetap waspada, mencatat berapa ml air yang diminun Cody sampai harus menimbang popok Cody setiap harus diganti.

.....................................................

Keajaiban pun datang. Mungkin terlalu berlebihan kalau gua bilang ini keajaiban tapi gua melihatnya sebagai sebuah keajaiban.

Trombosit Cody yang bablas sampai dasar jurang perlahan tapi pasti naik secara drastis.

Naik ke angka 50.000 - 70.000 dan langsung melesat ke angka 100.000. Wajah Cody yang awalnya terlihat lemas kini terlihat membaik meskipun belum bisa dibilang pulih seutuhnya.


Kabel-kabel sialan yang melilit tubuh Cody mulai dilepas dan Dokter bilang kalau fase kritis sudah terlewati. Tetap harus waspada namun setidaknya kita bernafas lega karena fase kritis telah terlewati.

Setelah berhari-hari energy terkuras habis karena memikirkan anak yang sakit rasanya ada kelegaan di dada. Makan pun jadi berasa anak kembali. Pernah kan dalam hidup, kamakan saat sedang banyak pikiran.

Pasti makan pun rasanya hambar dan tidak berasa apa-apa.

Dua hari kemudian, Dokter sudah memberi lampu hijau untuk pulang.

Ada temen gua si Albert a.k.a Ambu yang datang menjenguk. Si Ambu bentar lagi mau menikah dan sambil menepuk pundaknya, gua bilang

"Lu udah siap Mbu kalau misalkan Anak lu suatu hari nanti kritis kek Cody?"

Ambu tidak menjawab dan sepertinya dia tidak siap. Gua pun tidak siap namun mau gak mau harus siap.

..............................................................

6 bulan berlalu semenjak kejadian menakutkan itu.

Usia Cody sekarang sudah 11 bulan dan bulan Juni nanti bakalan berusia 1 tahun.

Pertumbuhan Cody berjalan dengan baik, jarang sakit dan makan gampang.

Tiap Sore, gua selalu menyempatkan diri jalan-jalan menggunakan kursi dorong. Kedekatan antara Ayah dan Anak harus diciptakan semenjak dini. 

Gua belajar banyak dari almarhum Papa yang selalu menyempatkan diri mengajak main saat dia pulang kerja. Gua terkenang moment dimana Sani cilik begitu sabar menunggu Papahnya pulang kerja.

Gua pun akan sangat bahagia jika kelak Cody melakukan hal yang sama seperti apa yang gua lakukan dulu.

Eh btw, ada 1 hal lagi yang sangat gua syukuri saat Cody dirawat di rumah sakit. Gua bersyukir karena diberikan istri yang luar biasa baik dan sabar menjaga Cody saat Cody sakit.

Di satu sisi dia harus membagi pikirannya dengan pekerjaan namun di sisi lain dia harus menunggu Cody yang sedang sakit.


Terima kasih Tuhan sudah diberikan istri yang luar biasa baik dan sabar, jaga terus keluarga kecil kita ini.

Amin.





Senin, 11 September 2023

Cody Maverick

Gua punya keyakinan kalau banyak orang tua di era 90'an yang terinspirasi dari Bibble waktu memberi nama anaknya.

Temen di angkatan gua banyak banget yang namanya diambil dari Bibble, mulai dari Matius, Markus, Lukas, Yohanes, Ribka, dll.

Termasuk gua yang nama depannya diambil darl salah satu nama nabi di Bibble yaitu Stefanus.

Sewaktu gua SMA aja, ada 4 orang yang nama depannya Stefanus. Ada gua Stefanus Sani, ada Stefanus Widyanto, ada Stefanus Pujo Laksono sampai Stevanus Rahman.

Dari 4 nama itu, yang bisa memegang nama keramat Stefanus adalah si Stevanus Rahman. Dia cerdik, luar biasa cerdik. Dia cerita ke gua kalau dia yakin bakalan ketemu orang yang namanya Stefanus juga. Jadi dia ngakunya kalau nama dia Stevanus doang padahal ada lanjutannya Stevanus Rahman dan nama di KK dia beneran 'Stevanus Rahman' dong.

Cerdik bener.

Jadilah selama 3 tahun di SMA, si pemilik nama Stefanus harus rela dipanggil dengan nama kedua mereka yaitu Pujo, Widi ama Sani.

Mungkin karena nama depan kita sama, gua merasa ada keterikatan secara emisonal dengan mereka. Stefanus Widyanto gak akan bisa gua lupain karena dia bantuin gua waktu ujian kelas 1 SMA padahal kita beda kelas loh.

Caranya? Ya ketemuan di WC buat kasih kertas berisi kunci jawaban, wkwkwk.

Stefanus Pudjo itu temen sekamar gua waktu Life in di desa dan si Stevanus Rahman temen nyontek waktu ujian kelulusan.

Dari fakta yang gua urai di atas makannya gua asli heran banget kenapa ada salah satu temen gua yang namanya simple banget.

Namanya DEDI. Iya D.E.D.I.

Okelah kalau misalnya pelafalannya namanya jadi Deddy atau Daddy tapi ini D.E.D.I.

Buat gua, nama ini terlalu simple di era dimana Ibu dan Ayah sedang terinspirasi dari nama-nama di Alkitab. Apa gegara nyokap si Dedi suka sama Dedi Dores gitu ya jadi dikasih nama Dedi tok.

Untuk membunuh rasa penasaran gua, gua iseng nanya ke si Dedi waktu lagi service motor di bengkel dia.

"Ded, napa nama lu harus D.E.D.I doang sih?"

"Tanya weh ke indung urang"

Dedi tidak mau menjawab dan malah nyuruh gua nanya ke Ibunya langsung.

...................................................

Mencari nama buat anak ternyata gak sesusah yang dibayangkan. Nama buat anak bahkan sudah gua temukan semenjak gua belum menikah, huehue

Referensinya tentu saja dari film dan buku, 2 hal yang sangat gua sukai.

Salah satu serial yang gua sukai adalah serial Breaking Bad yang dulu tayang di AMC.

Gua suka dengan nama salah satu karakternya yaitu Skyler, istri dari pemeran utama Walter White.

Skyler dipanggilnya Sky yang berarti langit.

Noted, gua simpan dulu nama ini.

Pilihan kedua adalah Eleanor. Nama ini gua ambil dari karakter di film The Peanut Butter Falcon yang rilis tahun 2019. Gua ingat banget nonton film ini sendiri dan di dalam bioskop kalau gak salah cuma ada 3 orang doang.

Bukan film blockbuster karena hanya film festival tapi ratingnya sangat bagus.

Apalagi Eleanor punya arti yang bagus. Artinya 'cahaya' dalam bahasa Yunani.

Pilihan ketiga adalah Zooey dari artis Zooey Deschanel yang pernah main di film Bridge to Terabithia dan Failure to Launch.


Harapannya ya semoga bisa secantik Zooey Deschanel lah, hihi.

Tapi pada akhirnya, semua nominasi nama itu rontok dengan sendirinya. Alasannya nama SKY dan Eleanor sudah banyak banget yang pakai.

Jadi terkesan pasaran karena banyak yang pakai. Untuk nama Zooey juga terpaksa di-cancel karena belakangan gua tahu banyak anjing yang dikasih nama Zooey 😅😅😅

Pilihan nama anak akhirnya jatuh ke nama 'Summer' dari film romantis (500) Days of Summer dan kebetulan yang memerankan karakter ini ya Zooey Deschanel.

Kenapa Summer? Kan ada tuh karakter namanya Autumn di film itu. Untuk itu, gua bisa bilang kalau nama Autumn kurang cocok dengan lidah orang Indonesia.

Gua takutnya orang keseleo lidah dari Autumn jadi Antum yang berarti 'Kamu' dalam bahasa Arab.

Setelah nama depan terpilih sekarang tinggal pilih nama kedua. Gak pikir panjang, gua sudah menetapkan nama keduanya adalah Abigail.

Inspirasi waktu gua lagi nonton film Joko Anwar, 'Perempuan Tanah Jahanam' dan salah satu nama cast nya adalah Asmara Abigail. Gua langsung jatuh cinta dengan nama Abigail apalagi Abigail punya arti bagus yaitu sukacita atau kegembiraan.

Summer Abigail: Musim panas yang mendatangkan kegembiraan. Cocix bener

Makin cocok karena waktu periksa kehamilan, dokter bilang kalau kemungkinan anak ini di bulan Mei yang merupakan musim panas.

....................................................

Tetapi arah angin berubah sewaktu bulan ketiga. Dokter meralat kalau anak yang dikandung ternyata laki-laki bukan perempuan! Hasil USG menunjukkan adanya penis sehingga Dokter meralat soal jenis kelamin bayi.

Begitu tahu yang lahir adalah bayi laki-laki, perburuan nama langsung dimulai.

Istri langsung memberikan usul nama Daryl dari nama karakter di serial The Walking Dead, Daryl Dixon.

Istri emang suka banget sama serial The Walking Dead dan Daryl Dixon emang keren banget sih.

Anti hero yang kemana-mana zelalu bawa senjata crossbow. Pokoknya kalau misalkan bumi diserang oleh zombie maka nempel-lah ke Daryl niscaya kamu akan selamat.

Tetapi entah kenapa, di telinga gua nama 'Daryl' terdengar kurang maskulin. No offense buat yang punya nama Daryl tetapi buat gua, nama itu terdengar kuran maskulin.

Saat itu, nama bayi hampir mengerucut ke nama 'Ezra' yang diambil dari nama aktor beken 'Ezra Miller' pemeran The Flash. Waktunya juga pas karena kehamilan anak pertama diprediksi akan berdekatan dengan premier film The Flash.


Istri sudah setuju tetapi akhirnya kita batal pakai nama 'Ezra' gegaranya adalah si Ezra Miller lagi banyak kasus kriminal.

Mulai dari cekik fans, penyekapan, dll. Wah enggak deh. Nama adalah doa kalau yang jadi inspirasinya aja banyak masalah nanti malah jadi anak nakal.

Sempat kepikiran pakai nama depan Ethan dari karakter Ethan Hunt di franchise Mission Impossible tapi batal juga. Gegaranya gua takut pelafalan nama Ethan yang gak pas.

Gua ngebayangin kalau anak-anak disini nanti manggilnya "Si Etan Si Etan".

Sempat kepikiran pula nama depan Kento. Nama ini dari aktor Jepang Kento Yamazaki.

Kepikiran nama ini gegara nonton serial Alice in the Bonderland di Netflix. Nama karakter utamanya adalah Arisu yang dimainkan oleh si Kento Yamazaki.


Ganteng dan cool banget tapi akhirnya batal juga.

Gua takut dicap "VVIBU No Life" yang maksain kasih nama anak nama berbau Jepang tapi mukanya gak ada Jepang-nya sama sekali.

Ada tuh temen gua yang bener-bener mendefinisikan "VVIBU No Life" Pokoknya segala yang berbau Jepang diembat. Kalau ketemu gua selalu cerita kalau mimpinya adalah pergi ke Jepang dan menikah dengan gadis Jepang.

VVIBU dia sudah masuk ke taraf akut. Cerita ke gua kalau punya anak perempuan mau dikasih nama 'Saori' yang belakangan gua tau itu terinspirasi dari nama depan artis bokep Jepang.

Terakhir kali gua ketemu dia, dia ternyata masih di rumahnya dan berkutat dengan anime dan file bokepnya.

.............................................................

Setelah lama mencari akhirnya gua nemu juga nama depan yang pas. Gua pilih nama depan 'Cody' yang diambil dari nama pegulat WWE yang lagi naik daun yaitu Cody Rhodes.

Ketika gua mengusulkan ke istri, istri nampak 50:50 antara setuju dan tidak setuju

Waktu gua lempar ke Mama di rumah, dia gak setuju karena mengira kalau Cody ditulis 'KODI'.

Ya kalau nulisnya KODI, gua juga ogah lah.

Salah satu saran dari Dokter yang paling gua ingat adalah bayi di perut harus sering diajak ngobrol supaya gak autis.

Jadilah semenjak kita tahu kalau bayi yang dikandung adalah anak laki maka kita rutin cerita dan manggil nama Cody ke baby yang ada dalam perut.

Dari awal iseng manggil Cody eh keterusan dong sampai bulan ke 9 manggilnya Cody.

Mama, mama mertua, ampe kakak dan istrinya kompak manggil Cody.

Nah kalau kayak gini, aneh gak sih kalau misal gua tetiba ganti namanya jadi Julio misalnya

Berasa asing gak sih? 9 bulan dipanggil Cody eh pas brojol keluar dipanggil Julio. Aneh

Dengan fakta ini jadilah kita sepakat buat kasih nama depan 'Cody'. Gua semakin yakin buat kasih nama 'Cody' karena gua merasa selama gua hidup, gua belum pernah denger ada orang yang namanya 'Cody' di lingkungan terdekat gua.

Setelah nama 'Cody' di dapat sekarang waktunya buat cari nama pendampingnya.

Untuk mengakomodir kesukaan istri, gua lantas mencari nama yang pas sesuai dengan kesukaan istri.

Gua pilah-pilah dulu kesukaan istri dan gua langsung menemukan nama 'Maverick' yang terinspirasi dari film Top Gun 2.

Istri suka banget sama film itu dan nonton sampai 4x karena saking sukanya.

Ok kalau gitu kenapa enggak 'Cody Maverick' aja? Gua lempar nama itu ke istri, mama mertua dan mama. Semua suka dan gak ada yang mempersoalkan.

Karena semua acc jadilah kita berdua kunci nama 'Cody Maverick'

Arah angin agak berubah saat kehamilan istri sudah memasukin bulan ke 8. 

Saat gua sedang ibadah di Gereja, seorang Pendeta menghampiri gua dan bertanya apakah gua sudah menemukan nama buat anak.

Dengan yakin gua jawab "Sudah!" dan gak disangka Om Pendeta nitip pesan kalau jangan lupa memasukkan nama yang ada unsur Alkitab di nama anak.

Waduh

Bener juga ya. Nama "Cody Maverick" sama sekali tidak ada unsur Alkitab. 

Cody: Pegulat WWE

Maverick: Pilot pesawat tempur

Gua lantas mendiskusikan soal ini ke istri. Gua melemparkan nama 'Timothy' sedangkan istri menyarankan nama 'Tobias'.

Cody Timothy Maverick

Cody Tobias Maverick

Tapi kok malah jadi gak pas ya. Bener kata Kakak gua yang bilang kalau mau nama depan Cody yang diganti biar pas.

Tobias Maverick

Timothy Maverick

Tapi seperti gua yang bilang tadi, nama 'Cody' sudah dikunci dan gak akan bisa dirubah lagi karena faktor kedekatan tadi.

..............................................................

Di saat mencari padanan nama yang pas, Mama tetiba request kalau dia pengen ada nama almarhum Papa di belakang nama Cody.

Lengkapnya jadi Cody Maverick Gunawan.

Sebenarnya kalau boleh memilih, gua lebih memilih cukup 2 kata saja tapi demi mengakomodir keinginan Mama akhirnya kita sepakat menambahkan nama 'Gunawan'

Belakangan gua baru tahu dari istri kalau Cody itu artinya 'pertolongan' dalam bahasa Irish

Mantap ini. Jadi kalau gua ditanya lagi sama Om Pendeta, gua bisa sedikit berkelit dan cocoklogi.

"Cody itu artimya Pertolongan Tuhan dalam bahasa Irish, Om" jawab gua kalau misalkan ditanya lagi.

Tjakep.

Arti kata 'pertolongan' ini juga bisa membantu gua menjelaskan ke orang yang nanya apa arti kata 'Cody'

Kalau istri ditanya biasanya dia jawab, itu favorit si Sani terus gantian gua yang ditanya apa arti kata 'Cody'

Jujur gua capek jelasinya karena kalau dijelasin juga gua yakin gak akan paham 🤣🤣🤣🤣🤣

Sekarang setiap ditanya, gua dan istri kompak menjawab 'Cody artinya pertolongan dari bahasa Irish.'

Mereka mengangguk-angguk dan mungkin yang ada di pikiran mereka adalah "Gile ini orang, jauh bener literasinya sampai ke Irish buat cari nama!"

Padahal taunya juga baru belakangan sih, hihihi

Usia Cody sekarang sudah 3 bulan dan minum susunya buanyak banget.

Mungkin yang ada di pikiran dia sekarang menyusu - tidur - menyusu - makan - tidur - main. Nikmati masa kecilmu Cody tidak usah memikirkan apa pun karena saat dewasa nanti mungkin kelak kamu baru akan mengerti

Bonus foto:





Bonus foto mamanya waktu seusia Cody. Percisssss sekaleee


Jumat, 14 Juli 2023

Together & Forever

Salah satu moment terbesar dalam kehidupan yaitu menemani istri melahirkan akhirnya berhasil terlewati.

Rasanya campur-campur. Bener deh. Tapi rasa yang campur itu berubah menjadi suka cita begitu melihat bayi yang terlahir sehat dan tidak kekurangan apapun.

Baby lahir tanggal 3 Juni sekitar jam 1 dini hari dengan proses operasi caesar. Beratnya 3,925 kg dan tingginya 53cm. Termasuk besar sehingga Dokter menyarankan untuk mengambil tindakan operasi.

....................................................

Sebenarnya di tanggal 3 Juni itu, kita berdua sama sekali gak membayangkan kalau bakalan melahirkan saat itu juga.

Paginya kita kontrol kehamilan ke Dokter langganan. Menurut Dokter, usia kandungan sudah mencapai 40 minggu tetapi anehnya si baby masih betah di dalam perut. Belum ada tanda-tanda mau keluar.

Dokter lantas menyarankan untuk mengambil tindakkan operasi dan menyarankan minggu depan. Istri sendiri sejak awal maunya melahirkan normal agar pemulihannya lebih cepat.

Dan satu lagi, baby sudah harus cepat-cepat dikeluarkan karena jika terlalu lama di dalam perut, air ketuban sudah tidak bagus lagi dan malah membahayakan buat baby.

Berhubung ini anak pertama dan kita sama sekali belum berpengalaman, kepanikan mulai terasa. Mertua sudah mulai khawatir macam-macam dan istri pun mulai terlihat panik.

Second opinion harus dicari dan setelah melewati perdebatan panjang, kita sepakat untuk mengecek kehamilan ke Dokter yang berbeda.

Saat itu rencananya adalah ke RSUD Bandung Kiwari dan besoknya ke RS Immanuel. Kebetulan 2 rumah sakit ini letaknya tidak terlalu jauh dari rumah istri dan masuk kategori rumah sakit dengan grade baik.

RSUD Bandung Kiwari adalah Rumah Sakit Umun Daerah yang belum lama dibuka. Tinggi gedung mencapai 12 lantai dan katanya peralatannya baru dan canggih dibanding Rumah Sakit lain.

Malam sekitar jam 7 kita beranjak ke RSUD Kiwari menggunakan motor. Berhubung mobil disimpan di Antapani dan bakal memakan waktu maka kita pakai motor saja supaya lebih efisien.

Rencananya adalah kita langsung masuk ke IGD. Lucunya adalah istri merasa aneh kalau kita masuk ke IGD tetapi dalam kondisi baik-baik saja. Kondisi istri memang baik-baik saja bahkan tidak merasa pernah mengalami kontraksi.

Ketika masuk ke IGD, perawat lantas bertanya untuk keperluan apa dan langsung gua jelasin panjang-lebar.

Perawat lantas meminjam foto-foto hasil USG dan menurut Dokter jaga, usia baby sudah mencapai 42 minggu dan malam itu juga harus sudah lahiran.

Wadidaw! Serius, kita datang tanpa persiapan apapun bahkan gua belum mandi dari pagi, wkwkwk dan setengah jam sebelum kita masuk ke IGD kita baru aja beres makan nasi ayam penyet lah.

Tas yang berisi perlengkapan bayi dan perlengkapan istri juga gak dibawa karena kita emang tidak membayangkan kalau malam itu harus langsung lahiran.

Istri langsung dibawa ke ruang IGD kehamilan dan gua harus membereskan berkas administrasi.

Perawat lalu memberitahu kalau sudah bukaan 3 yang berarti operasi memang sudah harus dilakukan malam itu juga.

.......................................................

Setelah membereskan berkas, gua beranjak naik menggunakan lift ke lantai 7. Gua tengok istri, dia sedang terbaring dan tubuhnya penuh dengan kabel untuk USG. Denyut jantung baby terdengar keras yang menandakan jika ada kehidupan.

Istri nampak gelisah karena ini memang sama sekali tidak ada persiapan plus Dokter yang membantu proses persalinan bukanlah Dokter yang biasa kita kunjungi tiap bulannya.

Tetapi kita sudah tidak bisa mundur apalagi menunda jadi pasrah kepada Tuhan adalah jalan satu-satunya.

Gua menguatkan istri supaya dia kuat. Kita berdoa bareng supaya proses persalinan bisa berjalan baik dan lancar.

Awalnya Dokter menyarankan untuk lahiran normal tetapi setelah diukur, baby kita ini masuk ke kategori bayi besar karena beratnya diperkirakan di atas 3,8kg. Perawat langsung menyarankan untuk operasi caesar.

Bukan operasi caesar biasa melainkan operasi caesar ERACS. Jadi berbeda dengan operasi caesar yang biasa, operasi ERACS konon penyembuhannya lebih cepat tapi biayanya jauh lebih mahal.

Tanpa persiapan tetiba harus operasi bahkan ayam penyet di tenggorokan yang tadi dimakan pun masih kerasa rasanya dong.

Raut istri mulai menunjukkan wajah khawatir, ya bayangin ajalah 2 jam sebelum ini baru beres jajan lumpiah basah ama makan ayam penyet eh sekarang sudah harus operasi. Operasi pertama pula dalam hidup

Kateter mulai dipasang, infus mulai dipasang buat persiapan. Dokter sedang otw dan operasi direncanakan dini hari nanti.

Telepon dan WA mulai menyerang. Mama mertua yang terlihat panik, dia telepon dan WA terus. Supaya keadaan makin gak panik, gua sengaja gak angkat telepon dari mama mertua karena gua paham, type Ibu-Ibu panik bakalan makin bikin keadaan jadi panik.

Gua berhasil menguasai diri sendiri supaya gak panik dan santai seperti biasa. Istri berhasil gua tenangkan dan kita diberi waktu buat bersama sembari menunggu operasi.

Kita berdoa bersama dan setelah berdoa, kondisi menjadi jauh lebih tenang. Gua antar istri ke lantai 11 ke ruangan operasi. Sebelum masuk ke ruang operasi, kita diberi waktu singkat lagi berdua.

Kita berdoa lagi sebentar, gua cium kening istri setelahnya dia dibawa masuk ke ruang operasi sedangkan gua berpindah ke ruang tunggu di lantai yang sama.

Di ruang tunggu hanya ada gua dan Mama Afriyani. Mama Afriyani kebetulan masuk IGD bareng istri. Nama anaknya adalah Afriyani dan dia harus dioperasi pengangkatan kista.

Karena gak tau siapa nama si Ibu jadi gua panggil Mama Afriyani alias Mamanya si Afriyani.

Kita sempat mengobrol sebentar dan saling menguatkan satu sama lain.

Jam sudah menunjukkan sekitar jam 00:30. Gua yang selalu tidur teratur cukup lumayan tersiksa dengan kondisi ini.

Tidur gak bisa kalau pun harus harus dipaksakan ya tidur sambil duduk.

Gua coba memejamkan mata dan entah berapa lama gua tertidur, gua kemudian terbangun.

Pas gua bangun, jir kenapa jadi sepi. Gua tengok ke belakang Mama Afriyani udah gak ada. Di ruang tunggu operasi cuma ada gua doang lah.

Awalnya gua biasa aja tapi sumpah kok gua jadi takut sendiri ya. Sekelebat gua mikirnya, ini kan lantai operasi ya. Kalau orang di operasi kan ada yang gagal ada yang berhasil ya.

Wah wah wah

Gak lama kemudian gua gak tau ini sugesti apa gimana, kenapa lift depan gua kok tetiba kebuka sendiri padahal kan gak orang di lantai itu selain gua doang.

"Tring" bunyi pintu lift terbuka, tepat di hadapan gua.

Dan gua gak tau kenapa tetiba pikiran gua kebayang salah satu scene di film The Eye (2002) lah. Itu loh part dimana si pemeran utama berada dalam lift terus di pojokan ada hantu kakek berwajah rusak lagi ngumpet.

Anjir, anjir.

Kenapa dari BANYAK hal yang bisa gua pikirin di malam itu, mulai dari gimana ending Ikatan Cinta sampai mikirin beli susu formula merk Nutrilon atau S26, kenapa harus hantu si kakek yang terlintas sih.

Gua anggap gua lagi mengalami halusinasi karena kurang tidur. Mungkin gua harus keluar sebentar, beli kopi kapal api seduh supaya cenghar kembali. Gua kemudian beranjak dari kursi dan naik lift buat turun.

Baru juga sampai tetiba ada pengumuman dari pihak Rumah Sakit. Isi pengumumannya "Suami dari Ny Debora Natalia Setiawan diharapkan untuk naik ke lantai 7"

Belum juga jajan kopi udah dipanggil aja, gua langsung buru2 naik lagi. Pikiran gua langsung tertuju ke istri dan anak, takut kenapa2. Pikiran kotor soal hantu kakek wajah gepeng di pojok lift sudah hilang dengan sendirinya.

Ternyata Puji Tuhan. Baby lahir dengan sehat tanpa kekurangan apa pun begitu pun dengan Ibunya. Gua lantas dipersilahkan untuk masuk ke ruang bayi dan melihat baby yang baru lahir.

Ini adalah foto pertama yang diambil setelah baby lahir

Beratnya nyaris 4kg dan masuk ke kategori bayi besar besar. Pas gua tengok lah iya ya, besar juga. Apalagi pas si baby dijejerin dengan bayi bayi lain, ini anak gua kok gede sendiri, wkwkw.

Berat 3,925kg dan tinggi 53cm.

Kabar baik ini langsung gua sampaikan ke beberapa orang terdekat. Semuanya mengucap syukur.

Setelah orang terdekat diberitahu, gua lantas mengabarkan ke beberapa group WA terdekat.

Eh mungkin karena ada yang masih emosi karena gak bisa gua undang karena memang keterbatasan undangan dan pihak hotel memang tidak menyarankan mengundang lansia, ada Oma yang nampaknya masih dendam ama gua.

Di saat yang lain mengucapkan selamat eh si Oma malah kirim foto comotan ini:

Iya Oma, gua juga tahu tangan Tuhan yang menopang dan membuat kita kokoh berdiri di dalam setiap percobaan tapi ini kan gua barusan ngabarin kelahiran anak pertama ngapain malah diucapin selamat pagi -_-

......................................................

Sekitar sejam kemudian, istri sudah dipindah ke kamar. Kondisinya sehat dan tidak kekurangan apa pun. Lazimnya seperti Ibu yang lain, istri sudah pengen langsung ketemu ama baby tapi belum boleh karena baby masih harus menjalani proses observasi terlebih dahulu.

Semuanya lantas menjadi mudah. Menjadi lebih mudah karena 1 pasien di ruangan sudah diperbolehkan pulang (ruang kelas 1 yang diisi 2 pasien) jadi 3 hari gua bisa tidur siang dan tidur malam di atas kasur pasien.

Tamu datang silih berganti dan karena aturannya cukup ketat jadi gak semua orang bisa masuk ketemu istri. Mohon dimaklumi.

Setelah 3 hari, kita diperbolehkan buat pulang. Sebelum pulang, gua bereskan terlebih dahulu administrasi.

Karena ini menggunakan operasi caesar ERACS maka estimasi biayanya adalah kisaran 30-40jt tetapi kemarin total gua bayar adalah 62rb saja buat beli perlengkapan bayi.

Kok bisa? Bisa karena full cover oleh BPJS, huehuehue. Full cover untuk kelas 1 sesuai kelas istri.

Soal BPJS ini, gua bisa merasa ada 2 pandangan yang berbeda.

Pertama memuji. Memuji dan menganggap kita berdua cukup pintar memanfaatkan fasilitas jadi uang buat persalinan bisa dipakai untuk hal yang lebih penting.

Kita berdua memang sudah save money yang cukup untuk membiayai persalinan tetapi karena ada fasilitas BPJS ya kenapa gak dimaksimalkan toh sama sekali gak ada perbedaan layanan antara yang bayar atau BPJS.

Tiap bulannya gaji istri dipotong untuk BPJS dari kantor tempat dia bekerja. Potongannya lumayan besar nyaris 300k lebih untuk kelas 1. 

Selain itu, gua sudah hafal alur penggunaan BPJS karena memang sering ke Rumah Sakit Gigi dan Mulut menggunakan BPJS buat periksa gigi.

Pelayanannya OK, tidak ada perbedaan sama sekali dan sesuai kelas yaitu kelas 1. Karena alasan itu lah kita berdua sepakat untuk persalinan kali ini menggunakan BPJS.

Sedangkan reaksi orang yang kontra adalah mereka bertanya "Kok pakai BPJS? Kenapa enggak di RS Melinda atau RS Limijati?"

Pertanyaan ini sebenarnya bisa gua balik menjadi "Kenapa lahirannya harus di Melinda atau Limijati?"

Biasanya yang nyinyir seperti ini tuh yang belum pernah pakai BPJS tapi cuma taunya dari "katanya, katanya".

Btw, kalau melahirkan di RSUD ada fasilitas 3 in 1 juga baby yaitu akta kelahiran, kartu keluarga dan kartu anak. Semua gratis tidak dipungut biasa.

......................................................

Salah satu keberuntungan kita berdua dalam hidup adalah kita banyak dikelilingi oleh orang baik.

Hal ini sangat gua rasakan ketika baby lahir. Hadiah demi hadiah terus berdatangan sampai hari ini.

Praktis gua dan istri tidak banyak membeli keperluan untuk bayi karena saking banyaknya hadiah yang datang.

Deretan kado yang belum sempat dibuka

Sebelum baby lahir, kita masih bimbang soal ranjang bayi. Beberapa orang menyarankan untuk sewa karena berdasarkan pengalaman beberapa orang, ranjang tidak akan terlalu lama dipakai.

Di saat masih bimbang, tetiba dosen dari kampus tempat istri bekerja mengirimkan pesan singkat dan bertanya butuh apa soal baby.

Kalau ditanya butuh apa ya sejujurnya butuh ranjang bayi karena kondisinya memang belum ada dan masih bimbang antara sewa atau beli.

Gua pikir sejenak, kalau misal bilangnya butuh ranjang apa kesannya tau diri gak ya? Gua takut disangka jadi orang aji mumpung.

Setelah gua konsultasi ke istri dan di-acc oleh istri, gua lantas merangkai kalimat seaman mungkin.

Dan ternyata hasilnya lebih dari yang gua bayangkan karena gua diberitau kalau budget mereka bisa buat beli 4 barang lagi dan gua suruh milih barang apa yang dibutuhkan.

Puji Tuhan! Istri lantas menyarankan beberapa barang seperti stroller baby dan alat steril untuk perlengkapan makan bayi karena kebetulan barang-barang tadi memang belum sempat beli.

Hadiah demi hadiah terus berdatangan sampai jujur gua bingung sendiri kalau ditanya butuhnya apa buat baby.

"Lu butuhnya apa lagi San?" tanya salah seorang teman.

"Butuh tabungan pendidikan sampai jenjang kuliah sih. Gimana?"

"Anj*ng!"

Padat dan jelas

...............................................................

Sejak ada baby, gua merasa ada tanggung jawab yang lebih besar dalam hidup.

Tiap lagi pergi, ingetnya anak mulu. Pas mau jajan, ingetnya anak. Mau beli ini itu ingetnya anak baru giliran nyebrang ingetnya Tuhan.

Punya anak itu beneran mahal. Susu, pampers sampai imunisasi semuanya lumayan banget. Puji syukur karena semuanya bisa tercukupi sampai hari ini tanpa kekurangan apa pun.

Ingatan gua melayang di malam pertama gua menjadi seorang Ayah. Istri sedang terlelap tidur dan baby masih berada di ruangan observasi.

Jam sudah menunjukkan pukul 3 dini hari, mata sulit sekali terpejam. Pikiran gua lantas melayang-layang memikirkan banyak hal sampai mata gua tertuju melihat jalan raya dari balik jendela kaca.

Dari atas lantai 7, pukul 3 dini hari, gua bergunam dalam hati "Begini ya rasanya menjadi seorang Ayah"

Jumat, 21 April 2023

Datang dan pergi

Waktu memang cepat berlalu. Gak kerasa sekarang usia kandungan sudah berumur 8 bulan dan kalau gak ada halangan sekitar bulan Mei nanti, istri bakalan melahirkan anak pertama.

Gua sependapat kalau ada yang bilang punya anak itu mahal. Bukannya mah hitung-hitungan tetapi kenyataannya memang seperti itu.

Pas pertama kali datang ke dokter kandungan, di pikira naif gua ya paling 300-400rb sekali datang.

Ternyata gua salah. Benar-benar salah. Salah total.

Pertama kali datang bayar sekitar 600k sudah termasuk obat. Datang kedua 900k, datang bulan ketiga 1,4jt dan bulan keempat 1,2jt, hahaha.

"Berapa Teh" tanya gua begitu si Teteh kasir bilang totalnya 1,4jt. Gua memastikan gak salah denger dan begitu dia menyerahkan bon, eh beneran tertera 1,4jt.

Gua mencoba untuk bersikap tenang seperti biasa seolah gak ada apa-apa tapi lutut aslinya sudah rapuh, haha. Tetap tenang biar gak malu sama yang antri di belakang.

Vitamin untuk ibu hamil harganya emang lumayan terutama DHA untuk tumbuh kembang janin.

Itu belum ditambah susu untuk ibu hamil dan vitamin blackmores yang harganya juga lumayan.

Kondisi ini membuat gua harus berpikir kreatif, salah satunya adalah dengan cara bergabung ke group WA dan group pemburu promo di Facebook.

Serius, aslinya gua paling males join group WA. Kalau pun join ya join tapi gak pernah bersuara, diintip pun enggak.

Makannya gua sangat kagum dengan salah seorang kenalan yang ampun-ampunan ikut banyak group WA.

Dia bergabung ke salah satu relawan dan pas gua tengok di WA nya, wadidaw.

Isinya "Relawan pendukung ****** regional Jawa Barat". Itu baru satu, karena isinya komplit dari semua provinsi rasanya ada semua. Sampai gua bingung sendiri, ini orang gabung ke group relawan Aceh emang dia ngerti bahasa Aceh apa

Ternyata banyak keuntungan bergabung bersama Emak-Emak pemburu promo Shopee. Gua gak tau mereka dapat info dari mana tapi hampir setiap hari ada saja info barang diskonan yang dibagikan. Mulai dari pampers sampai susu bayi ada semua!

Salah satu prestasi yang bisa gua banggakan adalah gua bisa dapat susu prenagen untuk ibu hamil dengan harga 40k padahal harga retailnya adalah 87k!

Gua merasa keluar sebagai pemenang saat lagi jajan di Indomaret terus Teteh di depan gua beli 2 susu prenagen dengan harga 174k.

Pengen banget gua noel si Teteh terus ngomong gini dengan jumaya "Teh, saya beli 2 susu prenangen cuma 80rb loh"

Gua jadi tahu berapa harga eceran pempers sampai harga eceran minyak telon, hehe.

...................................................

Usia kandungan istri sekarang sudah berusia 8 bulan. Perut sudah semakin membesar tetapi masih aman untuk pergi bekerja sendiri setiap hari.

Di saat kita sudah tidak sabar menunggu lahirnya baby, sebuah kabar buruk datang. 

Kucing peliharaan istri yang sudah dipelihara semenjak istri masih duduk di bangku SMA meninggal dunia.

Beberapa hari sebelum meninggal si kucing memang menunjukkan gelagat yang tidak biasa.

Gak mau makan padahal aslinya rakus. Jalan sempoyongan dan jadi pasif lebih sering menyendiri.

Karena kondisinya mengkhawatirkan, kita memutuskan untuk membawa ke klinik hewan terdekat.

Setelah diperiksa, si kucing mendapat banyak sekali obat termasuk infus dll yang harus dipakaikan setiap hari. Kita berdua yang minim pengetahuan soal ini mau gak mau harus jadi 'dokter' hewan dadakan. Mulai dari kasih obat, infus, suntik.

Setelah diberi obat dan diinfus, kondisi kucing ternyata semakin memburuk. Jalan masih oleng dan hanya bisa terkapar saja.

Sejujurnya saat itu, gua merasa kalau kondisi si kucing sudah tidak bisa diselamatkan lagi. Rasanya tinggal menunggu waktu saja buat melihat si kucing pergi untuk selama-lamanya.

....................................................

Besoknya, tetiba istri menelpon sambil segugukan. Walau gua gak paham dia ngomong apa karena memang kurang jelas tetapi  gua yakin pasti ada hubungan dengan si kucing.

Si kucing ternyata sudah meninggal. Dia meninggal setelah diberi obat di pagi hari. Istri langsung nangis sejadi-jadinya, kucing yang sudah menemani dia sejak lama akhirnya pergi untuk selama-lamanya.

Tentu ada banyak kenangan. Kenangan yang akan lama sekali bisa terhapus.

Ingatan gua langsung kembali ke tahun 2018 ketika gua pertama kali 'bertamu' ke rumah istri.

Saat itu gua lagi modus, modus mau beli bacang mamanya (baca: mertua) padahal aslinya datang mau tebar pesona dan tebar wangi parfume

Ketika lagi duduk, si kucing tanpa aba-aba langsung lompat ke pangkuan gua dan duduk di atas paha gua.

Saat itu gua merasa geer karena merasa sebagai 'lelaki pecinta hewan yang mencurahkan kasih sayang kepada hewan' padahal satu-satunya hewan yang pernah gua pelihara adalah kerang warna-warni yang dijual di depan SD.

Gua elus-elus kepala si kucing, berlagak seperti pecinta hewan dan mungkin karena si kucing merasa elusan gua gak tulus dan cari muka doang eh si ANJING eh maksudnya si KUCING cakar tangan gua doang.

Panjang beud. Rasanya perih bener seperti kantung kemih tercabik-cabik. Gua mau jerit karena perih tapi gua tetap di mode cool karena ini hari pertama gua bertamu.

Sampai hari ini, cakaran panjang si kucing masih membekas di lengan gua.

Next,

Setelah berunding sebentar akhirnya kita memutuskan buat mengubur jasad si kucing di rumah kita berdua di Antapani karena rumah di Sulaksana dan rumah Luna tidak memungkinkan buat mengubur kucing.

Kita beli bunga dulu dan pinjam sekop ke tetangga buat gali kubur.

Mungkin yang ada di pikiran para tetangga di rumah Antapani adalah "Ini rumah dibiarin kosong bertahun-tahun eh sekalinya datang malah dipake buat kubur mayit"

Mungkin yaa

Gua mulai keruk tanah secara perlahan. Istri masih terisak sambik terus menggerak-gerakkan si kucing seolah belum percaya kalau si kucing sudah meninggal.

20 menit menggali, kuburan sudah siap. Mayat kucing siap dimasukkan. Untuk terakhir kalinya istri melihat si kucing dan suara tangis semakin membesar.

Duh beneran gak tega deh. Ibu hamil harusnya happy eh sekarang malah nangis dan bersedih.

Setelah semua dirasa siap, mayat Molly (nama si kucing) mulai dimasukkan. Gua tutup dengan tanah dan kita taburi dengan bunga.

Perpisahan memang berat tetapi ya inilah kehidupan akan selalu ada yang datang dan pergi.

Mungkin si kucing sudah tau kalau waktunya untuk menemani istri telah habis karena sebentar lagi akan ada baby yang lahir.

Terima kasih karena telah setia menemani istri. See you in another life



Rabu, 19 Oktober 2022

Tokcer

Salah satu kesepakatan yang kita berdua lakukan sebelum menikah adalah kita tidak akan menunda punya momongan.

Ada banyak faktor mengapa kita tidak akan menunda-nunda, salah satunya adalah faktor umur.

Di tahun ini, istri sudah menginjak usia kepala tiga dan banyak yang bilang jika melahirkan di atas usia 35 perlu penanganan khusus.

Meskipun usia istri masih jauh mendekati usia 35 tetapi lebih cepat tentu lebih baik bukan ketimbang harus menunda-nunda.

.................................................

Setelah menikah di bulan April, kita berdua sebenarnya belum tinggal serumah.

Saya masih tinggal bersama Mama di Sulaksana dan istri masih bersama Mama di sekitaran Jalan Sudirman.

Fakta ini membuat banyak orang sering heran dan bertanya "Suami istri kok belum tinggal serumah sih?"

Untuk soal ini kita berdua memang sudah sepakat. Faktor utamanya adalah soal adaptasi.

Kebetulan Mama kita berdua memang menyandang status janda karena sudah ditinggal suaminya meninggal. Coba bayangkan bagaimana rasanya mereka ditinggal sendiri di rumah? Apalagi istri sudah ditinggal meninggal Papanya semenjak masih berusia 3 tahun.

Saya pribadi masih bertanggung jawab penuh buat Mama di rumah. Begitu pun dengan istri yang masih bertanggung jawab penuh buat Mamanya terutama buat soal makan sehari-hari.

Rumah kita berdua di Antapani sebenarnya sudah siap untuk ditempati tetapi rencana untuk kita pindah masih ditahan sembari memberikan waktu adaptasi kepada Mama-mama kita.

Faktor lain adalah soal adaptasi buat saya pribadi. Entah mengapa, kalau di rumah istri bawaanya pengen leha-leha mulu, wkwkwk.

Mau mandi, sudah disiapin air hangat.

Mau makan, nasi dan lauk sudah disiapkan di atas meja

Mau ngemil kacang sukro, kacang sukro sudah tersedia

Sebagai orang yang sejak dulu terbiasa mengerjakan apapun sendirian, hal ini membuat saya terlena.

Mau nulis kok kerjaanya pengen tidur mulu. Mau ngurus jualan, barang-barangnya ada di rumah Sulaksana semua.

Karena beberapa faktor ini terutama faktor Mama, saya dan istri akhirnya sepakat untuk tidak tinggal serumah dulu.

Jadi kalau dirunut, saya menginap di rumah istri setiap hari Rabu, Jumat, Sabtu dan sisanya saya pulang ke rumah di Sulaksana. Di luar itu saya tetap menyempatkan diri untuk datang ke rumah istri setelah istri pulang kerja.

Hari Sabtu biasanya kita ngecek rumah di Antapani sambil manasin mobil. Untuk mobil memang sengaja disimpan di rumah Antapani karena memang jarang dipakai dan hanya dipakai sesekali oleh istri ke kantor sedangkan saya lebih suka menggunakan sepeda motor untuk beraktivitas.

Beberapa orang bilang kalau suami istri tidak tinggal serumah, biasanya akan lama dikasih keturunan. Sempat khawatir juga sih mendengar omongan itu tetapi tutup kuping saja dan berserah biar Tuhan yang atur.

.........................................................

"Gua sih kayaknya mau Childfree"

Saya sedikit terkejut ketika mendengar omongan salah satu teman ini. Kita berdua sekarang sedang duduk di sebuah lapak menikmati Indomie kombinasi Batagor. Sungguh sebuah kombinasi makanan yang sama sekali tidak bergizi.

Dia bercerita jika pasangannya yang sekarang sudah lama tinggal di Australia dan baru pulang ke Indonesia semenjak tahun lalu.

Seperti orang asing kebanyakan, dia menganut paham childfree alias tidak ingin memiliki anak.

Soal childfree ini saya pernah menulis soal pandangan saya di sebuah platform menulis. Pandangan saya berdasarkan pengalaman dari orang yang menganut faham childfree.

Sebelum pindah ke rumah baru di daerah Sudirman, istri dan Mamanya mengontrak rumah di sekitaran Astana Anyar.

Kalau gak salah mereka sudah mengontrak lebih dari 15 tahun dan Puji Tuhan, istri dapat rejeki dari kantor buat beli rumah pribadi di Sudirman.

Di depan rumah istri yang kama, ada rumah kosong yang statusnya sedang dijual. Dijuak dengan harga sekitar 800 jutaan dan sudah hampir 10 tahun belum laku kejual.

Ada yang bilang rumah itu angker, salah satu cerita paling fenomenal datang dari tukang nasi goreng keliling. Si Mang Nasgor biasanya mangkal di depan rumah itu.

Tapi anehnya, sudah satu bulan si Mang gak pernah mangkal lagi. Dia cuma lewat dan kalau gak ada yang beli ya lanjut lagi, gak pernah stay lagi.

Setelah ditilik lebih dalam, si Mang ternyata trauma. Dia dikerjain hantu berjubah putih yang mesen nasgor tapi pas udah dibuatin, orangnya hilang entah kemana. Dan kata si Mang Nasgor, orang yang mesen keluar dari rumah kosong itu!!

Lah gimana bisa mesen nasgor, wong rumahnya aja udah kosong lama. Gegara ini si Mang Nasgor jadi trauma dan ogah mangkal lagi.

Dasar hantu jalang sialan, bikin repot orang padahal kalau gua laper biasanya tinggal teriak dari dalam rumah

"Mang, nasgornya 1 gak pedes yaaaaa!!!"

1 bulan menjelang istri pindah rumah, rumah itu tetiba laku dijual dan direnovasi kecil-kecilan.

Rumah itu dibeli oleh Oma dan Opa berusia lanjut. Kata mama mertua yang sudah mengobrol dengan mereka berdua, mereka berdua ternyata gak punya anak karena dulu waktu masih muda memang memilih jalan childfree.

Dalam pemikiran saya, kalau kita memilih jalan hidup ini keliatan memang menyenangkan. Hidup cuma berdua, duit buat berdua dan habis buat berdua. Liburan berdua, senang-senang berdua dan gak perlu takut buat mikirin uang sekolah atau uang jajan anak buat jajan Mie Kremez atau agar-agar rumput laut.

Tetapi semakin bertambah usia dan kita semakin menua tentu kita butuh anak bukan?

Hm, bukan berarti kita sebagai orang tua mengharapkan balas budi dari anak yang sudah kita besarkan tapi nantinya kita butuh anak buat menjaga dan mengurus kita saat kita tua kan?

"Dek, bisa bantuin Tante sebentar?" kata si Oma suatu hari. Saat itu saya baru saja sampai ke rumah istri, janjian mau nonton bioskop.

"Oh iya Tante boleh. Kenapa Tante" tanya saya.

Si Oma ternyata salah menekan tombol di remote televisi jadinya tidak muncul gambar dan cuma muncul semut di layar.

Saya yang sebenarnya gak paham-paham amat, utak atik sebentar dan aha akhirnya tv bisa menyala normal.

"Makasih ya" kata si Tante sumringah karena televisinya betul kembali.

Let's see. Pekerjaan remeh temeh seperti ini seharusnya bisa dibantu oleh anak kan. Nah kalau kayak tadi, siapa coba yang bisa dimintai tolong?

Satu lagi yang menjadi pemikiran saya. Si Tante dan Om sudah berusia lanjut, usia sudah di atas 70 tahun. Puji Tuhan si Om dan Tante masih sehat dan diberi umur panjang.

Si Om jarang sakit karena dia hampir tiap hari olahraga Taichi. Nah ini yang saya takutkan, kalau misalkan salah satu dari mereka dipanggil Tuhan duluan, gimana coba?

Hidup sendirian dan gak ada yang menemani. Mungkin hidup akan terasa semakin sepi dan coba bayangkan kalau ada sesuatu yang terjadi di rumah sewaktu si Om atau Tante sendirian?

Hush, enyahlah pikiran jelekku ini. Doa saya, semoga si Om dan Tante selalu diberi kesehatan dan umur panjang

Ngomongin soal Taichi, gua kok jadi pengen belajar Taichi ke si Om ya buat membungkam mulut temen gua si Dedi yang mangap terus, wkwkwk.

............................................................

Apa yang ditunggu akhirnya datang juga.

Setelah 4 bulan kosong akhirnya istri hamil juga. Tanda-tanda kehamilan sudah mulai muncul sejak bulan September. Mulai dari sering mual, ingin muntah dan puncaknya adalah telat datang bulan.

Kalau saya merasa kalau istri sedang 'isi' itu ketika melihat sikapnya yang jadi super sensitif.

Karakter istri adalah pendiam dan kalem tetapi belakangan jadi rewel dan seperti ngidam sesuatu.

Ngidamnya sebenarnya gak aneh-aneh, pengen makan bakmie di daerah Jalan Pahlawan.

Gak ada yang salah sebenarnya tapi kalau mau makan bakmie itu harus booking dulu terlebih dahulu buat tanggal yang telah ditentukan.

Buat yang kenal saya secara pribadi, pasti paham lah mana mau gua makan seribet itu. Makan ya tinggal datang ngapain daftar-daftar segala.

Toh rasa ya pasti segitu-segitu aja.

Kali ini beda, penolakan saya membuat istri ngambek, beda dari biasanya. 

Oalah ternyata ini toh yang namanya ngidam, wkwkwk.

Kita berdua lantas menguatkan mental. Kita beli test pack buat cek kehamilan dan hasilnya positif. Dicek sampai 3x hasilnya tetap positif.

Rasanya? Wah gak usah ditanya. Semuanya campur-campur. Dari gugup, senang, takut, bersyukur semuanya tercampur menjadi satu.

Checkout di Toped pun kini berganti. Dari yang biasanya beli action figure dan komik kini berganti menjadi susu dan vitamin untuk ibu hamil.

Setelah mencari referensi dari beberapa orang soal Dokter kandungan akhirnya pilihan kita jatuh kepada seorang Dokter yang buka praktek di sebuah klinik Jalan Padjajaran.

Soal dokter memang harus cocok-cocokan sih. Ada dokter yang terkenal tapi katanya judes dan cuek. Ada dokter yang kata orang bagus tapi katanya sering ngomong hal yang membuat mental jatuh.

Walah jangan deh kalau gitu.

Pilihan kita ternyata tepat. Dokter yang kita pilih sangat baik, menenangkan dan lucu. Sempat ada kekhawatiran karena istri sempat mengeluarkan flek darah hingga 2x. Jawaban Dokter sangat menenangkan:

"Saya tidak bisa mendiagnosa sesuatu yang sudah terjadi. Kita gak usah lihat ke belakang tapi lihat hari ini, bayi Bapak ama Ibu hari ini sehat"

Di layar monitor, kita diperlihatkan hasil USG di perut istri. Ada detak jantung yang terdengar dan ini yang paling penting, ada jabang bayi berusia 2 bulan di perut istri.

SUMPAH, di detik itu gua pengen banget nangis. Nangis terharu terutama sewaktu dokter bilang "Selamat ya buat bapak ama ibu. Coba denger detak jantungnya". Asli pengen banget nangis tapi saya tahan-tahan, malu ada suster yang ngeliatin soalnya, hihi.

Saya dan istri langsung saling menatap dengan sumrigah. Dari matanya, saya pun bisa merasa jika istri sedang manahan tangis juga.

Puji Tuhan, kita 'kosong' cuma 4 bulan saja semenjak menikah dan kondisinya kita memang belum tinggal serumah tetapi sudah Tuhan titipkan bayi di perut istri.

........................................................

Tidak semua orang tahu berita bahagia ini. Saya baru mengabari saudara-saudara dari almarhum Papa. Kenapa mereka yang pertama?

Karena meskipun Papa sudah tidak ada, saya tetap ingin menjaga tali komunikasi dengan mereka. Jadilah semua Kakak dan Adik dari Papa langsung saya kabari semua.

Dari keluarga istri, baru sebagian yang diberitahu soal ini. Beberapa orang sudah mengucapkan selamat dan ada satu ucapan yang membuat saya mesem-mesem sendiri.

"Sani, selamat yaa buat kelahiran Debby. Tokcer ya kamu"

T.O.K.C.E.R. Entah kenapa saya geli sendiri membaca kata TOKCER tadi, hihihi.

Sambil mesem-mesem, saya mengelus perut istri. Masih butuh waktu sampai beberapa bulan lagi sampai baby lahir dan selama itu pula, saya akan berusaha menjadi Ayah yang baik yang akan mencukupkan segala kebutuhanmu.

Doaku pun berubah, kalau setiap malam saya berdoa semoga segera diberi keturunan, kini doanya berubah.

"Ya Tuhan, semoga anakku nanti pintar seperti Ibunya, jangan seperti Ayahnya yang pernah gak naik kelas"

:)



Sabtu, 07 Mei 2022

Now, Then, Forever

 ".......Masalah akan datang, konflik mungkin ada, problematika hidup akan terus mewarnai kehidupan tetapi selama kita berdua ingat dengan janji suci yang kita ucapkan tadi maka saya yakin kita berdua akan bisa melewatinya"

Tidak terasa air mata langsung menetes dari kelopak mata. Emosi terasa memuncak dan setelah sekian lama akhirnya saya menangis juga.

Ah, rasanya sudah begitu lama saya tidak menangis. Terakhir kali menangis itu kalau saya tidak salah terjadi 3 tahun lalu saat Ayah meninggal dunia.

Dulu saya pernah menangis gegara telenovela Amigos x Siempre tetapi kali ini berbeda rasanya.

Ini seperti luapan dari hati dan pikiran langsung melayang teringat ke Ayah. Coba kalau beliau masih ada tentu kebahagiaan ini akan begitu paripurna.

Speech tadi saya ucapkan saat proses pemberkatan pernikahan berakhir. MC yang memimpin mempersilahkan saya untuk pidato singkat sekaligus mengucapkan terima kasih kepada tamu yang hadir.

Berhubung saya memang tidak terbiasa untuk berbicara di depan orang banyak, saya sudah menyiapkan catatan kecil untuk dibacakan di depan.

Hampir seminggu lamanya saya membuat catatan tersebut. Padahal isinya simple tetapi karena saya ingin membuat lebih bermakna, dibutuhkan proses yang tidak sebentar.

Begitu speech saya bacakan, saya bisa melihat dan merasakan kekaguman dadi tamu yang hadir. Mungkin kalau wajah mereka bisa berbicara, mereka bakalan ngomong gini "Ajig, si monyet ini bisa keren juga"

Kocaknya adalah satu hari sebelum hari pernikahan, kita sempat latihan buat persiapan pemberkatan pernikahan.

"Nanti gua mau drama sedikit ya, mau keliatan nangis biar keren. Nanti kamu mainan lagu Moving On ya biar lebih keren" kata saya ke Rio yang menjadi Keyboardis di hari pernikahan.

Ternyata gak butuh drama karena saya malah nangis beneran, wkwkwkwk

.....................................................

Awalnya, pernikahan akan dilangsungkan pada tanggal 26 Maret 2022. Persiapan sudah nyaris sempurna tetapi satu Minggu sebelum acara, istri dan Mamanya positif COVID-19.

Gejalanya memang tidak terlalu parah karena 'hanya' batuk dan demam saja. Setelah diskusi, kita memutuskan untuk menunda pernikahan sampai Istri dan Mama mertua sehat kembali.

Kita tidak boleh egois atau menutupi soal ini karena akan ada banyak saudara berusia lanjut yang akan hadir. Akan terasa berdosa sekali jika kita tetap memaksakan acara padahal salah satu dari kita ada yang positif.

Puji Tuhan, pihak Hotel menerima pengunduran pernikahan kita. Tidak ada denda atau penalty yang diberikan padahal acara tinggal 1 Minggu lagi.

Satu-satunya hal yang merepotkan adalah kita harus menghubungi satu per satu tamu yang sudah mengkonfirmasi hadir kalau acara terpaksa ditunda.

Oh ya untuk pernikahan kali ini kita menerapkan sistem reservasi. Jadi tamu yang sudah mendapat undangan akan kita hubungi lagi untuk konfirmasi kehadiran.

Menurut saya pribadi ini cara yang paling efektif untuk memastikan jumlah yang hadir agar tidak terjadi penumpukkan yang berujung kepada kerumunan.

Ya repotnya itu tadi, kita harus bersabar menunggu konfirmasi dari undangan.

"Saya usahain hadir ya" atau "Nanti saya kabarin lagi" adalah beberapa jawaban menyebalkan yang saya dapat, hahaha.

Oh ya karena alasan yang sama pula, kita membatasi 1 undangan untuk 2 orang saja. Ini pun membuat kita harus siap dengan pertanyaan seperti:

"Nanti anak kita siapa yang jagajn" atau "Ini si Andrea pengen ikut katanya, pengen liat Sani ama Debi menikah, boleh ya ikut?"

Kita harus siap dengan banyaknya negosiasi yang diajukan dan untuk beberapa orang akhirnya kita mengalah dengan memperbolehkan membawa anak padahal aturan ini dibuat untuk kebaikan bersama agar tidak terjadi kerumunan.

Selain dua hal itu tadi, kita juga harus siap dengan nyinyiran dari orang yang tidak bisa kita undang.

Karena kita memang membatasi jumlah tamu maka mau tidak mau harus ada yang 'dikorbankan' alias tidak bisa diundang.

Lansia di luar keluarga terpaksa kita pinggirkan karena sesuai saran dari hotel, lansia lebih baik tidak diundang.

Agar win-win solution dan mencegah nyinyiran maka kita akan membuat acara tersendiri di Gereja. Belum juga dibicarakan, nada sumbang sudah mulai terdengar dari orang yang tidak diundang.

Omongan sumbang tersebut sebenarnya tidak berdampak apapun ke kita berdua apalagi ke saya pribadi yang pada dasarnya cuek dan santai.

Beda kasus jika nyinyiran tersebut datang dari teman di lingkungan kerja. Bisa dibayangkan kan, gimana gak enaknya kita dinyinyirin orang yang setiap hari bertatap muka dengan kita?

Ini yang saya maksud dengan nyinyiran berdampak dengan nyinyiran yang tidak berdampak.

....................................................

Satu hal yang membuat saya pribadi sangat senang adalah kehadiran Maria Vania sebagai pendamping istri. Kebetulan Istri adalah sahabat dekat Maria sejak SMA dan saya sendiri lumayan dekat dengan Maria sewaktu masih SMA.

Maria sekarang sudah sangat sibuk di layar kaca. Dia rutin tampil di acara Indosiar dan kemarin sedang sibuk dengan syuting Ramadhan.

Tanggal 24 April, di hari pernikahan kita sebenarnya Maria masih harus melakoni satu episode pamungkas untuk sebuah sinetron di SCTV tetapi Maria berhasil melobi agar scene dia dibereskan di tanggal 23 agar dia bisa datang ke pernikahan kita.

Dan lobi berhasil karena Maria akhirnya bisa datang ke pernikahan kita dan menjadi pendamping istri.

Mohon maaf sekali kepada Maria karena banyak tamu yang mengajak foto bareng Maria. Terima kasih untuk keramahan dan kesediaan Maria berfoto dengan tamu yang hadir.

"12 tahun lamanya Sani memendam rasa kepada sahabat saya...."

Speech dari Maria tersebut membuat saya berpikir sejenak. Ah benar juga ya, waktu berjalan begitu cepat.

Sejak duduk di bangku SMA, saya sudah menaruh hati kepada istri tetapi apa daya, belum ada keberanian untuk mendekati dia.

Saingannya berat dan jauh dibanding saya tapi siapa yang nyangka sih kita berdua kini bisa berjalan di pelaminan yang sama? Rencana Tuhan memang sulit untuk ditebak.

...........................................................

"Yang mau foto dengan mempelai, silahkan mendaftar ke saya ya" panggil MC saat kita semua sedang menyantap makanan yang tersaji.

Sambil mengunyah chicken blackpapper yang enak, saya memperhatikan dari kejauhan si Banu datang menghampiri MC.

Si asu ini sepertinya mau mendaftar buat foto bareng. Oh ya, temen saya sejak SD ini juga sudah berencana nikah di bulan Agustus loh.

"Ya silahkan untuk GS Squad alias GENG SANI SQUAD untuk maju dan berfoto dengan kedua mempelai"

ASYUUUUU, SYAITONNNNN. KENAPA BANGKE NAMA GENG ITU YANG DISEBUT!!

"Apaan tuh Geng Sani Squad?" bisik istri

"Itu Geng yang ditakuti dan dikagumi pas di SMP PROVA" jawab saya ngasal

Padahal aslinya ini adalah geng cupu yang beranggotakan 4 orang yang hobby nya ngeliatin banci di Taman Lalu Lintas setiap Malam Minggu.

Ah beneran deh, waktu rasanya begitu cepat berlalu. Perasaan baru kemarin kita berempat makan steak tepung di Waroeng Steak eh sekarang saya sudah berdiri di pelaminan.

Overall acara berjalan dengan baik. Makanan tidak kurang dan banyak tamu yang bilang kalau makanan yang disajikan enak. Makasih sebesar-besarnya buat Juan sebagai owner Hotel yang sudah turun tangan langsung untuk menjaga kualitas rasa agar terjamin.

.......................................................

Sebelum hari pernikahan, saya sempat bertemu dan ngobrol dengan salah satu teman yaitu Albert a.k.a Ambu.

Btw, si Ambu ini yang fotoin kita berdua untuk pra wedding loh. Hasilnya okey banget dan banyak tamu yang bilang kalau konsep foto kita menarik dan unik.

Padahal buat foto itu kita cuma bener-bener bertiga. Gak pake asisten, pengarah gaya atau make up. Semuanya dilakukan secara mandiri.

Salah satu request saya untuk foto pra wedding ke pasangan adalah saya pengen si Ambu yang fotoin.

Jujur aja, saya bakalan merasa kagok banget kalau yang foto itu bukan temen sendiri. Kalau temen sendiri kan enak, mau maki atau bacot apapun pasti ditampung.

Mau gaya ini itu tinggal ngomong lah kalau orang lain jatohnya kagok gak sih.

Saya juga mengajukan request ke Ambu supaya fotonya jangan sama seperti orang lain. Hampir semua foto pra wedding yang saya perhatikan konsepnya mengambil di alam terbuka atau hutan dengan pria menggunakan jas dan si perempuan menggunakan gaun.

Ah gak cocok rasanya kalau kita berdua mengambil konsep begitu. Itu mau nikah apa mau berburu babi hutan sih.

Kembali lagi ke obrolan saya dan Ambu, si Ambu cerita kalau bulan lalu dia menjadi Best Man untuk temannya yang menikah.

Pernikahan mereka diadakan di Green Forrest dan entah mereka salah perhitungan atau bagaimana, budget pernikahan mereka tetiba melambung tinggi.

Dari rencana awal cuma mengundang 50 orang, naik menjadi 100 orang. Setelah pemberkatan dan menunggu untuk acara resepsi, mempelai pria dan mempelai perempuan berantem gegara soal duit.

Bayangin berantem pas hari pernikahan karena si mempelai perempuan sudah kehabisan duit buat bayar kekurangan dan dia minta ke suaminya yang juga kehabisan 'bensin' buat membayar biaya overload pernikahan mereka!

"Terus gimana Mbu?"

"Ya temen gua itu jadinya minjem 5jt ke gua buat lunasin dulu. Dibayarnya pakai angpau setelah pernikahan"

Puji Tuhan Yesus Kristus, dana buat pernikahan kita sudah aman dan lunas jauh-jauh hari.

Sesuai komitmen kita berdua, biaya pernikahan kita ini ditanggung oleh kita berdua. Kita tidak akan meminjam uang kepada siapapun atau menjual aset untuk membiayai hari besar kita berdua.

Kalau kalian baca postingan saya sebelum ini, bersamaan dengan kita yang sedang merencanakan pernikahan, istri pun sebenarnya mendapat berkat berupa fasilitas pembelian rumah dari kampus tempat dia bekerja.

Meskipun begitu, istri harus tetap membayar setengah harga rumah secara cash. Waktunya sebenarnya bisa dibilang kurang pas karena menikah dan membeli rumah (biar cuma setengahnya), keduanya membutuhkan biaya yang tidak sedikit.

Dan inilah kebesaran Tuhan, kita berdua bisa membereskan keduanya dengan baik. Urusan rumah beres, begitu pula urusan menikah beres juga tanpa harus merepotkan orang lain.

Beberapa saudara yang berbaik hati sempat menghubungi kita berdua dan menawarkan bantuan "Kalau ada yang bisa dibantu, telepon aja ya". Kurang lebih seperti itu bantuan yang ditawarkan kepada kita berdua.

Terima kasih untuk kebaikan hatinya, semoga Tuhan membalas kebaikan kalian semua.

............................................................

Jam sudah menunjukkan pukul 8 Malam, satu per satu tamu sudah mulai berangsur pulang.

Saya melirik ke arah buffet, masih ada beberapa piring yang menumpuk pertanda ada lebih dan tidak kurang.

Alunan lagu "We Could Be In Love" dari Lea Salonga mengalun di seantero ballroom.

"Be still my heart

Lately it's mind is on it's own

It would go far and wide

Just to be near you

Even the stars

Shine a bit bright I've noticed

When you're close to me"

Saya terduduk sembari menatap seisi ruangan yang sudah sepi. Beberapa jam lalu, ruangan ini terisi penuh tetapi sekarang sudah nyaris kosong.

Dengan berakhirnya acara resepsi pernikahan ini berarti kehidupan yang baru, baru saja akan dimulai.