Jumat, 19 Agustus 2011

Cerita Berserakkan di Minggu ini

Minggu-minggu ini bisa dibilang sebagai minggu yang lumayan menyibukkan. Sibuk dalam artian banyak hal yang harus gua kerjain. Banyak ‘ini-itu’ yang harus diselesaikan, dan banyak pula target yang harus dicapai…

*Uhuk, batuk bentar*

Hobby gua adalah main bola dan kayaknya semua orang tau tentang hobby gua yang ini. Bermain bola buat gua adalah olah raga yang menyenangkan. Bermain bola itu sebenarnya simple, bawa bola, giring bola, lewati hadangan musuh, tunjukkan skills ‘menggoreng ‘ bola, kedipin mata sebentar ke cewek-cewek yang lagi nonton, dan masukkan bola ke gawang musuh. Setelah itu bebas mau bergaya apapun juga. Simple kan?

Di suatu hari di minggu ini, gua diajakkin main bola di dalam ruangan a.k.a futsal. Walau peraturannya berbeda dengan sepak bola konvesional tetapi intinya sama aja. Bawa bola, gocek musuh, kedipin mata ke cewek yang nonton, dan cetak gol. Diamlah sejenak, biarkan penonton menyambutmu golmu dengan gemuruh sambil mengelu-elukan namamu “Sani, Sani, Sani”

Walaupun sampai detik ini, rasanya belum pernah ada yang mengelu-elukan nama gua. *Fiuh, hela nafas panjang*

Tapi yang berbeda dari hari biasanya adalah kali ini gua bermain bola bersama kumpulan Pendeta-Pendeta. Sungguh ini sebuah beban, pertama jelas rasanya gua itu seperti manusia kerdil di antara para raksasa. Kerdil dalam hal banyak hal. And you know, banyak Pendeta yang mempunyai karunia untuk bernubuat untuk bisa melihat pribadi seseorang. Gua takut ketika gua lagi kenalan ama mereka, sambil menjabat tangan gua, mereka ngomong “Stefanus ini orangnya suka nonton gratisan, suka ngambil Chiki Taro tapi gak ngomong ke mamanya” Mampus…

Gua mencoba untuk tetap cool seperti biasa, senyum-senyum sambil sesekali menjabat tangan mereka. Sebisa mungkin gua menunduk biar gak usah bertatapan mata secara langsung dengan mereka, hihihi.

Dan permainan pun dimulai,

Bermain bersama Pendeta berarti lu harus menahan semua omongan kasar, gestur kasar, hingga permainan yang kasar. Bermain secara lembut seperti Ibu-Ibu yang sedang merajut mantel untuk anaknya. For You Info, kalau biasanya gua main bersama-sama teman-teman sebaya, rasanya tuh gak ada beban. Kalau misalnya gua ada peluang dan gagal mencetak gol, teman-teman setim gua pasti langsung ngomong “AN***G, B**O dan sederet kata kasar lainnya, gua pun terkadang ngomong kasar seperti “Sialan, gak gol” *sambil menunduk malu*

Tapi?

Kali ini gua bermain bersama Pendeta. Jadi semua hinaan, cercaan, makian harus gua simpen di dalam hati saja. Ada satu orang yang bener-bener bikin gua gregetan. Tiap dioper bola, selalu miss, gawang udah kosong gak gol juga. Kalau itu temen gua rasanya udah pengen gua plorotin celananya. Tapi, ingat Sani, dia adalah Pendeta yang harus kamu hormati. Setiap dia gagal mencetak gol, yang gua lakuin adalah menempuk punggung dia dengan ramah sambil ngomong “Masih banyak kesempatan pak. Sabar ya” sambil tersenyum ramah. Walau lama-lama gua merasa keki juga, soalnya gak gol-gol.

Di suatu kesempatan, gua pun hampir aja menyarangkan bola tapi bola tendangan gua mengenai mistar gawang. Gua yakin banget kalau gua lagi main ama teman-teman, gua bakalan ngomong “Anjir, gak masuk” tapi (sekali lagi) sekarang gua sedang bermain dengan Pendeta. Ketika gak masuk, yang keluar dari mulut gua adalah “Puji Tuhan, belum diberi gol”.

Next,

Beberapa hari setelah gua bermain bola dengan para Pendeta itu, gua berkunjung ke salah satu mall. Rencana awalnya gua mau cari buku tapi sayangnya Buku yang gua cari lagi kosong stoknya. Dibanding harus langsung pulang, akhirnya gua memilih muter-muter di mall. Siapa tau nemu dompet jatuh gitu.

Selama gua muter-muter selain ngiler ngeliatin orang yang lagi makan burger, gua juga jadi tertarik buat main “UFO Catcher” di salah satu tempat permainan keluarga. Alasannya karena ada boneka yang mukanya lucu banget. Rambutnya ikal dan sorot matanya menggemaskan, ah boneka itu semakin mengingatkan gua akan ‘seseorang’.

Waktu gua masih SMP, gua pernah diajarin triknya oleh teman gua dan saat itu gua berhasil narik boneka babi. Triknya sebenarnya simple, konsentrasi, incer leher, dan tariklah naik ke atas. Dapet deh tuh boneka.

Ok, demi boneka ikal itu gua akan mencoba mengulang masa-masa kejayaan gua ketika berhasil menarik boneka babi itu. Ok, beli koin dulu and it’s show time. Gua awali dengan batuk sebentar, membuang semua beban di mulut. Dan, yup

Koin pertama masuk…. Hasilnya gagal

Koin kedua…. Boneka sudah terangkat tetapi jatuh…

Koin ketiga ampe koin ke 10…. Masih gagal juga…

Koin ke 13…. Sudah hampir masuk lobang tapi jatuh lagi di pinggir

Koin ke 14-18…. Hasilnya Idem…

Koin ke 19-20…. Hasilnya lebih parah, gak ada satupun yang gak keangkat.


Gaya udah asyik tapi hasilnya jauh dari harapan

20 koin TERBUANG percuma dan parahnya pas gua nengok ke belakang, banyak anak bocah lagi ngelilingin gua sambil kasak-kusuk, ada yg ngatain “bego banget yang main” ada juga yang ngatain “Ini orang bodoh banget”

Boneka gak dapat, yang gua dapat adalah cacian dan cercaan. Ternyata kemampuan gua ngambil boneka ini sudah hilang. 20 koin terbuang percuma karena yang gua dapat hanya cacian. Huhuhuhu

Dan yang paling bikin gua pengen nangis darah adalah ketika gua melangkah buat pulang, gua liat di toko gift ada boneka yang bentuknya sama persis. Boneka berambut ikal dengan tatapan mata menggemaskan dan yang bikin kenes adalah harga boneka itu harganya cuma seharga 10 koin pas tadi gua maen… Ampun deh….

Next,

Tapi dari semuanya, kalau gua bisa bilang minggu ini adalah minggu yang (cukup) sempurna buat gua. Satu hal yang selama ini selalu gua doakan akhirnya dijawab juga… Walau mungkin masih ada keraguan, ada kelabilan, dan apapun itu, gua yakin jika semuanya diimani dan dijalani dengan baik, hasilnya pun akan baik.

Dan, hal-hal baik yang selama ini saya ucapkan akan selalu saya pegang tanpa ada keraguan sama sekali

karena

“Ada saatnya ‘kita’ bisa menutup mata untuk hal-hal yang tidak ingin kita lihat tetapi yang pasti ‘kita’ tidak akan bisa menutup hati untuk hal-hal yang tak ingin kita rasakan”

Smile, CHEM…

Tidak ada komentar: