Jumat, 02 November 2018

GOJEG Move On

Malam ini, gua lagi terdampar di daerah Cibadak. Urusan Clobberin Time sudah kelar semua dan jam baru  menunjukkan jam 9 Malam, masih terlalu 'pagi' buat pulang.

Kalau begitu enaknya ngapain? Jawabannya adalah nge-GOJEG dong. Siapa tau dapat, mbak cakep yang searah pulang, lumayan buat temen ngobrol di sepanjang perjalanan pulang, hihi.

Gua nyalain aplikasi dan gak pake lama, sebuah orderan langsung masuk ke ponsel gua. Gua klik dan muncul nama 'Riska'. Hmm, gua tilik-tilik sebentar, dari nama sih keliatannya cantik nih. Gua telpon buat konfirmasi dan dari suara keliatannya Riska ini seumuran dengan gua. Oh ya, tujuan Riska adalah ke Arcamanik. Satu arah dengan tujuan pulang.

Riska minta dijemput di sebuah gang di Cibadak dan gak lama kemudian gua sudah mencapai tujuan. Keluar seorang perempuan berhijab merah dan gua konfirmasi ulang, bener nama dia Riska.

Kalau gua menggambarkan, Riska itu perempuan berhijab yang usianya mungkin di kisaran 25-28 tahun dan berlesung pipit. Dan seperti biasa, di tengah perjalanan gua mulai ajak ngobrol santai.

"Teh Riska, ada acara apa tadi di Cibadak?" tanya gua memulai obrolan.

"Oh enggak, ini saya habis dari rumah Kakak saya, biasa silahturahmi"

Teh Riska kemudian bercerita bahwa dirinya baru 1 bulan ini resign dari kantor dan selama 1 bulan ini dia sedang beradaptasi dengan kehidupan barunya. Maksudnya adalah Teh Riska yang biasa tiap hari berangkat kerja terus pulang Sore jam 5 sekarang otomatis 'menganggur'. Ini tentu bisa menjadi masalah terutama saat rasa jenuh tiba. Dari yang awalnya sibuk mengerjakan pekerjaan kantor kini hampa, gak ada kerjaan.

Dari yang gak biasa nonton TV di Pagi hari, kini jadi nonton acara bongkar aib orang punya si Uya Kuya tiap Pagi.

"Biar saya gak jenuh makannya saya sering main ke rumah Kakak saya di Cibadak tadi" lanjut Teh Riska.

Mungkin karena sudah mulai merasa nyaman dengan gua, Teh Riska mulai menceritakan hal-hal pribadi dirinya sampai di satu titik dia ngomong gini:

"Kamu mirip dengan mantan pacar saya. Sipit gimana gitu"

"Pasti mantannya Teh Riska ganteng soalnya mirip ama saya" goda gua

"Ah bisa aja kamu"

Teh Riska kemudian bercerita bahwa dia pacaran dengan Mr. X selama 8 tahun dan akhirnya harus kandas karena perbedaan agama. Teh Riska beragama Muslim sedangkan Mr. X beragama Kristen.

Awalnya hubungan mereka lancar karena keduanya berbohong soal status mereka. Mr. X bercerita kepada keluarganya kalau Teh Riska itu beragama Kristen. Keluarga Mr. X percaya karena kalau diselidik, wajah Teh Riska memang terlihat 'agak' oriental meskipun bukan.

Teh Riska kemudian bercerita bagaimana serunya hubungan mereka berdua selama 8 tahun. Gimana baiknya si Mr. X dan betapa perhatiannya Mr. X. Pernah satu hari mereka berdua berantem hebat tetapi meskipun berantem, si Mr. X tetap menjemput Teh Riska pulang.

Seperti di FTV Indonesiar, Teh Riska awalnya ogah naik dan malagan berbalik badan berjalan ke arah berlawanan. Mr. X kemudian turun dari mobil dan menyuruh Teh Riska padahal saat itu kondisi sedang hujan dan banyak kendaraan yang lalu lalang.

"Pokoknya itu berkesan banget" kata Teh Riska.

Tetapi hubungan 8 tahun itu akhirnya harus kandas karena restu dari orang tua. Alasan agama menjadi 'momok' untuk hubungan mereka berdua.

Begitu tahu kalau Teh Riska beragama Islam, Kakak perempuan dari Mr. X langsung menangis hebat karena hubungan keduanya yang memang sangat dekat. Orang tua dari Mr. X juga sangat sedih karena mereka sudah merasa sangat cocok dengan Teh Riska.

Tapi apa lacur, prinsip adalah hal yang sulit untuk ditembus dan oleh karenanya hubungan keduanya harus kandas.

Dan setelah hubungan keduanya kandas, Teh Riska kemudian dikenalkan dengan seorang duda beranak 3 dan orang tua Teh Riska berharap jika Teh Riska bisa menikah dengan Om mapan beranak 3.

"Teh Riska yakin mau menikah dengan Om Duda itu?" tanya gua

"Sejujurnya sih enggak. Bahkan pas 1 Minggu sebelum acara pernikahan, saya sudah mau membatalkan tetapi karena Ayah saya sampai sakit akhirnya saya pilin buat lanjut"

Hm, demi Ayah bukan demi hati.

Teh Riska juga bercerita bahwa hubungan dirinya dengan 3 anak sambungnya tidak baik terutama dengan si sulung yang sampai hari ini, tidak pernah menganggap Teh Riska sebagai seorang 'Ibu'. Sedangkan 2 Adiknya masih mau mendengar Teh Riska.

Berat gak sih jadi Teh Riska? Harus putus hubungan dengan mantan pacar yang sudah pacaran selama 8 tahun, menikah dengan Om Duda yang sebenarnya belum sayang-sayang amat, resign dari kantor, dan setiap hari harus ketemu dengan 3 anak sambung yang belum bisa menerima Teh Riska seutuhnya.

Oh ya suami Teh Riska bekerja di Balikpapan dan pulang 1 bulan sekali saja. Disaat begini, Teh Riska terkadang kepikiran mantannya itu.

"Rumahnya di daerah Pinus Regency, gak jauh dari sini kan? Saya juga masih ingat rute kesana"

"Mau gak, anterin saya kesana? Gak mampir cuma pengen lewat rumahnya aja. Nanti saya lebihin ongkosnya" sambung Teh Riska

Ongkos Cibadak - Arcamanik via Go-PAY itu kalau gua gak salah sekitar 23rb dan Teh Riska bilang bakalan kasih lebih asal gua mau nganterin dia ke rumah mantannya, lewat doang.

Berpikir sejenak, gua jawab gini:

"Bukannya gak mau Teh Riska tapi menurut saya mah mending gak usah. Nanti malah semakin kepikiran mending yang ada sekarang disyukuri aja"

Gua pernah dalam posisi Teh Riska. Dulu kalau lewat daerah rumah mantan pacar, gua sering pengen lewatin rumahnya sambil ngarep berpapasan dengan dia. Beberapa kali gua coba dan hasilnya adalah malah semakin menyakiti diri sendiri.

Disaat kamu ngarep bisa berpapasan dengan mantan pacar yang sebenarnya sudah gak peduli dengan diri kamu, dia malah lagi asyik dengan pacar barunya.

Sungguh sangat menyedihkan bukan.

Gua pun berpikir demikian, kalau misalnya gua mengiyakan request Teh Riska, hal itu malah akan semakin menyakiti dirinya. Dia bakalan terus teringat kenangan dan pasti makin bikin susan move on.

Toh Teh Riska sudah punga kehidupan sendiri bukan? Dan gua juga percaya kalau si Mr. X sudah memiliki kehidupan sendiri.

Perjalanan yang lumayan jauh ini diakhiri tepat di depan gerbang rumah Teh Riska. Teh Riska mengucapkan terima kasih sambil tersenyum dan gua hanya jawab:

"Jangan dipikirin terus Teh Riska, yang sekarang juga pasti gak kalah baik kok dari sebelumnya"

Teh Riska hanya tersenyum sambil masuk ke dalam rumahnya.

.........................................................................................

Sudah bukan rahasia lagi kalau banyak orang yang pengen banget join GOJEG. Mungkin mereka mendengar 'katanya besar penghasilannya'. Ya kadang 'katanya, katanya' itu yang bikin orang ngiler padahal terkadang kenyataannya gak seindah 'katanya, katanya'.

Itu pun yang membuat Teh Yola tertarik untuk bergabung ke GOJEG, bukan buat dia sih tapi untuk suaminya.

Di suatu Malam, gua lagi menikmati Es Kepal Milo. Ini makanan yang sempat booming beberapa bulan lalu tetapi berhubung gua paling tidak tertarik buat mengantri cuma buat makan doang, gua baru ngicip dong ini Es Kepal Milo seharga 15rb perak ini -_-

Rasanya ternyata gitu doang yak, gua kira bakalan kayak apa rasanya. Di bayangan gua rasanya bakalan kayak ada sensasi koklat lumer di mulut ternyata kayak es serut biasa.

Lagi asyik icip Es Kepal Milo, orderan GOJEG masuk ke HP gua. Sebuah orderan atas nama 'Nita', gua chat dan posisi Teh Nita ada di depan BORMA Antapani, gak jauh dari posisi gua yang sedang menikmati Es Kepal Milo.

Gua habiskan Es Kepal Milo yang kurang enak itu dan segera bergegas menjemput Teh Nita. Seorang perempuan muda sedang berdiri di depan BORMA bersama seorang anar kecil usia 4 tahun. Feeling gua itu adalah Teh Nita dan pas gua konfirmasi ternyata benar dia adalah Teh Nita.

Tujunnya adalah UBERTOS (Ujung Berung  Town Square), sebuah Mall sepi yang letaknya di Bandung timur.

Di perjalanan, gua nanya ngapain ke UBERTOS malam-malam gini dan jawabannya adalah

"Saya mau coba kredit HP buat dipake suami saya nge-GOJEG karena kata tetangga saya banyak toko HP di UBERTOS yang bisa nyicil belinya"

"Saya sudah foto copy buat persyaratannya. Kata tetangga saya penghasilan dari GOJEG lumayan banget. Buat nambah-nambah"

Hm, gimana ya bilangnya. Gua gak tau ya berapa sih penghasilan Driver yang tiap hari kerjannya emang jadi Driver GOJEG tetapi buat gua yang Nge-GOJEG buat fun dan buat menulis buat blog, kisaran yang gua dapat itu 30rb dan ludes di hati itu juga buat isi bensin dan makan Ayam Geprek di Kiara Condong atau makan Nasi Mawut bareng si Arya, Bangsa, dll.

Kalau gua mengibaratkan adalah penghasilan gua di GOJEG itu tiap Minggunya sama seperti saat gua menjual 2 Tees Clobberin Time.

Dan lagi, sepengetahuan gua, penerimaan Driver GOJEG di Bandung sudah tutup dan belum dibuka lagi untuk jangka waktu yang belum ditentukan. Nambahin lagi, cicilan HP yang di Konter HP gitu, yang gua tau bunganya sangat mencekik kan?

Dengan semua fakta di atas, kalau kalian jadi gua, apa yang bakalan kalian lakukan? Bilang kalau GOJEG lagi menutup pendaftaran, bilang kalau nyicil di konter HP bunganya kayak syetan mencekik atau bilang kalau penghasilan GOJEG tidak seindah yang dibayangkan?

Gua bisa aja cerita itu semua tetapi jujur gua gak tega apalagi pas si Ibu ngomong kalau mereka baru saja berhutang besar buat menebus anar mereka yang baru lahir.

Kalau sudah begini, gua harus gimana menurut lu?

Dalam obrolan antara gua dan Teh Nita, di bayangan Teh Nita sudah terbayang kalau jadi Driver GOJEG itu penghasilannya bakalan besar dan bisa merubah perekonomian keluarga dia.

"Kalau penghasilan kakaknya berapa dari GOJEG?" tanya Teh Nita ke gua

"Saya? Ya kisaran 100an lah sehari" kata gua ngibul. Karena gak mungkin juga gua ngomong ke Teh Nita kalau gua jadi Driver cuma buat fun doang.

"Lumayan banget. Doain saya ya supaya gampang nyicil HP-nya terus suam saya gampang daftar jadi Drivernya" kata Teh Nita.

"Oh iya Teh, pasti saya doakan" jawab gua. Tentu gua akan mendoakan yang lebih baik lagi, lebih dari menjadi seorang Driver GOJEG.

20 menit kemudian, kita sampai ke tujuan dan ongkosnya adalah sekitar 20rb. Gua gratisin, bilang buat jajan si adek kecil.

"Makasih ya Om" kata si Adek kecil sambil ngedadahin gua di depan UBERTOS.

..............................................................

"Ini anaknya tadi ngomong, dia pengen pegangan. Boleh gak?" tanya seorang Mbak muda yang lagi dibonceng gua.

"Oh iya, silahkan pegang aja" kata gua. Si kecil langsung memegang erat gua dan oh ya, anak kecil ini (maaf banget, tidak ada maksud menyinggung siapapun) adalah anak autis.

Setelah berpegangan erat dengan gua, si anak yang awalnya gak bisa diem mendadak jadi tenang. Kepalanya bersender ke punggung gua dan tangannya memegang erat pinggang gua.

"Biasanya dia suka gak mau kalau pegangan ama orang yang baru dikenal" kata si Mbak muda yang sepertinya adalah pengasuh si Anak.

Jari jemari letik yang berpegangan erat
Buat gua pribadi, hal-hal seperti inilah yang membuat gua semakin susah move on dari dunia Ojol karena selalu ada banyak cerita di dalamnya.

Selalu ada banyak alasan untuk bersyukur karena sudah diberikan kehidupan yang begitu baik karena dengan menjadi Driver Ojol, kita bisa bertemu dengan banyak orang, mendengar cerita mereka untuk kemudian bersyukur karena masih banyak orang yang memiliki masalah lebih berat dari kita.

"De, sudah dimana? Cepetan pulang, sudah malam. Banyak orang jahat di jalan" suara Papa di ujung telpon.

Jam sudah menunjukkan pukul 23:30, waktunya untuk pulang.


Koleksi Bintang 5

2 komentar:

Anonim mengatakan...

hahahahha,,, saya ge tertarik pengen ngegojeg/ngegrab,,, tp masih susah ningalin berassss,, hahaha

Stefanus Sani mengatakan...

Hahaha, semoga jualan berasnya makin makmur vroh