Jumat, 28 Juli 2017
Banyak yang kepo dengan penghasilan gua selama jadi Driver UBER. Kalau kamu baca postingan awal gua tentang gua yang jadi Driver UBER, pasti masih ingat kalau gua pernah nulis kalau penghasilan gua dari UBER setiap Minggunya itu sama seperti gua ngejual 2 kaos Clobberin Time (1 kaos harganya 150rb berarti gua dapet 300rb).
300rb itu belum dipotong bensin + makan gua dan dari hitung-hitungan gua, berarti pendapatan gua dari UBER itu berkisar di angka 120rb setiap Minggunya. Lah, kalau sedikit gitu kok masih Nguber aja sih San? Ya, jawabannya karena gua memang tidak mencari tambahan uang di UBER dan gua nguber itu pure buat bahan gua menulis di blog (berhubung banyak yang suka).
Untuk saat ini, gua ada sedikit perubahan gimmick. Kalau biasanya gua ngaku sebagai mahasiswa semester akhir yang sedang mencari tambahan uang untuk skripsi sekarang gua ganti gimmick menjadi mahasiswa baru lulus yang sedang mencari pekerjaan dan selama belum dapet kerja, gua jadi nyambi dulu jadi Driver UBER, hahahaha.
Dan kerennya asli gua bilang keren adalah gak tau akting gua emang kelewat kece atau muka gua keliatan memelas atau dia percaya dengan gua, beberapa customer gua sampai nge-WA gua setiap ada lowongan pekerjaan. Salah satunya adalah Bu Susan yang kerja di Kantor Kereta Api dan tinggal di sebuah Apartemen bilangan Ahmad Yani.
Pas gua anterin beliau ke Kantor Kereta Api di Laswi, dia bilang nanti bakalan ngehubungin gua kalau ada lowongan pekerjaan. Dan beneran dong, setiap ada lowongan kerja pasti gua di-WA dan ditambahin caption "Jangan sampai telat deadlinenya ya Dek, semoga ada yang tembus".
Jadi terharu gua walaupun gua minta maaf sebesar-besarnya karena aslinya gua memang tidak sedang dalam posisi mencari pekerjaan. Terima kasih untuk Bu Susan untuk kebaikkan hatinya, semoga makin banyak berkatnya.
............................................................................
Selama gua nyaru jadi Driver UBER, gua sering ketemu bule (ada yang dari Korea, Filipina, Kanada) sampai yang paling sensasional dari Afghanistan bernama Robin. Pertemuan gua dengan Robin ini terjadi di sebuah Pagi. tepatnya di depan Apartemen Jardin di Cihampelas. Rating Robin ini cukup mengkhawatirkan di angka 3.27 dan bikin gua sedikit mikir, ini orang kok ratingnya bisa jeblok kayak gini. Kalau rating jeblok dari pengalaman gua biasanya orang ini bayarnya pake kartu kredit, pake promo (tanpa kasih tips) atau suka grepe-grepe di jalan.
5 menit menunggu, orang yang dimaksud keluar dari Apartemen dan gua sudah nangkring di depan pintu masuk Jardin. Gayanya oke juga, pake bandana gitu dan lumayan modis. Gua baru sadar kalau dia orang asing ketika dia terbata-bata berbahasa Indonesia dan pas gua ajak ngobrol bahasa Inggris, dia malah gak ngerti (gua masih bisa merespon bule ngomong Inggris selama dia ngomongnya pelan-pelan dan ada waktu buat gua buat mencerna maksud omongan dia).
Tetapi meskipun terbata-bata, dia lumayan lancar berbahasa Indonesia dan ngerti dengan kalimat yang gua ucapin. Robin minta diantar ke Gerbang Tol Pasir Koja karena dia mau nyegat bus buat pulang ke puncak.
Btw, gua kira orang Afghanistan itu bakalan berjanggut seperti mayoritas penduduk dari Negara Muslim tetapi Robin ini beda. Mukanya putih dan bersih dan kalau gua bilang lebih mirip orang dari Asia Timur dan gua pernah baca kalau di Afghanistan ada salah satu suku bernama Pastun yang berkulit putih jadi kemungkinan si Robin ini salah satu bagian dari Suku Pastun.
Dia cerita kalau dia sudah meninggalkan Afghanistan sejak tahun 2004 karena perang mulu. Bom meledak bisa terjadi kapan aja, bisa aja kamu lagi duduk ngopi terus ada bom meledak di keramaian. Itu sangat mungkin terjadi di Afghanistan dan dia sudah tinggal di banyak negara seperti Turki, Qatar, UEA, Malaysia hingga Indonesia.
Di tengah perjalanan, dia nepuk pundak gua dan ngomong gini "Bisa berhenti sebentar? Titit saya perih"
Sebentar, sebentar. Barusan dia ngomong kalau "Titit saya perih?" Karena gua takut salah dengar, gua konfirmasi ulang ke dia "Apa yang perih, Mr Robin?"
"Titit saya"
Ini orang frontal banget, baru kali ini orang yanng ngomong titit langsung tanpa sensor. Tapi gua masih berpikir positif, bisa aja Titit dalam bahasa Afghanistan artinya tengkuk leher atau lutut.
Jadi pas dia bilang "Titit saya perih" bisa aja artinya "Tengkuk leher saya perih", bisa jadi kan?
Gua cari tempat yang agak lowong dan berhentiin motor. Robin turun terus ambil posisi banding (jongkok - berdiri - jongkok). Gua jadi mikir ini kayaknya titit yang dimaksud tuh beneran deh PENIS bukan tengkuk leher.
"Habis kerja nih saya semalam" kata dia sambil jongkok dan berdiri lagi.
Bukannya gua mau mengeneralisir atau bilang semua imigran pekerjaannya sama, tapi sepengetahuan gua (dari buku or koran yang gua baca), banyak imigran gelap di Indonesia yang nyari duitnya jadi (maaf ini mah) jadi gigolo buat laki dan perempuan. Apa jangan-jangan si Robin ini kerja jadi gigolo terus karena terlalu bersemangat jadi titit dia perih gitu ya? Apalagi gua jemputnya di Apartemen, apakah ini berarti si Robin habis 'kerja'?
Karena waktu gua nanya, dia bilang gak punya pekerjaan dan tinggalnya di Puncak dan yang gua tau lagi, di Puncak kan emang banyak yang gini gini loh.
5 menit kemudian kita melanjutkan perjalanan kembali dan gak lama kemudian kita sampai tujuan di Gerbang Tol Pasir Koja, tempat Robin buat nyegat bus dan kembali ke Puncak.
"Ok, Mr Robin. Thank You, see you again. Allah Bless You" kata gua sambil ngasih snack ke Robin (tiap Nguber gua selalu bawa paket isi snack. permen, dan air mineral buat Customer gua),
"Sama-sama. Allah Bless You" kata Robin sambil berlalu dari hadapan gua.
.....................................................................
Apa yang membedakan UBER dengan Grab atau Gojeg? Yang paling kentara adalah kita tidak pernah tahu kemana tujuan penumpang kita. Maksudnya gini, di aplikasi Driver Grab dan Gojeg, pasti muncul kan di layar tujuan customer kemana, nah kalau di UBER gak muncul. Tujuan baru muncul setelah kita teken 'On Trip' di depan customer jadi ini kayak iseng-iseng berhadiah. Kalau lagi ok, kita bisa dapet customer yang kebetulan 1 arah pulang dengan kita atau kalau lagi jackpot, kita bisa dapet yang jauh banget (ke Jatinangor, Padalarang, atau ke Soreang).
Gua sendiri sudah cukup terbisa untuk perjalanan jauh karena dulu ketika Clobberin Time masih kecil belum seperti sekarang, gua sering banget pergi jauh cuma buat anterin pesanan buyer. Percaya gak, gua pernah ke Kota Baru Parahyangan di Padalarang, cuma buat anter pesanan seharga 25rb aja, hehehe.
Kebiasaan lama gua ternyata ini ternyata cukup berpengaruh selama gua jadi Driver Uber. Gua sih ngerasa biasa aja dan gak keberatan buat trip jarak jauh. Tetapi dari semua trip UBER gua, perjalanan gua dengan Mbak Icha mungkin akan menjadi perjalanan terjauh gua selama jadi Driver UBER.
Pertemuan gua dengan Mbak Icha terjadi di suatu hari, dia minta dijemput di stasiun kereta Kiara Condong. Jarak rumah gua ke Stasiun Kiara Condong itu sekitar 10 menit (gak terlalu jauh dari rumah gua). Karena disana termasuk zona bahaya (karena dekat dengan Ojeg Pangkalan), gua sudah wanti-wanti ke Mbak Icha agar kita akting seperti saudara pas ketemuan disana. Dia bilang dia pake jilbab merah dan bawa tas besar.
Dari kejauhan gua liat ada perempuan berjilbab merah dan bawa tas besar. Besar kemungkinan ini customer gua nih, gua sapa sebentar dan benar dia customer gua. Mbak Icha asalnya dari Malang dan tujuan dia ke Bandung adalah buat ngurus perceraian yang rumit plus ngurus surat pindah anaknya dari sekolah di Bandung.
Mbak Icha minta dianter ke sebuah sekolah dasar di Gatsu, buat minta surat keluar dari SD lama anaknya. Jadi ceritanya gini, beberapa Minggu lalu Mbak Icha baru culik anaknya dari sekolah di Bandung terus dibawa ke Malang.
"Dibanding gak ada yang ngurus di Bandung, mending saya bawa aja ke Malang sama saya. Masak sudah kelas 2 SD gak bisa baca kata gurunya juga setiap sekolah pakaiannya lusuh, seperti gak ada yang ngurus"
"Saya tiap bulan kirim uang ke suami saya buat keperluan anak tapi gak tau deh uangnya dipake buat apaan. Main lonte kali. Dibanding gak ada yang urus, langsung saya bawa aja ke Malang biar saya yang urus" lanjut Mbak Icha.
Kalau gua jadi si cowok, asli gua mah malu, dikirimin uang ama mantan istri buat biayain anak (hakikatnya suami yang nafkahin istri, jangan kebalik).
"Nanti kalau saya ada perlu lagi, saya hubungin Sani ya. Saya takut kalau ama Driver lain karena gak kenal siapa-siapa di Bandung" kata Mbak Icha. Mungkin first impression pertama gua sudah baik di depan dia jadi dia percaya ama gua. Mungkin ya.
"Iya siap Mbak"
5 hari kemudian, ada WA masuk ke HP gua. Jam sudah menunjukkan pukul 9 Malam, gua lagi nulis di ruang kerja sambil ditemani lagu dari Maliq & D'essentials (ehem).
"Sani, bisa jemput saya di depan TSM? Ini Icha yang waktu itu" isi WA gua.
Icha siapa ini karena gua punya banyak temen namanya Icha. Gua nanya ulang dan dia bilang, Icha yang waktu itu dijemput di Stasiun Kiara Condong. Begitu dia ngomong "yang waktu itu dijemput di Kiara Condong", gua langsung ingat ini Icha yang mana.
Gua dilema, antara jemput gak jemput. Selain sudah Malam, mood menulis gua lagi bagus dan kalau gua tinggal, ada kemungkinan mood menulis gua sudah turun dan bikin pekerjaan menulis gua jadi terbengkalai.
Tetapi berhubung gua gak mau dicap sebagai orang yang suka PHP, gua okein dan otw kesana. Gua langsung bergegas ganti kostum, pake jaket UBER dan slayer penutup muka. 15 menit kemudian, gua sampai di depan TSM dan chat Mbak Icha "Mbak Icha, aku sudah sampai depan TSM, di gerbang dekat Trans Hotel"
Gak lama kemudian, ada seorang cewek ngehampirin gua. Rambut panjang, berkaca mata, dan cantik, kalau gua bilang mukanya mirip si Mia Khalif....ya si Mia itulah.
Gua awalnya ngira Mbak ini salah orang, mungkin karena dia ngeliat gua pake jaket UBER, jadi dia ngira kalau gua adalah Driver UBER yang buat jemput dia. Gua minta maaf karena lagi jemput orang lain dan dia balas "Ini Sani kan? Ini saya Icha"
Walah, asli pangling banget. Pas pertama ketemu, dia lepas kaca mata dan pake jilbab sekarang jilbabnya dicopot dan pake kaca mata + rambutnya dibiarin tergerai. Asli ini mah, mirip banget ama si Mia Khalif...... (you know what i mean).
"Aduh mbak maaf banget. Saya jadi pangling gini, haha. Mbaknya ganti gaya sih jadi kecele saya"
Mbak Icha minta dianter ke sebuah hotel untuk dia menginap tetapi sebelum ke Hotel dia ngajak gua buat mampir ke tempat minum kopi katanya ada yang mau diomongin.
Gua bawa dia ke sebuah tempat minum kopi, dia mesen Espresso dan berhubung gua bukan peminum kopi, gua milih teh tawar dingin aja (gak enak kalau milih yang mahal).
Mbak Icha ternyata minta dianterin ke Banjar (jaraknya lumayan jauh dari Bandung), dia mau datang ke Kantor Urusan Agama buat minta surat duplikat pernikahan dia. Jadi Mbak Icha ini mau ngurus perceraian tetapi berhubung surat nikah dia dipegang oleh suaminya dan suaminya minta uang 100juta buat tebusan (setan banget ini suami) jadi Mbak Icha berinisiatif buat bikin surat duplikat pernikahan.
"Sani mau gak anterin ke Banjar? Jalannya naik ke atas gunung itu karena kantor KUA ada di atas, jujur saya gak berani kalau sama Driver lain. Kalau kamu, saya percaya kamu orang baik" kata Mbak Icha,
Ah, gua gak sebaik itu sebenarnya mah, hehehe.
Berhubung gua gak tega dan gak enak juga kalau gua tolak, gua iyain tawaran itu. Kita janjian besok jam 6 Pagi dan soal ongkos, gua bilang "gampang, gak sudah dipikirin"
Besoknya, jam 6 teng kita sudah berangkat menelusuri padatnya jalananan. Kalau gua cek WAZE jaraknya sekitar 35km (artinya bolak balik sekitar 70km). Sepanjang perjalanan Mbak Icha cerita tentang kerjaan dia sehari-hari dan cerita gimana keselnya dia ama suami dia yang gak tau diuntung dan suka main jalang.
"Jujur, saya jijik kalau harus berhubungan suami istri ama dia begitu tahu dia suka main ama lonte". Warning untuk kamu kaum adam, jangan suka 'jajan' di luar, inget ama istri dan anak di rumah.
Jam setengah 9 kita sampai di tujuan dan selagi nunggu Mbak Icha ngurus surat duplikat, gua duduk di sebuah warung ditemani 1 buah kopi Good Day dan roti keju. 30 menit kemudian Mbak Icha keluar dengan muka sumringah, hm sepertinya surat duplikat itu sudah didapat.
Agak kesel sih dengernya, karena orang disana sempat minta uang 5 juta buat ngurus ini itu bahkan maksa buat pakai pengacara buat ngurus perceraian. Kantor Urusan Agama itu seharusnya diisi oleh orang yang berakhlak tapi tetep aja kalau sudah soal duit, akhlak pun tergadaikan.
Setelah nego, Mbak Icha dipungut biaya liar sebesar 250rb buat ngurus surat duplikat itu. Yang penting surat duplikat sudah didapat jadi gampang deh buat ngurus perceraian.
Pelajarannya adalah sebelum kamu menikah, kamu harus yakin dulu ama pasangan kamu. Jangan terlihat manis di depan tapi busuk di belakang. Selain agama melarang perceraian, ongkos buat cerai itu ternyata gak sedikit dan lumayan rumit juga ngurusnya.
Hari itu juga, gua anter Mbak Icha pulang ke Stasiun Kiara Condong. Dia kasih gua uang 200rb tapi gua tolak, gua ambil 50rb aja buat bensin. Sisanya biar dibayar ama pahala buat gua suatu hari nanti.
"Terima kasih ya Sani, jangan kapok. Nanti kalau saya ke Bandung lagi, saya hubungi kamu ya"
"Sama-sama Mbak Icha. Sehat terus, tiati di perjalanan, salam buat anaknya ya Mbak"
......................................................................................................
Banyak cerita dan pengalaman keren yang gua denger selama gua jadi Driver UBER. Gua termasuk orang yang sangat talkative dan lumayan bisa mancing orang buat bercerita panjang lebar. Obrolan gua dan customer gua tentu bukan obrolan garing atau obrolan tidak berkualitas.
Pertemuan gua dengan Bu Henny beberapa hari yang lalu meninggalkan kesan mendalam buat gua. Usia Bu Henny sudah lumayan sepuh (50 tahunan) dan kerennya dia masih bekerja dong.
Job dia ada 2, pertama jadi operator telepon dan kedua jadi petugas riset di lapangan. Kalau jadi operator, Ibu Henny yang nelpon konsumen buat nanya tingkat kepuasan konsumen. 1 kali telpon dia dibayar 17.500.
Kalau sehari dapet 10 telpon artinya dia dapet 175rb tapi dia bilang susah karena gak semua orang ngangkat dan mau ngerespon. Ada yang sudah setengah jalan eh malah dimatiin telponnya, kalau dimatiin telponnya artinya Bu Henny gak dapet apa-apa. Dapet capek doang.
"Orang yang paling sabar ternyata CS ya bu, diomelin sabar. Dimatiin mendadak sabar" kata gua
"Hahahaha, iya. Ya mau gimana lagi padahal CS itu kadang gak tahu apa-apa" kata Bu Henny sambil tertawa
"Minum air putih yang banyak bu, jangan terlalu banyak makan gorengan biar suaranya gak serak"
"Iya, saya juga setiap hari selalu bawa air putih"
Bu Henny cerita selepas tugas ini selesai, dia mau kembali ke Tasik dulu (sambil nunggu panggilan kalau ada job jadi CS). Di Tasik, Bu Henny mau jaga stand baju dengan bayaran 110.000 per hari dan untung 2rb per baju.
"Selagi masih bisa, ya ambil semua kesempatan yang ada. Berdoa itu harus tapi kalau berdoa aja, gak ngapa-ngapain ya percuma. Rejeki itu dicari, bukan ditunggu"
"Sama ini bu, berusaha itu harus tapi jangan lupa berdoa juga. Kalau berusaha tanpa berdoa nanti gak berkah ya Bu" lanjut gua.
"Iya, berkat itu gak akan jatuh dari langit. Tuhan yang buka jalan, kita yang ambil kesempatan itu. Selalu ada harapan kok bagi kita yang sering berdoa dan selalu ada jalan bagi kita yang sering berusaha"
Gua tersenyum mendengar cerita dari Ibu Henny dan sesampainya di tujuan, argo menunjukkan biaya 0 (Bu Henny dapet promo jadi gak usah bayar) tetapi dia maksa kasih gua uang 10rb.
"Simpen aja bu uangnya, sehat selalu ya bu, makin lancar pekerjaannya"
"Iya sama-sama, kamu juga sehat selalu ya. Semoga banyak tripnya"
Gua dadahin Bu Henny dan kembali melanjutkan perjalanan gua di hari yang masih panjang ini.....
NB: For the lovely Kindergarten's Teacher, when will you go to Bandung? There's Private Uber that will pick you up :) :) :)
300rb itu belum dipotong bensin + makan gua dan dari hitung-hitungan gua, berarti pendapatan gua dari UBER itu berkisar di angka 120rb setiap Minggunya. Lah, kalau sedikit gitu kok masih Nguber aja sih San? Ya, jawabannya karena gua memang tidak mencari tambahan uang di UBER dan gua nguber itu pure buat bahan gua menulis di blog (berhubung banyak yang suka).
Untuk saat ini, gua ada sedikit perubahan gimmick. Kalau biasanya gua ngaku sebagai mahasiswa semester akhir yang sedang mencari tambahan uang untuk skripsi sekarang gua ganti gimmick menjadi mahasiswa baru lulus yang sedang mencari pekerjaan dan selama belum dapet kerja, gua jadi nyambi dulu jadi Driver UBER, hahahaha.
Dan kerennya asli gua bilang keren adalah gak tau akting gua emang kelewat kece atau muka gua keliatan memelas atau dia percaya dengan gua, beberapa customer gua sampai nge-WA gua setiap ada lowongan pekerjaan. Salah satunya adalah Bu Susan yang kerja di Kantor Kereta Api dan tinggal di sebuah Apartemen bilangan Ahmad Yani.
Pas gua anterin beliau ke Kantor Kereta Api di Laswi, dia bilang nanti bakalan ngehubungin gua kalau ada lowongan pekerjaan. Dan beneran dong, setiap ada lowongan kerja pasti gua di-WA dan ditambahin caption "Jangan sampai telat deadlinenya ya Dek, semoga ada yang tembus".
Jadi terharu gua walaupun gua minta maaf sebesar-besarnya karena aslinya gua memang tidak sedang dalam posisi mencari pekerjaan. Terima kasih untuk Bu Susan untuk kebaikkan hatinya, semoga makin banyak berkatnya.
Penghasilan gua dari UBER di suatu Minggu, 26rb aja :D |
238rb belum dipotong bensin selama 1 Minggu |
Ini juga belum dipotong bensin (penghasilan bersih sekitar 100rb aja per Minggu) |
............................................................................
Selama gua nyaru jadi Driver UBER, gua sering ketemu bule (ada yang dari Korea, Filipina, Kanada) sampai yang paling sensasional dari Afghanistan bernama Robin. Pertemuan gua dengan Robin ini terjadi di sebuah Pagi. tepatnya di depan Apartemen Jardin di Cihampelas. Rating Robin ini cukup mengkhawatirkan di angka 3.27 dan bikin gua sedikit mikir, ini orang kok ratingnya bisa jeblok kayak gini. Kalau rating jeblok dari pengalaman gua biasanya orang ini bayarnya pake kartu kredit, pake promo (tanpa kasih tips) atau suka grepe-grepe di jalan.
5 menit menunggu, orang yang dimaksud keluar dari Apartemen dan gua sudah nangkring di depan pintu masuk Jardin. Gayanya oke juga, pake bandana gitu dan lumayan modis. Gua baru sadar kalau dia orang asing ketika dia terbata-bata berbahasa Indonesia dan pas gua ajak ngobrol bahasa Inggris, dia malah gak ngerti (gua masih bisa merespon bule ngomong Inggris selama dia ngomongnya pelan-pelan dan ada waktu buat gua buat mencerna maksud omongan dia).
Tetapi meskipun terbata-bata, dia lumayan lancar berbahasa Indonesia dan ngerti dengan kalimat yang gua ucapin. Robin minta diantar ke Gerbang Tol Pasir Koja karena dia mau nyegat bus buat pulang ke puncak.
Btw, gua kira orang Afghanistan itu bakalan berjanggut seperti mayoritas penduduk dari Negara Muslim tetapi Robin ini beda. Mukanya putih dan bersih dan kalau gua bilang lebih mirip orang dari Asia Timur dan gua pernah baca kalau di Afghanistan ada salah satu suku bernama Pastun yang berkulit putih jadi kemungkinan si Robin ini salah satu bagian dari Suku Pastun.
Dia cerita kalau dia sudah meninggalkan Afghanistan sejak tahun 2004 karena perang mulu. Bom meledak bisa terjadi kapan aja, bisa aja kamu lagi duduk ngopi terus ada bom meledak di keramaian. Itu sangat mungkin terjadi di Afghanistan dan dia sudah tinggal di banyak negara seperti Turki, Qatar, UEA, Malaysia hingga Indonesia.
Di tengah perjalanan, dia nepuk pundak gua dan ngomong gini "Bisa berhenti sebentar? Titit saya perih"
Sebentar, sebentar. Barusan dia ngomong kalau "Titit saya perih?" Karena gua takut salah dengar, gua konfirmasi ulang ke dia "Apa yang perih, Mr Robin?"
"Titit saya"
Ini orang frontal banget, baru kali ini orang yanng ngomong titit langsung tanpa sensor. Tapi gua masih berpikir positif, bisa aja Titit dalam bahasa Afghanistan artinya tengkuk leher atau lutut.
Jadi pas dia bilang "Titit saya perih" bisa aja artinya "Tengkuk leher saya perih", bisa jadi kan?
Gua cari tempat yang agak lowong dan berhentiin motor. Robin turun terus ambil posisi banding (jongkok - berdiri - jongkok). Gua jadi mikir ini kayaknya titit yang dimaksud tuh beneran deh PENIS bukan tengkuk leher.
"Habis kerja nih saya semalam" kata dia sambil jongkok dan berdiri lagi.
Bukannya gua mau mengeneralisir atau bilang semua imigran pekerjaannya sama, tapi sepengetahuan gua (dari buku or koran yang gua baca), banyak imigran gelap di Indonesia yang nyari duitnya jadi (maaf ini mah) jadi gigolo buat laki dan perempuan. Apa jangan-jangan si Robin ini kerja jadi gigolo terus karena terlalu bersemangat jadi titit dia perih gitu ya? Apalagi gua jemputnya di Apartemen, apakah ini berarti si Robin habis 'kerja'?
Karena waktu gua nanya, dia bilang gak punya pekerjaan dan tinggalnya di Puncak dan yang gua tau lagi, di Puncak kan emang banyak yang gini gini loh.
5 menit kemudian kita melanjutkan perjalanan kembali dan gak lama kemudian kita sampai tujuan di Gerbang Tol Pasir Koja, tempat Robin buat nyegat bus dan kembali ke Puncak.
"Ok, Mr Robin. Thank You, see you again. Allah Bless You" kata gua sambil ngasih snack ke Robin (tiap Nguber gua selalu bawa paket isi snack. permen, dan air mineral buat Customer gua),
"Sama-sama. Allah Bless You" kata Robin sambil berlalu dari hadapan gua.
.....................................................................
Apa yang membedakan UBER dengan Grab atau Gojeg? Yang paling kentara adalah kita tidak pernah tahu kemana tujuan penumpang kita. Maksudnya gini, di aplikasi Driver Grab dan Gojeg, pasti muncul kan di layar tujuan customer kemana, nah kalau di UBER gak muncul. Tujuan baru muncul setelah kita teken 'On Trip' di depan customer jadi ini kayak iseng-iseng berhadiah. Kalau lagi ok, kita bisa dapet customer yang kebetulan 1 arah pulang dengan kita atau kalau lagi jackpot, kita bisa dapet yang jauh banget (ke Jatinangor, Padalarang, atau ke Soreang).
Gua sendiri sudah cukup terbisa untuk perjalanan jauh karena dulu ketika Clobberin Time masih kecil belum seperti sekarang, gua sering banget pergi jauh cuma buat anterin pesanan buyer. Percaya gak, gua pernah ke Kota Baru Parahyangan di Padalarang, cuma buat anter pesanan seharga 25rb aja, hehehe.
Kebiasaan lama gua ternyata ini ternyata cukup berpengaruh selama gua jadi Driver Uber. Gua sih ngerasa biasa aja dan gak keberatan buat trip jarak jauh. Tetapi dari semua trip UBER gua, perjalanan gua dengan Mbak Icha mungkin akan menjadi perjalanan terjauh gua selama jadi Driver UBER.
Pertemuan gua dengan Mbak Icha terjadi di suatu hari, dia minta dijemput di stasiun kereta Kiara Condong. Jarak rumah gua ke Stasiun Kiara Condong itu sekitar 10 menit (gak terlalu jauh dari rumah gua). Karena disana termasuk zona bahaya (karena dekat dengan Ojeg Pangkalan), gua sudah wanti-wanti ke Mbak Icha agar kita akting seperti saudara pas ketemuan disana. Dia bilang dia pake jilbab merah dan bawa tas besar.
Dari kejauhan gua liat ada perempuan berjilbab merah dan bawa tas besar. Besar kemungkinan ini customer gua nih, gua sapa sebentar dan benar dia customer gua. Mbak Icha asalnya dari Malang dan tujuan dia ke Bandung adalah buat ngurus perceraian yang rumit plus ngurus surat pindah anaknya dari sekolah di Bandung.
Mbak Icha minta dianter ke sebuah sekolah dasar di Gatsu, buat minta surat keluar dari SD lama anaknya. Jadi ceritanya gini, beberapa Minggu lalu Mbak Icha baru culik anaknya dari sekolah di Bandung terus dibawa ke Malang.
"Dibanding gak ada yang ngurus di Bandung, mending saya bawa aja ke Malang sama saya. Masak sudah kelas 2 SD gak bisa baca kata gurunya juga setiap sekolah pakaiannya lusuh, seperti gak ada yang ngurus"
"Saya tiap bulan kirim uang ke suami saya buat keperluan anak tapi gak tau deh uangnya dipake buat apaan. Main lonte kali. Dibanding gak ada yang urus, langsung saya bawa aja ke Malang biar saya yang urus" lanjut Mbak Icha.
Kalau gua jadi si cowok, asli gua mah malu, dikirimin uang ama mantan istri buat biayain anak (hakikatnya suami yang nafkahin istri, jangan kebalik).
"Nanti kalau saya ada perlu lagi, saya hubungin Sani ya. Saya takut kalau ama Driver lain karena gak kenal siapa-siapa di Bandung" kata Mbak Icha. Mungkin first impression pertama gua sudah baik di depan dia jadi dia percaya ama gua. Mungkin ya.
"Iya siap Mbak"
5 hari kemudian, ada WA masuk ke HP gua. Jam sudah menunjukkan pukul 9 Malam, gua lagi nulis di ruang kerja sambil ditemani lagu dari Maliq & D'essentials (ehem).
"Sani, bisa jemput saya di depan TSM? Ini Icha yang waktu itu" isi WA gua.
Icha siapa ini karena gua punya banyak temen namanya Icha. Gua nanya ulang dan dia bilang, Icha yang waktu itu dijemput di Stasiun Kiara Condong. Begitu dia ngomong "yang waktu itu dijemput di Kiara Condong", gua langsung ingat ini Icha yang mana.
Gua dilema, antara jemput gak jemput. Selain sudah Malam, mood menulis gua lagi bagus dan kalau gua tinggal, ada kemungkinan mood menulis gua sudah turun dan bikin pekerjaan menulis gua jadi terbengkalai.
Tetapi berhubung gua gak mau dicap sebagai orang yang suka PHP, gua okein dan otw kesana. Gua langsung bergegas ganti kostum, pake jaket UBER dan slayer penutup muka. 15 menit kemudian, gua sampai di depan TSM dan chat Mbak Icha "Mbak Icha, aku sudah sampai depan TSM, di gerbang dekat Trans Hotel"
Gak lama kemudian, ada seorang cewek ngehampirin gua. Rambut panjang, berkaca mata, dan cantik, kalau gua bilang mukanya mirip si Mia Khalif....ya si Mia itulah.
Gua awalnya ngira Mbak ini salah orang, mungkin karena dia ngeliat gua pake jaket UBER, jadi dia ngira kalau gua adalah Driver UBER yang buat jemput dia. Gua minta maaf karena lagi jemput orang lain dan dia balas "Ini Sani kan? Ini saya Icha"
Walah, asli pangling banget. Pas pertama ketemu, dia lepas kaca mata dan pake jilbab sekarang jilbabnya dicopot dan pake kaca mata + rambutnya dibiarin tergerai. Asli ini mah, mirip banget ama si Mia Khalif...... (you know what i mean).
"Aduh mbak maaf banget. Saya jadi pangling gini, haha. Mbaknya ganti gaya sih jadi kecele saya"
Mbak Icha minta dianter ke sebuah hotel untuk dia menginap tetapi sebelum ke Hotel dia ngajak gua buat mampir ke tempat minum kopi katanya ada yang mau diomongin.
Gua bawa dia ke sebuah tempat minum kopi, dia mesen Espresso dan berhubung gua bukan peminum kopi, gua milih teh tawar dingin aja (gak enak kalau milih yang mahal).
Mbak Icha ternyata minta dianterin ke Banjar (jaraknya lumayan jauh dari Bandung), dia mau datang ke Kantor Urusan Agama buat minta surat duplikat pernikahan dia. Jadi Mbak Icha ini mau ngurus perceraian tetapi berhubung surat nikah dia dipegang oleh suaminya dan suaminya minta uang 100juta buat tebusan (setan banget ini suami) jadi Mbak Icha berinisiatif buat bikin surat duplikat pernikahan.
"Sani mau gak anterin ke Banjar? Jalannya naik ke atas gunung itu karena kantor KUA ada di atas, jujur saya gak berani kalau sama Driver lain. Kalau kamu, saya percaya kamu orang baik" kata Mbak Icha,
Ah, gua gak sebaik itu sebenarnya mah, hehehe.
Berhubung gua gak tega dan gak enak juga kalau gua tolak, gua iyain tawaran itu. Kita janjian besok jam 6 Pagi dan soal ongkos, gua bilang "gampang, gak sudah dipikirin"
Besoknya, jam 6 teng kita sudah berangkat menelusuri padatnya jalananan. Kalau gua cek WAZE jaraknya sekitar 35km (artinya bolak balik sekitar 70km). Sepanjang perjalanan Mbak Icha cerita tentang kerjaan dia sehari-hari dan cerita gimana keselnya dia ama suami dia yang gak tau diuntung dan suka main jalang.
"Jujur, saya jijik kalau harus berhubungan suami istri ama dia begitu tahu dia suka main ama lonte". Warning untuk kamu kaum adam, jangan suka 'jajan' di luar, inget ama istri dan anak di rumah.
Jam setengah 9 kita sampai di tujuan dan selagi nunggu Mbak Icha ngurus surat duplikat, gua duduk di sebuah warung ditemani 1 buah kopi Good Day dan roti keju. 30 menit kemudian Mbak Icha keluar dengan muka sumringah, hm sepertinya surat duplikat itu sudah didapat.
Agak kesel sih dengernya, karena orang disana sempat minta uang 5 juta buat ngurus ini itu bahkan maksa buat pakai pengacara buat ngurus perceraian. Kantor Urusan Agama itu seharusnya diisi oleh orang yang berakhlak tapi tetep aja kalau sudah soal duit, akhlak pun tergadaikan.
Setelah nego, Mbak Icha dipungut biaya liar sebesar 250rb buat ngurus surat duplikat itu. Yang penting surat duplikat sudah didapat jadi gampang deh buat ngurus perceraian.
Pelajarannya adalah sebelum kamu menikah, kamu harus yakin dulu ama pasangan kamu. Jangan terlihat manis di depan tapi busuk di belakang. Selain agama melarang perceraian, ongkos buat cerai itu ternyata gak sedikit dan lumayan rumit juga ngurusnya.
Hari itu juga, gua anter Mbak Icha pulang ke Stasiun Kiara Condong. Dia kasih gua uang 200rb tapi gua tolak, gua ambil 50rb aja buat bensin. Sisanya biar dibayar ama pahala buat gua suatu hari nanti.
"Terima kasih ya Sani, jangan kapok. Nanti kalau saya ke Bandung lagi, saya hubungi kamu ya"
"Sama-sama Mbak Icha. Sehat terus, tiati di perjalanan, salam buat anaknya ya Mbak"
......................................................................................................
Banyak cerita dan pengalaman keren yang gua denger selama gua jadi Driver UBER. Gua termasuk orang yang sangat talkative dan lumayan bisa mancing orang buat bercerita panjang lebar. Obrolan gua dan customer gua tentu bukan obrolan garing atau obrolan tidak berkualitas.
Pertemuan gua dengan Bu Henny beberapa hari yang lalu meninggalkan kesan mendalam buat gua. Usia Bu Henny sudah lumayan sepuh (50 tahunan) dan kerennya dia masih bekerja dong.
Job dia ada 2, pertama jadi operator telepon dan kedua jadi petugas riset di lapangan. Kalau jadi operator, Ibu Henny yang nelpon konsumen buat nanya tingkat kepuasan konsumen. 1 kali telpon dia dibayar 17.500.
Kalau sehari dapet 10 telpon artinya dia dapet 175rb tapi dia bilang susah karena gak semua orang ngangkat dan mau ngerespon. Ada yang sudah setengah jalan eh malah dimatiin telponnya, kalau dimatiin telponnya artinya Bu Henny gak dapet apa-apa. Dapet capek doang.
"Orang yang paling sabar ternyata CS ya bu, diomelin sabar. Dimatiin mendadak sabar" kata gua
"Hahahaha, iya. Ya mau gimana lagi padahal CS itu kadang gak tahu apa-apa" kata Bu Henny sambil tertawa
"Minum air putih yang banyak bu, jangan terlalu banyak makan gorengan biar suaranya gak serak"
"Iya, saya juga setiap hari selalu bawa air putih"
Bu Henny cerita selepas tugas ini selesai, dia mau kembali ke Tasik dulu (sambil nunggu panggilan kalau ada job jadi CS). Di Tasik, Bu Henny mau jaga stand baju dengan bayaran 110.000 per hari dan untung 2rb per baju.
"Selagi masih bisa, ya ambil semua kesempatan yang ada. Berdoa itu harus tapi kalau berdoa aja, gak ngapa-ngapain ya percuma. Rejeki itu dicari, bukan ditunggu"
"Sama ini bu, berusaha itu harus tapi jangan lupa berdoa juga. Kalau berusaha tanpa berdoa nanti gak berkah ya Bu" lanjut gua.
"Iya, berkat itu gak akan jatuh dari langit. Tuhan yang buka jalan, kita yang ambil kesempatan itu. Selalu ada harapan kok bagi kita yang sering berdoa dan selalu ada jalan bagi kita yang sering berusaha"
Gua tersenyum mendengar cerita dari Ibu Henny dan sesampainya di tujuan, argo menunjukkan biaya 0 (Bu Henny dapet promo jadi gak usah bayar) tetapi dia maksa kasih gua uang 10rb.
"Simpen aja bu uangnya, sehat selalu ya bu, makin lancar pekerjaannya"
"Iya sama-sama, kamu juga sehat selalu ya. Semoga banyak tripnya"
Gua dadahin Bu Henny dan kembali melanjutkan perjalanan gua di hari yang masih panjang ini.....
NB: For the lovely Kindergarten's Teacher, when will you go to Bandung? There's Private Uber that will pick you up :) :) :)
Award from UBER |
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar