Rabu, 27 April 2016

The Next Lupus

Pernah denger Novel Lupus?

Tahun 80-90an bisa dibilang Lupus adalah culture pop di Indonesia. Dimulai dari Cerpen di Majalah HAI, Lupus kemudian menjelma menjadi icon pop untuk generasi di tahun itu.

Gue yang kebetulan emang besar di Generasi 90an (Iya tau, sudah tua gue) gak lepas dari demam Lupus. Hampir semua Novel Lupus gue koleksi dan tiap diajak Bokap ke Gramedia, gue pasti menyelipkan 1 buah Novel Lupus di keranjang belanjaan gue.

Denger-denger sih ya, kalau diakumulasikan Novel Lupus sudah hampir terjual sebanyak 3,5 juta copy dan merupakan rekor penjualan buku hingga hari ini #wow

Dan setelah lama vakum, 30 tahun setelah Novel pertamanya terbit (tahun 1986) Trio pengarang Lupus (Hilman, Boim Lebon, dan Gusur) bekerja sama dengan Tirana Art Management berupaya kembali menghidupkan karakter Lupus dengan gimmick baru dan tampilan yang lebih segar dengan cara menggandeng para penulis muda yang berbakat.

Audisi penjurian dan workshop akan diadakan di beberapa Kota besar di Indonesia (Yogyakarta, Bandung, Jakarta) dan #uhuk gue termasuk salah satu yang lolos audisi.

Kok bisa? Gimana caranya?

Jadi gini, sebenernya gue juga awalnya telat tau tentang Event ini. Gue malah kirim tulisan gue, 30 menit sebelum deadline pendaftaran ditutup. Gue kirim tulisan gue di blog ini yang judulnya "Audisi Nyanyi" dan "Cinta dari atas Balkon" (yang mau baca silahkan diubek-ubek lagi di Blog ini karena postingan lama). Tulisan tersebut sudah gue modifikasi dan gue masukkan tokoh-tokoh di Novel Lupus seperti Lupus, Lulu, Boim, Gusur, dll.

Banner "Nulis Lupus Bareng"
3 Hari kemudian, gue ditelpon dan dikabari panitia kalau 2 tulisan gue tembus dan disuruh datang untuk proses penjurian di depan 3 juri yaitu (Boim, Gusur dan seorang juri dari Tirana Art Management).

Di telpon si gue oke, oke aja dan bilang pasti datang tapi pas tutup telpon gue langsung puyeng karena nanti di penjurian besok, gue harus mempresentasikan karya gue di depan tiga juri tersebut + para peserta yang juga lolos (katanya sekitar 50 orang).

Buat yang kenal gue pasti tau banget kalau gue bukan orang yang suka tampil di depan umum dan lebih suka kerja di balik layar. Belum lagi gue paling gak bisa kalau harus ngomong di depan orang banyak. Pengecualian kalau gue ngomong di depan orang banyak yang sudah gue kenal, gue masih bisa menguasai keadaan tapi kalau ke orang yang gak kenal dan katanya puluhan, udah deh Wallahu a'lam.

Sempet berpikir buat gak dateng tapi temen gue si Ambu terus ngomporin gue dan ngasih motivasi buat gue datang. Saking tegangnya gue gak bisa tidur dan baru bisa tidur jam 3 subuh padahal acara dimulai jam 8 Pagi.

Besoknya, gue memantapkan diri and whatever happened, happened. Audisi dilakukan di Kantinasion Jalan Ambon, gue datang on time dan ketika sampai sudah banyak banget orang disana. Karena gak ada yang gue kenal, gue duduk dekat meja registrasi dan mulai baca-baca Novel Lupus yang sengaja gue bawa buat nambah refrensi.

Ketika Meja Registrasi dibuka, gue registrasi ulang dan luar biasanya gue kebagian di urutan nomor 1. Bener kata si Ambu, dibanding lu deg-degan nunggu giliran kenapa lu gak jadiin aja di urutan nomor 1 biar cepet plong.

Gak lama setelah registrasi, nama kita satu per satu dipanggil ke depan buat mempresentasikan dan dinilai oleh 3 tim juri. Karena gue registrasi di nomor 1 jadilah gue orang pertama yang kebagian buat langsung tampil.

Dewan Juri yang terhormat
Gilak! Bener-bener gilak, tegangnya luar biasa mirip seperti gue waktu disuruh test Nyanyi pas masih SMA dulu. Gue ngalamin yang namanya demam panggung, keringet dingin, dan rahang gue jadi kaku saking tegangnya.

Gue memperkenalkan diri di depan juri dan mempresentasikan tulisan gue yang judulnya "Audisi Nyanyi". Karena gue biasa ngomong cepet, gue mencoba banget buat memperlambat tempo tapi jujur deh rahang gue jadi kaku banget ditambah lidah gue yang berasa membeku saking tegangnya. Susah bener mau digerakkin gara-gara tegang tadi.

Setelah beres presentasi, 2 orang juri yaitu Mas Boim dan seorang dari Tirana Art Management memuji tulisan gue yang dibilang lucu dan sudah punya basic menulis. Mbak dari Tirana Art kemudian nanya, apakah gue sering menulis buat Majalah yang gue jawab sering nulis Cerpen buat Majalah HAI, dll.

Penilaian 2 juri positif tapi ternyata gak buat 1 juri lagi yaitu Om Gusur. Dia awalnya muji tulisan gue tapi belakangan kritik dan bilang kalau 'tulisan kamu itu ya Sani, tidak membawa sesuatu yang baru untuk karakter Lupus. Tidak ada keunikkannya'

Gue lantas mendebat dan bilang ke Om Gusur kalau di tulisan gue ini, gue masih menjadikan karakter Lupus, Boim, Gusur original sebagai pacuan buat gue jadi sengaja gue gak bikin gimmick-gimmick baru di karakter yang gue tulis. Lagi pula, kita disuruh buat nulis 1 halaman dan gue rasa 1 halaman gak akan cukup buat membuat gimmick baru karena harus ada perkenalan dan intro terlebih dahulu.

Om Gusur kemudian menjawab "kalau dari saya sih gak ya tapi semuanya bergantung ke 2 juri lagi. Kalau mereka oke sama kamu, maka kamu lolos"

Bukannya pesimis tapi dari omongannya si Om Gusur itu, gue jadi sedikit yakin gak akan lolos karena gue beranggapan kalau saingan gue yang lain pasti hasil nulisnya jauh lebih keren. Setelah beres presentasi, gue kembali duduk ke kursi dan rasanya bener-bener plong banget. Semua beban dosa di pundak gue langsung lenyap, urusan lolos atau gak itu gimana nanti deh yang penting gue sudah mencoba.

Setelah 20 peserta yang maju, kita diberi waktu untuk rehat dan menikmati santap siang. Nah disaat itu ada salah seorang peserta yang nanya ke gue "Eh, itu baju John Cena yang kamu pake, belinya dimana?"

Begitu tau dia adalah fans WWE, kita langsung nyambung ngobrolin WWE. Seru banget sampai peserta lain ikut nimbrung dan obrolan kita langsung melebar kemana-mana. Kita yang tadi jalan sendiri-sendiri gara-gara ngomongin WWE kini jadi akrab.

Setelah rehat selesai, tiba-tiba nama gue dipanggil lagi oleh juri dan disuruh maju kedepan. Gue kaget, ada apaan ya. Mas Boim tiba-tiba ngomong gini "Setelah kita cek, ternyata tulisan kamu yang dikirim ke panitia ngejiplak dari internet ya? Terpaksa kamu kami diskualifikasi"

Jegerrrr, begitu ngedenger mas Boim ngomong gitu kiamat seolah datang lebih cepat buat gue. Bukan karena gue sedih didiskualifikasi tapi tuduhan ngejiplak karya orang di internet buat gue itu sungguh tuduhan yang menjurus ke fitnah. Gue berani sumpah kalau gue gak pernah sekalipun jiplak karya orang di internet dan tulisan yang gue kirim yang judulnya "Audisi Nyanyi" tersebut aslinya emang kejadian yang pernah gue alamin sendiri terus masak ada orang yang pengalamannya sama persis kayak pengalaman gue.

Gue kemudian mencoba membela diri dengan perasaan yang bercampur aduk, ada rasa malu juga ke peserta lain karena tuduhan tersebut. Gue bilang kalau mungkin itu adalah tulisan gue yang dikirim ke beberapa portal online (karena gue emang suka dapet honor dari beberapa portal online yang nerima tulisan gue). Mas Boim dan juri yang lain tetep gak mau terima dengan alasan gue dan lantas gue dipanggil ke depan meja juri. Sambil cengegesan Mas Boim ngasih gue "Bubble Ticket" yang artinya gue orang pertama yang lolos ke babak selanjutnya. Wowwww

My Bubble Ticket
Anjiiiirrrrr, rasanya luar biasa. Gue bener-bener shock dikerjain kayak gini. Gue jadi tau gimana rasanya peserta audisi Indonesian Idol yang dapet Golden Ticket. Oh gitu toh rasanya, antara seneng, kaget, dan bangga semuanya bercampur jadi satu. Apalagi gue orang pertama yang dapet Bubble Ticket dari Audisi Bandung.

Semua peserta dan penitia lantas memberi tepuk tangan + nyorakkin gue. Gue bisa bilang ini adalah salah satu best moment in my life yang kelak bisa diceritakan ke anak gue kelak. Hahahaha

Setelah dapat tiket, gue diberitahu panitia buat datang lagi besok Pagi jam 9 buat ketemu langsung dengan penulis dan creator Lupus, Hilman Hariwijaya yang kesohor itu. FYI, Mas Hilman adalah penulis naskah untuk sinetron Anak Jalanan di RCTI dan kalau ketemu besok, gue bakalan minta ke Mas Hilman supaya gue bisa dimasukkan ke sinetron Anak Jalanan buat nemenin karakter Boy di Sinetron itu. Kidding bros!

Besoknya gue datang on time. Bedanya dengan kemarin adalah gue datang dengan rasa percaya diri tinggi, gak gugup lagi dan ditambah gue sudah kenal beberapa peserta. Sayangnya beberapa temen yang sudah gue kenal kemarin, banyak yang gak kepilih dan yang kepilih buat ngikutin workshop hari ini memang gak terlalu banyak. 

Workshop hari ini berjalan dengan menyenangkan. Mas Hilman memberi panduan dan bercerita tentang awal dirinya membuat karakter Lupus dan teman-temannya. Persis seperti yang pernah gue baca, mas Hilman itu aslinya pemalu dan keliatan banget gak biasa tampil di depan umum. Seperti yang pernah dia bilang, karakter Lupus adalah alter ego dirinya dan Lupus bukanlah Hilman karena keduanya merupakan 2 identitas yang berlainan.


Poin-poin yang dijabarkan oleh Mas Hilman sebenarnya sedikit banyak sudah gue lakuin setiap kali gue menulis. Mulai dari pengalaman pribadi, membuat side kick untuk tokoh utama, dll. Gue gak segan kalau bilang gaya nulis gue emang terpengaruh banget gaya nulis Mas Hilman karena Lupus adalah bacaan gue sejak masih SMP dulu.

Saat workshop itu, kita dikasih tugas buat bikin Cerpen on the spot dan gue nulis Cerpen yang judulnya "Punten, Punten!" yang terinspirasi dari cerpen lama gue dengan beberapa modifikasi. Acara Workshop cukup lumayan lama karena baru beres jam 4 sore.

Sebelum acara berakhir, dipilih 3 orang perwakilan untuk diwawancarai media lokal dan mungkin karena gue camera face (huek), gue kepilih jadi salah satu wakil buat diwawancarai. Gue harus bercerita tentang pengalaman gue ikutan Event ini dan menjelaskan motivasi gue buat ikutan Event ini apa.

"Gue ikut Event ini karena gue emang ngefans dengan Novel Lupus sejak lama, sejak masih SMP. Waktu kecil, gue tuh orangnya pendiem, introvert, pemalu, dan gak suka main keluar rumah. Kesenangan gue adalah waktu gue lagi baca Novel Lupus karena.....bla....bla......" gue ngebacot.

Gue kemudian ngebayang kalau suatu hari nanti, rekaman ini diputar dan Nyokap gue or Guru Sekolah Minggu gue waktu gue masih kecil gak sengaja nonton, mereka pasti bakalan geleng-geleng kepala sambil ngomong "Luar biasa ini si Sani pencitraannya. Introvert, pendiem, pemalu yang ada lari sana, lari sini. Ngomong mulu gak mau berhenti, jailnya juga nahan"

Ya, namanya juga pencitraan -_-

3 hari kemarin buat gue adalah pengalaman yang sangat berharga. Bisa ketemu temen baru dan dapet ilmu baru. Temennya juga cantik-cantik dan bisa dimodusin (halah). Perjalanan masih panjang karena sehabis ini bakalan ada Camp setelah audisi di Jakarta beres bulan Juni mendatang.

Mohon doanya ya man teman :)

Cari gue yang mana, clue yang paling ganteng

Tidak ada komentar: