Minggu, 31 Maret 2013

Selalu ada Jalan

Belum lama ini, kakak gue yang baru gajian, traktir kita sekeluarga makan enak. Biasanya kalau gak dia yang traktir, ya gue yang traktir. Ganti-gantian aja.

Bukan di Cafe atau resto mahal sih. Jangan bayangin kalau kita sekeluarga makannya di Restoran Western, Restoran France, atau Restoran Korea yang bahkan buat nyebut menunya aja ribet banget.

Selain belum tentu cocok ama lidah, kakak dan bokap gue tuh paling gak demen makan di tempat-tempat kayak gitu. Apalagi kakak gue, setiap diajak bos-nya meeting di Restoran mahal pasti mesennya cuma Jus Jeruk dan Nasi goreng.

Please dong bro, kalau lu milihnya nasi goreng, gue masih mampu beliin lu deh.

Biasanya kita sekeluarga mampir di kedai Mie di sekitaran Naripan. Selain cocok di lidah, kedai ini adalah langganan nyokap dan bokap waktu masih pacaran dulu, hihihi.

Tapi tau gak, setiap kakak gue ngajak sekeluarga makan, biasanya sehabis dia gajian atau baru dapat bonus, gue selalu teringat kejadian 8 tahun lalu. Sekitar tahun 2005.

Tiap kakak gue bilang "Nanti malam kita makan enak yuk" atau "Aku baru dapet rejeki hari ini, kita makan di luar yuk", ingatan gue PASTI langsung tertuju kejadian 8 tahun silam. Entah kakak atau ortu masih ingat atau sudah lupa tapi kalau gue pasti selalu ingat.

Tahun 2005 adalah tahun dimana kakak baru lulus dari bangku SMA. Nyokap tentu cari kampus yang terbaik buat dia dan dari 3 kampus yang kakak daftar, Puji Tuhan semuanya diterima.

Setelah berdoa dan berpuasa, akhirnya kakak memilih salah satu kampus di daerah Ciumbeuluit, jurusan arsitektur. Kampus swasta yang cukup terpandang dan yang pasti membutuhkan biaya yang tidak sedikit untuk kuliah disana.

Sebelum bokap pensiun dari kerjanya, bokap sudah mengalokasikan dana buat pendidikan gue dan kakak. Semuanya terasa akan berjalan lancar dan baik-baik saja hingga di suatu hari menjelang pembayaran uang pendaftaran, salah satu saudara tiba-tiba harus mengalami musibah dan harus segera menjalani operasi yang membutuhkan biaya yang tidak sedikit.

Karena ini adalah urusan hidup dan mati seseorang maka tanpa pikir panjang, biaya untuk kuliah itu dipake dulu untuk membantu biaya operasi. Itu pun masih jauh dari kata cukup walaupun akhirnya operasi tetap dijalankan dengan pertimbangan sudah ada uang muka.

Permasalahan muncul adalah ketika pihak kampus sudah menetapkan tanggal deadline untuk melakukan pembayaran uang pembangunan. Jika tidak bisa bayar, maka nama kakak akan dicoret sebagai salah satu calon mahasiswa disana.

Mustahil rasanya dalam 1 minggu bisa mengumpulkan uang belasan juta rupiah untuk melakukan pembayaran uang muka kuliah. Meminjam ke orang pun rasanya bukan langkah bijak karena keluarga gue bukan orang yang suka berhutang dan tidak suka merepotkan orang lain.

Di suatu malam, gue yang kebetulan lagi melintas di depan kamar nyokap mendengar pembicaraan kecil antara nyokap, bokap, dan kakak. Intinya kakak bersyukur karena saudara bisa dioperasi dan berdoa agar yang bersangkutan bisa cepat sembuh. Dia sama sekali tidak mempersoalkan soal uang kuliah yang dipake untuk biaya operasi dan jika di tahun ini dia memang belum diberi jalan untuk kuliah, dia akan mengisi tahun ini dengan bekerja dan tahun depan akan mencoba untuk mendaftar kuliah lagi,

"Sabar ya kak, pasti ada jalan. Besok mama coba tanya-tanya ke Ibu-Ibu di Gereja mungkin mereka ada lowongan untuk kamu bekerja" kata nyokap dengan suara bergetar menahan tangis.

"Iya ma, gak apa-apa. Aku juga bakal cari kerja. Nanti aku nabung agar tahun depan bisa melanjutkan kuliah" jawab kakak.

Gue sih pengen banget bantuin kakak dan ortu. Tapi saat itu gue juga masih bersekolah dan nominal saldo gue di Bank masih di kisaran ratusan ribu hasil dari honor gue menulis cerpen. Masih sangat jauh dari cukup bahkan buat beli perlengkapan arsitektur kakak juga masih kurang jauh,

Setelah bertanya kesana kemari, ada salah seorang saudara jauh membutuhkan seorang karyawan untuk kantornya. Karena kakak tergolong pintar, dia ditawari untuk menjadi admin yang bertanggung jawab dalam pembukuan. Di telpon disepakati gaji kakak untuk pekerjaan itu adalah 1,5 juta.

Saat itu ya bro, nyokap dan kakak gue bener-bener bahagia banget. Puji syukur rasanya gak ada habis-habisnya di hari itu. Gue, kakak dipeluk nyokap sambil berurai air mata. Gue langsung disuruh beli abon di toko depan rumah.

Gue yang biasanya kalau disuruh suka "iya ntar-ntar" khusus buat hari itu gue langsung berangkat. Nyokap ternyata mau bikin nasi kuning. Dalam pikiran gue, nyokap bakalan bikin tumpeng dan gue sudah membayangkan gue bakal jadi orang pertama yang motong itu ujung tumpeng.

Sambil goreng kerupuk, nyokap juga  iris-iris telur buat ditaburin di atas nasi kuning. Ternyata nyokap gak lagi buat nasi tumpeng, nyokap lagi buat nasi kuning buat dibagi-bagiin ke tukang becak dan tukang sampah di sekitaran rumah.

Setiap ditanya sama tukang becak yang dikasih dalam rangka apa bagi-bagi nasi kuning, apa si dede (baca: gue) habis disunat jadi bagi-bagi nasi? Nyokap pasti jawabnya "Anak saya yang sulung diterima kerja, besok mulai kerja. Gajinya 1,5 jt, ini ada sedikit berkat"

Mungkin saking senengnya, nyokap gue sampai gak sadar kalau nominal gaji kakak juga sampai disebutin, hehehe.

Malamnya, nyokap sudah setrika banyak baju untuk hari pertama kakak kerja. Bokap gue yang sudah pengalaman kerja kasih banyak wejangan ke kakak agar pekerjaannya lancar. Malamnya, sebelum tidur kakak ngehampirin gue dan bilang "Nanti kalau kakak sudah gajian di bulan kedua, kakak beliin buku yang kamu suka"

*Tosh* gua dan kakak saling bertepuk tangan :)

Besoknya, sebelum berangkat kerja, kita berdoa bersama agar di hari pertama kakak bekerja, semuanya berjalan dengan lancar. Sebuah kecupan di kening dari nyokap, mengantar keberangkatan kakak ke kantor barunya.

Semuanya terasa akan berjalan baik-baik saja, hingga pukul 11 siang kakak sudah pulang ke rumah. Ini aneh. Aneh karena sebelumnya sudah diberitahukan kalau kakak akan bekerja mulai pukul 8 pagi sampai 5 sore.

"Kamu kenapa" tanya nyokap dengan suara bergetar

"Aku disuruh pulang ma ama tante yang disana" jawab kakak sambil menahan kesedihan.

Nyokap pun mikir, apa kakak ada salah ngomong yang menyinggung orang disana? Tapi rasanya gak mungkin kalau kakak sampai salah ngomong karena gue juga tahu banget kakak gue itu selain pendiam, sangat terjaga dalam hal berucap. Belum lagi pemilihan katanya yang baik sehingga rasanya agak mustahil kalau kata-kata dia menyinggung orang.

Kakak cerita, saat itu dia hanya ditanya "Kenapa kamu mau kerja disini?" yang dijawab oleh kakak "Untuk mengumpulkan biaya masuk kuliah". Setelah itu ditanya "Apa cita-citamu dan kenapa kamu pengen jadi itu", kakak jawab "Ingin menjadi seorang arsitek karena sejak dulu ingin membangun sebuah Gereja dan ingin membangunkan sebuah rumah untuk adik"

Rasanya tidak ada yang salah dari jawaban-jawaban kakak. Apa jangan-jangan dia disuruh pulang karena gue ya? Jangan-jangan itu Tante nanya "Siapa nama adik kamu" dan setelah tau nama adiknya si Sani, si Tante langsung mikir "Oh jangan-jangan ini kakakknya si Sani yang nakal dan suka jailin anak gue di sekolah?"

Kapok deh gue jadi anak nakal kalau sampai kejadian kayak gitu.

Saat itu gue bisa melihat kesedihan yang sangat mendalam dari nyokap, gue tau banget dia lagi nahan kesedihan yang begitu dalam. Bukan, bukan karena nyokap gue sedih karena bakalan malu sudah bagi-bagi nasi kuning tapi gak taunya kakak batal masuk kerja. Tapi nyokap gue sedih karena gak kuat liat anaknya sedih. Namanya Ibu tentu beda dengan Ayah ya, perasaannya lebih sensitif apalagi kalau menyangkut anak laki-laki.

Gak lama nyokap masuk kamar dan gue yakin banget saat itu nyokap pasti nangis. Gue liat kakak gue juga menangis. Gue yang biasanya gak gampang nangis jadi ikut sedih juga. Gue pengen banget bantu tapi apa yang bisa gue lakuin? Kalau duit simpenan gue bisa ngebantu, gue rela banget kalau itu uang diambil semua buat kakak.

Tetapi salah satu ajaran nyokap gue dari kecil adalah, jangan pernah menyalahkan orang lain, jangan pernah menyalahkan Tuhan ketika sesuatu hal yang buruk menimpa kamu. Tentu semuanya sudah diatur olah Yang Di Atas bukan?

Malamnya, dengan mata yang merah karena habis nangis, nyokap ngomong ke kakak agar dia sabar. Nyokap juga ngomong besok bakalan ke Gereja lagi, nanya-nanya mungkin ada lowongan kerja untuk kakak. Dia minta kakak tetap berdoa dan tetap bersyukur dengan apapun yang terjadi.

Besoknya sekitar jam 8 pagi, tante yang kemarin nyuruh kakak pulang menelpon dan menyuruh kakak untuk datang kembali. Tentu seisi rumah kaget, ada apa ya ini? Apa mungkin kakak bakal diterima kerja lagi? Atau ada apa ini?

Nyokap langsung setrika baju terbaik untuk kakak dan sambil diantar bokap, kakak kembali datang ke kantor yang sama. Nyokap di rumah menunggu sambil harap-harap cemas. Sesekali dia masuk ke kamar yang gue yakini masuk untuk berdoa.

2 jam kemudian kakak pulang, sambil menangis dia cerita "Ma, tadi aku ketemu ama Tante lagi disana. Selain Tante ada Om juga, tante bilang kalau mulai besok aku gak usah kerja disana lagi. Tante bilang semua biaya kuliah aku dan uang masuk aku ditanggung oleh mereka. Semua biaya untuk keperluan di kampus juga bakalan ditanggung mereka, syaratnta aku cukup rajin belajar"

Wow, luar biasa. Nyokap, kakak larut dalam tangis. Bukan tangis kesedihan seperti malam sebelumnya tapi tangis kebahagiaan. Gue juga pengen ikut nangis tapi gue tahan-tahan takut ketauan sisi melankolis gue, hehehe. Pertolongan Tuhan itu selalu tepat waktu, tidak pernah terlambat dan tidak pernah terlalu cepat. Semuanya selalu tepat waktu :)

Gue selalu berpikir, coba kalau waktu itu kakak marah-marah ke bokap dan nyokap karena uang kuliah dia dipake buat bayar operasi saudara? Coba kalau waktu itu kakak gak mau bekerja karena malu? Coba kalau waktu itu nyokap nelpon tante dan marah-marah karena menyuruh kakak pulang di hari pertama dia kerja? Tentu akhirnya tidak akan seperti ini.

Terkadang kita memikirkan sesuatu masalah dengan pemikiran kita sendiri, kita mencari jalan dengan pemikiran yang kita anggap baik. Tetapi kita sering lupa bahwa apa yang baik buat kita belum tentu baik buat orang lain.

Nyokap gue selalu ngomong, sejahat apapun perlakuan orang ke kamu, serendah apapun kamu di mata orang tetapi ketika dia datang dan meminta pertolongan ketika sedang mengalami kesusahan, kamu harus tetap menolong. Kalau perlu sebelum dia minta tolong, kita yang menawarkan pertolongan. 

Berat memang. Menurut kamu susah gak sih, ketika hati kamu sudah terlalu sakit tetapi ketika ada kesusahan kita datang dan menawarkan bantuan? Menurut gue ya bakalan sangat-sangat-sangat berat ya tetapi belajar dari cerita kakak gue yang ditolong hingga bisa seperti sekarang, sesuatu yang berat itu menjadi terasa ringan.

Jiwa yang miskin adalah jiwa yg selalu merasa kekurangan. Jangan pernah bandingkan hidup kamu dengan orang yang berada di atas kita. Bandingkanlah hidup kita dengan orang yang berada di bawah, belajarlah untuk selalu bersyukur. Belajarlah kasih dari orang yang membenci kamu, belajar tulus dari orang yang memperalat kamu. Belajar setia dari orang yang mengkhianati kamu, belajar berkata jujur dari orang yang membohongi kamu, dan belajarlah bertahan dari orang yang memberi kamu ketidakpastian..

Don't matter what you look like. Don't matter what you wear. How many rings you got on your finger, I don't care. Don't matter where you come from. Don't even matter what you are. Find out who you are. You got to dig a little deeper. It really ain't that far. When you find out who you are, you'll find out what you need. Blue skies and sunshine guaranteed

Gue tersenyum kalau ingat cerita 8 tahun silam itu. Sambil menikmati mie yamien, gue lagi asyik dengerin kakak cerita. Kakak gue lagi bawel jelasin project hotel yang sedang dia bangun ke nyokap dan bokap. Sesekali nyokap ngelap mulut kakak yang belepotan karena terlalu antusias bercerita.

Oh, GOD. Thanks for everything :)

Senin, 25 Maret 2013

Menjelang Kepulangan

Menjelang hari kepulangan gue ke Bandung, salah satu hal yang gak boleh luput adalah beli buah tangan a.k.a oleh-oleh.

Temen-temen gue udah bawel, nitip ini itu, nitip itu ini. Mending kalau nitipnya yang gampang, gara-gara tau gue lagi di Batam, kebanyakkan dari mereka nitip barang-barang elektronik karena disini terkenal murah.

Kalau nitipnya cuma keripik batam, coklat, kue Villa, pisang Batam dengan senang hati gue beliin. Tapi kalau nitipnya TV, kulkas, AC, maaf-maaf aja ya bro -_-

Dalam soal beli oleh-oleh, boleh lah gue diadu ama kakak. Kakak gue itu hampir sebulan sekali pergi keluar daerah dan perasaan gak pernah lulus kalau beliin oleh-oleh.

Waktu dia ada project 1 bulan di Bali, gue udah ribut nitip ini itu. Gue nitip oleh-oleh khas Bali, pia legong atau kue susu yang emang terkenal disana.

Pas dia nyampe ke rumah, dia bawa dus yang isinya oleh-oleh dari Bali. Dengan kalap gue langsung buka paksa kardus, udah gak sabar icip-icip oleh-oleh dari Bali.

Dan taraaaaaa, gue bengong sejenak setelah tau isi oleh-oleh yang kakak bawa. Tau gak isinya apaan? Isinya keripik tempe, brem, kulit ayam goreng, usus goreng, dll

Lah, yang ginian kan banyak disini? Di Pasar Kosambi juga banyak woy. Jauh-jauh ke Bali bawanya keripik tempe dong -_-

Belajar dari kejadian itu, sebelum beli gue sudah banyak nanya oleh-oleh yang khas disini. Di hari Senin ini, gue menyempatkan diri buat beli banyak oleh-oleh buat teman dan orang rumah. Plus gue juga mau beli sembako buat OB disini. Beli karena nyokap gue udah sms terus tiap hari "Jangan lupa beli sembako buat OB disana yang sudah banyak bantu kamu disana"

Duh, sebenernya gue lebih milih ngasih amplop aja ya biar praktis tapi nyokap gue nyuruhnya ngasih paket sembako dengan harapan bisa lebih berguna dan tepat sasaran.

Carrefour Batam

Ngomong-ngomong soal OB disini, ada OB yang namanya Usman. Orangnya ceking dan dia sangat-sangat membantu gue disini. Dari beliin gue makan, nganterin paket, sampai tugas foto copy dia lakuin dengan baik. Interaksi gue dengan dia tergolong jarang karena khusus selama gue disini gue sengaja gak terlalu banyak ngomong

Hingga di suatu kesempatan ketika jam makan siang dia datang menghampiri gue. Karena gue emang gak makan siang jadi gue lebih banyak menghabiskan waktu duduk sambil coret-coret, nulis, gambar di memo.

Memo yang selalu gue bawa

"Pak Stefanus maaf saya mau nanya, apa Bapak sudah punya istri" tanya dia polos.

Benar-benar pertanyaan yang menohok. Istri dari mana woy! Gua cuma tersenyum simpul sambil nunjukkin 10 jari gue ke dia maksudnya biar dia liat kalau belum ada cincin pernikahan yang melingkar di jari manis gue

Dari pertanyaan itu, arah pembicaraan kita semakin melebar kemana-mana hingga akhirnya dia curhat kalau minggu depan dia mau nge-date ama gebetannya. Ehemmmmmm

Sebelumnya dia sudah pernah nge-date bersama gebetannya dan dengan polosnya dia cerita kalau pas nge-date pertama itu dia makai masker di mulut. Alasannya: dia kurang pede ama mukanya -_-

Oh, please. Ciyusanlah nge-date pake masker?

Bentar, bentar, gue coba memposisikan diri gue jadi cewek. Gue cewek dan janjian jalan berdua ama cowok yang lagi PDKT ke gue. Apalagi kalau sudah lama gak ketemu, gue bakalan mikir, si doi gimana ya mukanya? Tambah ganteng gak ya? Lesung pipitnya yang dulu masih menggoda gak ya?

Terus pas akhirnya ketemu, gue malah nemuin cowok pake topi terus pake masker di mulutnya. Gue nanya kenapa pake masker, dia jawab "karena aku gak pede ama muka aku sendiri"

Kalau lu aja yang punya muka gak pede ama muka lu sendiri, gimana gue bisa pede jalan ama lu coba? Orang-orang juga bakalan aneh kali liat cewek masuk mall terus jalan ama cowok yang pake masker. Sekilas kayak anggota yakuza lagi mau transaksi ganja

Gue ajarin ke si Usman tips nge-date yang bener. Yang paling penting, JANGAN PERNAH LU PAKE MASKER lagi kalau mau nge-date. Harus bangga dengan diri sendiri, harus pede dengan diri sendiri biar orang juga bangga jalan ama lu

Dia lalu cerita, kalau dia pengen ngasih boneka ke kecengannya itu tapi dia bingung gimana cara ngasihinnya. Sini, sini gue ajarin cara buat ngasihinnnya, rahasia antar lelaki, ssssttttt

"Jadi gini mas Usman, kamu ajak kecengan kamu ke tempat boneka. Kamu bilang ke dia kalau kamu mau beliin boneka buat saudara perempuan kamu. Kamu bilang kamu bingung milihnya terus minta tolong dia pilihin. Bilang aja pilih yang paling kamu suka, yakin deh apa yang kamu pilihin pasti saudara aku juga suka. Terus ceritanya sebagai ucapan terima kasih, kamu traktir dia makan enak, bilang karena sudah mau bantuin kamu milih boneka. Pas pulang, baru kasih itu boneka dan bilang itu buat kamu. Dijamin si doi bakal kaget campur seneng. Yakin deh. Intinya ya mas, kamu harus bangga dengan diri kamu sendiri dulu"

"Wah makasih banget Pak, saya bakal coba" kata si Usman sumringah

Dan sebuah tosh dari gue menyudahi pembicaraan di siang yang cerah ini

Next,

Sekarang gue lagi di Carrefour Batam buat beli sembako buat OB yang di kantor. Nyokap udah smsin daftar sembako yang buat dibeli, lengkap dari beras, gula, minyak, telur, dll. SMS-nya gampang, gue yang ribet belinya, mom. Gue juga beliin si Usman kemeja lengan panjang biar dia tambah ganteng. Siapa tau bisa dia pake buat nge-date nanti :)

Setelah beli sembako beres, giliran gue beli oleh-oleh buat orang rumah dan temen-temen. Gue beli kue khas disini, beli keripik khas disini (dan bukan kripik tempe), beli coklat, dan khusus buat ortu gue beliin kopi luwak.

Belanja asyik, dompet jebol

Iya kopi luwak. Dulu gue pernah janji bakalan beliin bokap kopi luwak gara-gara bokap dulu penasaran pengen nyoba kopi luwak gara-gara beritanya heboh di TV. Gak etis kalau ditulis harganya tapi buat ukuran gue ya bro, sangat-sangat-sangat mencekik leher gue. Tetapi karena buat gue janji adalah janji, gue bakalan selalu berusaha buat nepatin janji itu.

Pengen nangis tiap inget harganya

Titipan BB batangan murah dari temen-temen juga udah gue beliin semua (dengan resiko ditanggung pembeli ya). Kalau gue bengis harusnya gue manipulasi harganya ya. Si Bung DB yang mau nitip iPhone harusnya gue katrol setinggi mungkin sebagai balasan dia suka ngejek gue. Disini kisaran harganya 2jt, harusnya gue kasih harga 4jt buat dia sebagai kompensasi buat hobby dia yang suka menghina. Tapi ternyata gue belum setega itu

2 hari ke depan, gue bakalan ninggalin Kota ini. Banyak hal menarik yang gue dapet disini, selain gue tambah item pastinya -_-

Yang pasti gue ingin meninggalkan 'jejak' yang baik disini kelak biar bisa dipercaya lagi. Gue janji bakalan datang kesini lagi, entah sendirian, entah dengan temen, entah dengan 'kamu', entah dengan pacar, entah dengan siapa aja yang pasti gue bakalan datang kesini lagi. Gue bakal mengeksplor kota ini, mengunjungi semua tempat-tempat yang menarik.

Ke depannya, gue belum tau bakal kemana lagi tetapi bener gak sih menurut kamu, kalau aku bilang, hidup kita ini seperti kita sedang menunggu bus di halte. Ada saatnya kita stay dan saat bus itu datang kita mulai melanjutkan perjalanan kita ke halte lain. Semoga 'perjalanan' kamu juga selalu lancar dan menyenangkan :)

And when life gets you down, you know what you gotta do? Just keep 'running' :)

Jumat, 22 Maret 2013

Just Do It

Kadang gue heran sekaligus takjub kalau ngeliat orang-orang lagi sibuk ngetik di iPad atau iPhone. Kalau gue pribadi yang ngeliat sih kayak yang enak, lancar banget dan (sangat) membantu pekerjaan mereka.

Bukannya sombong, sudah 3 minggu gue pake iPhone dan selama gue kerja disini, gue juga diberi fasilitas iPad. Alasannya simpel untuk memudahkan pekerjaan. Tapi bukannya memudahkan yang ada gue sangat-sangat-sangat kesulitan makenya apalagi buat ngetik.

Tiap ngetik "Aku tau" pasti jatuhnya jadi "Aku t*i". Tiap ngetik "Bapak tau gak sih?", jatuhnya "Bapak t*i gak sih?" Ngebayang kalau gue gak awas orangnya, dengan polosnya gue kirim itu chatt dan gak lama kemudian gue bakalan di-kick dari sini karena dianggap menghina orang -_-

Btw, sudah hampir 2 minggu gue berada di Kota ini. Lama-lama gue mulai terbiasa menjalani rutinitas sehari-hari. Salah satu rutinitas yang gue lakuin adalah beli yakult 1 pack (isi 6) ke Ibu penjual Yakult. Sebenernya kalau boleh jujur, gue gak terlalu doyan minum yakult, soalnya asem banget di lidah gue.

Tapi gara-gara kasihan dan gak tega ngeliat Ibu si penjual Yakult, akhirnya gue beli 1 pack isi Yakult ke si Ibu dan hampir tiap sore juga si Ibu nungguin gue di depan pintu gerbang buat bawain gue yakult.

Dekat dengan yakult berarti dekat dengan jamban di toilet. Duh, efeknya bener-bener kebangetan deh. Kalau gak gue abisin, pasti bakalan numpuk, gak keminum. Kalau gue bawa pulang buat dijadiin oleh-oleh menurut lu bakalan aneh gak sih?

"San, mana oleh-oleh lu?"

"Nih, ambil aja yakult sepuas lu" kata gue sambil ngasihin yakult. Aneh gak sih?

Hingga 2 minggu disini, jujur gue belum kemana-mana. Gue belum mengeksplor kota ini. Di hari biasa, jam bebas gue dimulai di atas jam 6 sore dan karena dasarnya gue gak suka keluar malam, rasanya males banget kalau mau keluar-keluar. Apalagi nyokap gue udah wanti-wanti pas gue mau pergi

"Mama, gak mau kamu keluyuran malam-malam. Kalau ada yang ajak kamu keluyuran jangan mau. Gak boleh dateng ke tempat yang aneh-aneh, jangan ngerokok, jangan minum beer"

Duh mom, tanpa gue diwanti-wanti juga gue yakin 99% gak akan kayak gitu tapi wejangan dari nyokap ini setidaknya benar-benar 'membunuh' secuil rasa penasaran gue itu

Di hari Jumat sore dan Sabtu gue sengaja ambil kursus dan waktu kosong gue cuma di hari Minggu dan akhirnya ada 1 tempat yang bisa gue datengin. Gue dateng tempat Penangkaran Buaya. Iya ciyus, penangkaran buaya

Yang ngajakkin gue kesini namanya Mbak Elsa. Mbak Elsa itu LO gue selama disini. Orangnya baik banget, seumuran ama gue, manis, dan yang terpenting (ehem) masih single. Tahun ini rencananya dia mau dipindah ke Biro Bandung

Awalnya gue canggung banget ada dia tapi lama kelamaan jadi terbiasa apalagi Mbak Elsa punya hobby yang sama kayak gue, nonton film dan baca buku. Jadi setidaknya pas di awal ada bahan pembicaraan biar gak kaku-kaku banget.

Sepulang dari kursus, gue diajakkin mbak Elsa datang ke tempat penangkaran buaya. Kita bertiga dengan satu temen dia dateng mengendarai mobil kesini.

Tempatnya luas, harga tiketnya gak terlalu mahal. Dan tiap lu bayar tiket masuk, lu bakal dikasih pancingan yang diujungnya sudah dikaitin daging. Jadi lu bisa ngasih makan daging ke buaya-buaya maruk yang kelaparan.

Tapi gue heran, bener-bener heran. Gue yang ngasih makan buaya, kenapa gue yang bayar? Harusnya si buaya yang bayar dong. Ya gak? Tempat disini dibikin mirip hutan. Terus kalo lu berdiri di salah satu jembatan, lu bakalan bisa liat buaya - buaya bergumul dengan sangat jelas.

Gue perhatiin ini muka buaya bener-bener soalah gambaran muka temen-temen gue. Ada buaya yang kurus banget kayak pemake yang hobby-nya ngisep lem aibon, mirip temen gue si Bung DB. Ada buaya yang gendut banget dan keliatannya rakus banget, mirip temen gue si Bung DS. Benar-benar cerminan temen gue dari muka dan kelakuan si buaya

Dengan kail dan daging di tangan, gue pengen ngajarin ke para buaya-buaya ini bahwa tidak ada yang bisa didapatkan dengan mudah, Semuanya butuh usaha bro!

Jadi gini, rencananya gue bakal ngajarin ke para buaya ini sebuah proses menuju kenikmatan. Caranya, gue bakal turunin itu daging terus pas si buaya mau mangap, gue naikkin. Pas dia mingkem, gue turunin lagi, pas dia mangap gue tarik lagi. Begitu terus, sampe gue bosen. Gak apa-apa deh si buaya jadi bete.

Tapi disini kan ada mbak Elsa ama temennya, kenapa gak show off kekuatan aja + memacu adrenaline? Jadi gue bakal biarin itu daging digigit si buaya rakus dan dengan kemampuan gue yang sudah terlatih (terlatih angkat gas 12kg, angkat galon aqua tiap di rumah maksudnya) gue bakalan ikut narik si daging.

Pilihannya cuma dua, gue bakal kecebur masuk ke kolam dan dijadiin santapan malam para buaya tamak atau dengan kemampuan layaknya Samson gue bakalan narik si buaya keluar dari kolam. Keren gak sih?

Kalau beneran gue bisa kayak gitu, mungkin yang ada di pikiran mbak Elsa dan temennya "Sani emang idola! Ngelindungin kita dari buaya ganas aja bisa, apalagi ngelindungin kita dari laki-laki buaya!"

Cakep bener, hihihihih....

Tapi karena gue yakin, gue yang bakal jadi santapan si buaya rakus, akhirnya gue urungkan niatan gue itu -_-. Jadi rencananya, gue bakalan isengin si buaya aja, naik turunin daging

Dan begonya, gara-gara gue fokus dengerin mbak Elsa ngomong, gue gak sadar kalau pancingan isi daging gue ngarahnya ke kolam. Pandangan gue lagi ke arah mbak Elsa tapi pancingan gue ngarahnya ke kolam

Itu ya bro, yang namanya buaya. Gak nyampe 2 detik, secepet kilat, daging gue langsung dicomot. Persis kayak si Bung DS kalau lagi rakus ngabisin makan siang dia

Kecepatan buaya nyomot daging 75rb gue, persis kayak kecepetan copet lagi beraksi di pasar baru! Cepat dan tidak meninggalkan jejak.

Gue mau protes, iya protes. Soalnya gue belum ngerasain sensasi apa-apa. Hey, niat gue kan mau ngisengin si buaya tapi cuma ini yang gue dapet? Gak apa-apa deh gue batalin isengin buaya asal gue bisa ngeliat si buaya gigit daging gue juga udah seneng tapi boro-boro liat, itu daging langsung ditelen tanpa dikunyah.

Mbak Elsa ama temennya langsung cekikikan dan gue cuma bisa bengong plus nahan muka biar tetep cool. Lain kali kalau gue dikasih kesempatan dateng kesini, gue bakalan lumurin itu daging ama racun tikus terbaik, biar itu daging rasanya jadi gak karuan. Tiati lu buaya

Dan,

1 minggu lagi, gue dijadwalkan buat pulang. Entah kenapa sekarang malah ada perasaan gak pengen pulang. Ada perasaan ingin lebih lama tinggal disini buat nyelesein semua project disini.

Banyak tempat menarik disini yang belum gue datengin. Gue pengen banget bisa dateng ke Studio Infinity, itu tuh studio tempat syuting film terbesar di Asia. Salah satu film yang judulnya Dead Mine, syutingnya disini loh.

Disini juga makannya enak-enak, apalagi sup ikannya bener-bener bikin nagih. Ada juga kedai Vegetarian yang enak banget. Biar gue cuma makan kulit jamur, rasanya kayak makan kulit ayam. Jagoan banget deh yang masak, kalau gue gak dibilangin itu kulit jamur, gue pasti bakal ngiranya makan kulit ayam dong

 Sup Ikan favorit gue

Kedai Vegetarian yang enak banget

Nyokap masih seperti biasa, nelponin tiap malam. Ingetin ini itu ini itu, wanti-wanti supaya gue gak aneh-aneh disini. Lucu memang, ngebayang umur gue yang udah 25 tahun tapi masih dianggap kayak anak SD yang lagi camping di sekolah. Tapi ya namanya Ibu, itu adalah bentuk perhatian dia. Malah bakalan aneh buat gue kalau tiba-tiba nyokap gak bawel dan ribet pas gue lagi pergi jauh.

Hampir tiap hari gue belanja buku dan majalah disini buat nemenin waktu malam. Biar disini disedian console X-Box nyaris gak pernah gue maenin sama sekali. Mungkin karena dasar gue emang gak suka game, jadi gue lebih milih baca buku, menulis, belajar saat malam dateng.

Gue cuma berharap semua yang gue kerjain disini bisa berjalan dengam lancar dan baik. Semoga juga gue bisa dipercaya untuk mengerjakan project yang lebih besar lagi.

Terakhir,

kalahkan harimu, kalahkan dirimu sendiri, dan jangan pernah larut dalam kesedihan. Semua kesulitan hidup yang datang adalah ujian buat kamu meningkatkan level kualitas diri kamu.

Bila kamu meraihnya dengan perjuangan dan menghargai yang namanya proses, kita justru akan lebih mensyukuri kebahagiaan yang datang. Semuanya dibuat seimbang, baik kebahagiaan maupun kesedihan, ada saatnya kita senang dan ada saatnya kita merasa sedih :)

Jadi tunggu apa lagi? Syukuri hari-harimu, jangan iri dengan orang lain. Maka semuanya akan berjalan dengan baik dan menyenangkan. Have a nice day....

Senin, 18 Maret 2013

Verhalen Vandaag

Hallo hoe gaat het? Moge je altijd in de dag uw gezondheid

Ada yang tau artinya? Yang tau comment disini, yang jawabannya bener bakalan dapet hadiah. Foto eksklusife gue (iya gue) yang lagi berendam air panas, hihihi

Gimana kabarnya sob? Sehat-sehat? Lancar-lancar? Kalau gue puji Tuhan sehat biar sekarang jauh dari rumah. Yup, sudah beberapa hari ini gue lagi menikmati tinggal di kota baru. Bukan buat liburan sih tapi buat kerja (baca: cari makan). Yang paling gue gak suka kalau lagi pergi jauh itu perasaan homesick. Kangen rumah, kangen kamar, kangen ortu, kangen tukang kue putu yang biasa lewat di depan rumah, kangen suara bocah-bocah piyik di depan rumah yang maen petak umpet, kangen doger monyet di depan rumah, pokoknya kangen semua.

Jauh dari ortu berarti lu harus bisa melakukan segalanya sendiri. Biar gue tinggal di hotel juga mau gak mau memaksa gue mandiri. Salah satunya, kucek-kucek kaos ama celana dalem, gue belum bisa ngebayang kalau benda private gue itu dikucek ama orang lain. Brrrrrrrr, geli ngebayanginnya.

Selain nyuci sendiri, setrika adalah pekerjaan yang harus gue lakuin. Kadang gue kagum kalau ngeliat nyokap lagi setrikain baju gue, baju kakak, baju bokap. Formulanya gampang, semprot pake air dan pengharum, gesek-gesek pake setrika, lipat dan beres. Ngeliatnya kayak yang gampang banget. Sebelum pergi juga, nyokap juga udah wanti-wanti "bagian ketiak ama kerah yang penting buat disetrika"

Kalau nyokap gue paling 2 menit buat 1 baju, gue ngehabisin 15 menit buat 1 baju. Susahnya rek, gak ngebayang. Nyemprotnya gampang, gesekkinnya gampang tapi gue bolak balik perasaan gak pernah rapih dan kusut terus. Untuk soal ini gue kagum deh buat para wanita.

Banyak hal baru yang gue dapet darisini. Kebetulan banget gue punya temen disini, kenalnya sudah cukup lama. Dari basa basi, lama-lama gue jadi temenan ama dia dan yang gue tau dia adalah manajer di salah satu mini market merangkap cafetaria disini. Sore sebelum balik ke hotel dan setelah kerjaan beres semua, gue menyempatkan dateng ke mini market itu. Gue janjian mau ketemu dia buat ngobrol-ngobrol asyik.

Karena sudah jam 6 dan itu adalah waktu buat gue makan, gue beli pop mie dan green tea favorit gue. Waktu lagi asyik-asyiknya nyantap pop mie rasa bakso, tiba-tiba ada bule yang nyamperin gue dan ngomong

"Are you guy?"

Wait-wait, ini guy yang dimaksud apaan nih? Kalau maksud dia, gue itu temennya yang nama depannya Guy (etc Guy Ritchie, Guy Sebastian), gue bakalan sangat berterima kasih karena dia ngira gue bule.

Tapi?

Kalau guy yang dia maksud yang "itu", pengen banget gue lempar ini kuah pop mie rasa bakso ke muka dia karena sudah meragukan orientasi seksual gue
.
Dan sialnya "Guy" yang dia maksud adalah Guy yang "itu" setelah dia kasih kode tangan ke gue. Demi apaan gue dikira Gay! Sambil ngasih kode tangan yang ngejelasin kalau gue bukan Gay, gue minta dia hengkang dari kursi gue. Mending kalau ngomongnya bisik-bisik tapi ini bule emang edan. Ngomongnya itu loh, udah keras, lantang, dan gue yakin orang-orang yang duduk di meja sebelah gue pasti denger!

Lebih gilanya, bukan 1 orang yang nanya hal yang sama. Gak lama setelah bule edan itu, dateng lagi 1 orang bule, meski dia gak nanya tapi dari gerakkan tangannya yang binal itu, dia ngira gue gay dan dia minta gue dateng ke kursi dia!

Njir, gue nepok-nepok pipi dan mulai bertanya "Emang gue mirip gay ya?" terus gue raba-raba punggung siapa tau ada orang jahil yang nempelin kertas tulisannya "Hello Saya Gay yang sedang kesepian. Temenin aku dong"

Tapi gak ada. Apa karena gue lagi melihara janggut terus gue disangka gay? Apa ada korelasinya antara janggut dengan gay? Kalau ada gue cukur deh ampe botak ini janggut. Belakangan gue baru tau banget, ternyata ini mini market tiap malam dipake kumpul buat para komunitas ini. Kalau lu datang dan duduk sendiri berarti lu lagi nyari temen kencan!

Gue ambil topi dan pake kaca mata hitam gue kalau perlu gue tutupin muka pake koran. Gak apa-apa deh disangkat tukang urut. Gue takut aja ada liputan investigasi soal "Kaum Urban Gay" dan dengan polosnya muka gue kerekam lagi duduk sambil makan pop mie. Ngebayang kalau nyokap gue gak sengaja nonton terus ngeliat gue lagi nongkrong di tempat ini, yakin deh gue gak akan dianggap anak lagi.

Gak berapa lama datang security ke meja gue, dia nanya "Dengan bapak Stefanus?" . Aduh ada apaan lagi ini, tadi gay sekarang security yang ngehampirin gue. Perasaan gak pernah beres deh yang ngedatengin gue dari tadi. Masak iya gara-gara gue ambil sedotan 2 terus ditangkep -_-

"Tadi saya dapat telpon dari Bapak Alex (Alex itu temen gue), dia katanya gak bisa kesini karena ada meeting. Bapak disuruh ketemu ama supervisor disini ya."

Gak berapa lama gue masuk ke dalam mini market dan ketemu supervisor-nya. Orangnya mendadak jadi ramah dan dia bilang ke gue "Pak Stefanus, silahkan ambil yang bapak mau disini. Tadi Pak Alex nelpon saya nyuruh Pak Stefanus ambil yang bapak mau"

Emang selalu ada pelangi setelah hujan. Setelah dikira gay, sekarang gue mendadak jadi bos mini market. Kalau gue gak bisa nahan kalap, kayaknya gue udah bakalan nunjuk ini itu. Nunjuk freezer isinya chicken nugget, nunjuk es cream magnum 1 freezer, nunjuk beras, gula, minyak, rinso, shampo, sabun, dll

Tapi karena gua sadar diri dan harus tetep menunjukkan diri sebagai pribad yang cool, berwibawa, dan temen deket si Alex, sebisa mungkin gue nahan diri.

Hm, seolah-olah kurang antusias, gue nanya "Hm, apa yang recomended disini ya mas?"

Gak berapa lama dia nunjukkin paket nasi katsu keju yang lagi booming disini. Dengan cool gue bilang "Ya udah itu boleh deh satu". Tapi gak tau gue gak bisa ngehapus muka asli gue yang doyan, dia langsung mancing "Kenapa cuma satu? Gak dua aja nih Pak? Buat ntar malam?"

Dan Yes, gue berhasil kepancing. Aslinya gue malu banget udah cool minta satu dong, tapi gara-gara gue digoda akhirnya gue luluh dan bilang sambil bisik-bisik "Ya, gak apa-apa deh dua kalau mas maksa"

Setelah paket nasi ini, dia lalu merekomendasikan paket combo burger, seperti tadi, gue dibawain dua paket. Paket nasi sudah, burger sudah, Chiki Taro favorit gue juga udah masuk. Apa yang kurang ya?

"Gak mau nyobain Kopi luwaknya Pak? Atau hot chocolate nya sekalian?" Sebenernya ya mas supervisor tanpa lu tawarin juga gue mah mau banget tapi karena gua gak enak ama si Alex temen gue itu, gue tahan-tahan aja.

Setelah semua dimasukkan ke dalam kresek oleh si mas, gue jadi mikir. Kapan lagi coba gue minum kopi luwak coba? Biar gue gak doyan-doyan banget ama kopi tapi seriusan gue penasaran banget ama kopi luwak. Sekali-kalinya gue minum kopi luwak ya cuma white coffe itu yang di iklan yang harganya seceng di warung.

Kalau minta lagi gue bakalan malu tapi kalau gak, gue udah terlanjur penasaran ama kopi yang katanya termahal di dunia itu. Ah, cobain pancing aja si mas supervisornya "Mas, itu kopi luwaknya asli atau campuran?"

Cakep bener omongan gue. Padahal gue juga gak tau gue nanya apaan, emang ada ya kopi luwak yang campuran?

"Asli Pak. Cobain dong pak kalau penasaran" Aha, yes. Masuk perangkap lu! Permainan kata-kata gue emang briliant

"Hm boleh deh. Sekalian ama hot chocolate nya ya, saya jadi penasaran". Sudahlah, sudah terlanjur malu yang penting gue besok-besok gak akan kesini lagi,

Dateng gak bawa apa-apa, pulangnya bawa kantong kresek penuh makanan. Ya, lumayan deh buat menu buka puasa. Setelah telpon Alex dan mengucapkan terima kasih, gue beranjak pulang menuju hotel tempat gue menginap.

Tapi jujur ya, kalau dipikir-pikir. Biarpun gue sekarang tidur di kamar hotel berbintang dengan kasur yang empuk dan mahal tapi tetep gue kangen ama sofa tempat gue tidur. Selama gue tidur di hotel, gue yang biasanya gampang tidur entah kenapa susah banget buat tidur. Entah karena AC-nya yang terlalu dingin atau karena apa. Biar tiap pagi sarapan gue ala bule semisal sandwich, omelete tapi tetep gue kangen masakkan nyokap. Gue juga kangen dengan kebiasaan gue di Bandung. tiap siang datang ke kantor majalah buat nyetor, ketemu banyak temen, dan kangen berbisnis dengan banyak orang.

Setiap malam tiba, biasanya gue ditelpon nyokap buat nanya kabar dan diingatkan buat rutin berdoa. Gue menghabiskan waktu malam sambil baca-baca buku. Gue lahap buku-buku Pramoedya Ananta Toer semisal Bumi Manusia, Rumah Kaca. Gue selesein baca buku karangan Road Dahl Charlie and The Chocolate Factory sampai gue ngelanjutin belajar bahasa Belanda yang sempat tertunda lama. Skenario yang lama gue diemin akhirnya bisa gue selesein juga disini (next bakal gue publish setelah direalease dulu)

Emang yang namanya kerja itu gak enak. Selain kerjaan yang datang terus menerus tanpa henti dan terus dikejar deadline, terkadang beban pikiran dan beban perasaan malah memperburuk semuanya. Dalam artian pikiran kamu yang harusnya dipake buat kerja malah dipake buat memikirkan hal lain yang sama sekali gak ada hubungannya. Gak beres memang.

Tapi ya sudahlah, apapun itu kamu harus tetep semangat dalam menjalani hari-hari kamu. Yakinkan diri kamu dan yakini semuanya akan baik-baik saja maka semuanya pun akan berjalan dengan baik.

Btw, yg punya akun instagram, mampir ya ke akun instagram gue kalau pengen liat-liat foto gue di kota ini :)

Hoop dat je dag leuk

Rabu, 13 Maret 2013

Cerita Di Atas Awan

Dear readers, postingan ini dibuat oleh temen gue Dominikus Banu atau yang biasa gue sebut Bung Panu, Nugget, Bung DB di blog gue ini. Sebenernya ya, gue sih gak rela si Bung DB mejeng tulisan disini tapi berhubung karena namanya sering gue cibir dan hina terus dia gak pernah minta kompensasi apa-apa dan terlebih lagi dia menjajikan paket McD, hati gue sedikit tergerak buat kasih dia ruang untuk berekspresi. Sama sekali gak ada yang gue edit dan revisi, ini 100% pure buatan dia. Selamat membaca ya :)

Pekanbaru - Bandung, Seat E-6 Air Asia

Kalau tak mampu mencintai, jangan pernah sentuh hati seseorang. Kalau tak mampu setia, jangan pernah mengukir janji. Kalau tak mampu menggenggam hubungan, jangan pernah beri harapan. Karena hati manusia itu terlalu bernilai untuk disakiti, terlalu mahal untuk disia-siakan & terlalu berharga untuk dihancurkan

Entah mengapa, perjalanan 2 jam ini jadi terasa panjang buat gue. Terasa panjang karena hari ini adalah hari kepulangan pertama gue setelah 1 bulan bekerja di tempat dan Kota baru. Gue sudah menunggu datangnya hari ini karena yang gue tau, gue bakal melakukan banyak kegiatan hari ini. Datang ke wisuda teman, berkumpul bersama keluarga, dan yang paling penting gue bakal ketemu kamu.

Iya, kamu. Orang yang belakangan hari ini selalu menemani malam-malamku. Orang yang selalu memberikan perhatian lebih dan membuat gue semakin semangat dalam menjalani hari-hari ini.

Dalam bayangan gue, gue gak pernah nyangka kalau hubungan kita bakal sejauh ini. Mungkin ini adalah kali pertama gue bener-bener ngerasa sayang ama orang. Kali pertama gue yakin ama seseorang dan kali pertama gue berjuang keras buat orang.

Di balik jendela pesawat Air Asia ini, gue mulai berpikir banyak hal, terutama tentang kenangan-kenangan kita. Banyak hal yang sudah kita lakukan, banyak kenangan yang entah mengapa selalu membuat gue senyum-senyum kalau ingat itu semua.

"Do you want coffe?" tanya seseorang bule yang kebetulan berada di sebelah gue. Demi apaan ini si bule baik bener nawarin gue kopi. Sebenarnya sih gue mau banget dapet kopi gratis tapi jujur gue agak takut kalau-kalau ini bule udah nyelipin obat bius. Jujur gue belum siap jadi korban pedofilia bule

"No thanks" kata gue sambil kembali memalingkan muka ke arah jendela. Sengaja gue memalingkan muka karena takut ditanya-tanya lagi pake bahasa Inggris. Senjata gue cuma "Yes" or "No" aja sebenarnya.

3 bulan terakhir ini buat gue adalah 3 bulan yang sangat menyenangkan. Hidup gue yang sebelumnya terasa datar dengan rutinitas kini seolah menjadi lebih berwarna sejak kenal kamu. 

Kamu tau gak sih Re, salah satu hal yang paling memberatkan dalam hidup gue adalah ketika gue harus meninggalkan Bandung menuju Pekanbaru untuk bekerja. Selain berat karena harus meninggalkan orang tua, berat juga buat ninggalin kamu. 3 bulan itu terlalu banyak kenangan yang kita jalani dan sungguh sangat berkesan buat gue.

Saat gue memutuskan buat nerima pekerjaan ini, cuma satu yang ada di pikiran gue, gue bakal nabung, menekan pengeluaran selama gue disini agar gue bisa minimal sebulan sekali pulang ke Bandung, bisa ketemu kamu dan memastikan kalau kamu tetap sehat, tetap ceria, dan tetap semangat dalam menjalani hari-hari kamu.

Pekerjaan gue disini, sangat berat. Selain banyak, kerja di tempat yang jauh dari rumah juga terkadang bikin gue kepikiran. Tapi gue yakin ada saatnya gue harus ninggalin comfort zone dan mulai melangkah untuk kehidupan yang lebih baik.

Saat-saat paling membosankan biasanya terjadi saat malam tiba. Selain gue malas keluyuran dan gak tau jalan, pekerjaan di siang hari cukup membuat gue lelah pikiran dan mental. Tapi kamu tau gak? Hiburan aku cuma waktu bisa ngobrol panjang lebar dengan kamu. Bercerita banyak hal tentang keseharian kita. Aku senang saat bisa memberi perhatian ke kamu, senang saat kamu juga memberi perhatian lebih ke aku. Kamu juga adalah alasan buat aku berdoa rosario loh setiap malam :)

Hey, kamu ingat gak foto yang kamu kirim sebelum aku berangkat ke Pekanbaru? Foto itu selalu jadi penyemangat hari-hari aku.

Ter, inget gak waktu kita ketemu di acara wisuda kampus? Kamu datang dengan dandanan yang menarik, aku suka banget. Kamu nampak cantik, beda dari biasanya tetapi sayang ya saat acara itu kita sedikit sekali berkomunikasi. Padahal saat itu kita sudah janji bakal pergi ke Gereja bareng tapi ya aku sadar, aku bukan siapa-siapa buat kamu.

Iya bukan siapa-siapa. Semakin aku menyayangi kamu, aku juga semakin takut kehilangan kamu tapi aku juga sadar aku bukan siapa-siapa kamu. Melihat kamu dekat dan pergi ama orang lain jujur sangat menyakitkan buat aku. Hati kecil aku sebenarnya sedih tapi kembali lagi kalau aku bukan siapa-siapa kamu. Aku hanyalah orang yang selalu mendukung kamu, berdoa buat kamu, dan selalu menyayangi kamu meski dari jauh.

Aku kangen loh, moment-moment dimana kita makan enak, kita berburu makan bakso enak. Aku sengaja nanya ke Sani soal empat-tempat makan enak di Bandung. Jika dia punya cita-cita bisa ngajak pacarnya si Soto buat ngedatengin semua tempat yang ada di listnya, aku juga punya cita-cita yang sama.

Aku pengen kita berdua bisa dateng ke semua tempat makan enak di Bandung, gak mesti mahal dan mewah karena buat aku pergi berdua dengan kamu saja sudah tergolong sebuah kemewahan buat aku.

Satu lagi, mimpiku yang belum terwujud adalah memperkenalkan kamu ke orang tuaku. Aku tidak ingin memperkenalkan kamu dengan perkenalan "Ibu ini temen aku namanya Tere" tapi aku ingin memperkenalkan kamu dengan perkenalan "Ibu ini pacar aku namanya Tere"

Kapan? Aku tidak tau tetapi tentu aku akan sangat merindukkan moment itu benar-benar terjadi.

Aku selalu berjuang buat kamu setiap hari. Berjuang perasaan, teror dari mantan kamu aku anggap angin lalu. Jujur aku sangat terusik, lebih terusik dan tersinggung ketika kamu dicibir dan dihina oleh mantan kamu. Dia boleh teror aku tiap hari, boleh hina aku tiap hari tapi aku gak akan bisa nerima kalau dia kasar, teror kamu.

Sambil berpikir banyak tentang kamu, aku nulis di memo, nulis yang ada di pikiran aku saat itu,

You'll always be in my heart
me and you will never part,
When i lay down 2 sleep
i can still see the visions of u & me
Ur on my mind day n night
i hope you'll never leave my side
Ur love 2 me means the world

that's why i always think of u

Cuma kamu yang ada di pikiran aku saat ini dan gak kerasa sudah 2 jam aku berada di atas awan untuk memikirkan kamu. Waktu akan terasa sangat cepat dan aku bakal memanfaatkan waktu aku yang sebentar ini dengan sebaik mungkin.

Untuk para penumpang, sebentar lagi pesawat akan mendarat. Cuaca bisa dilaporkan cerah dan selamat menikmati perjalanan anda

Aku bergegas merapihkan barang dan jujur aku tidak sabar untuk segera melalui jam ini. 

Yup, tidak sabar untuk segera berjumpa dengan kamu.......

Selasa, 12 Maret 2013

Ukuran Kebahagiaan

"Apa sih ukuran kebahagiaan buat lu San?" tanya seseorang rekan kerja tempo hari

Jujur pertanyaan kayak gini membuat gue sedikit kaget. Kaget dalam artian arah pembicaraan yang dari tadi serius seputar politik, mitologi hingga tema penulisan tiba-tiba berubah ke ranah pribadi, soal kebahagiaan.

Belum gue jawab pertanyaan itu, dia mulai melanjutkan obrolan,

"Ampe detik ini, gue belum bisa ngebedain apa yang namanya kesenangan dan kebahagiaan. Kemaren gue baru beli mobil baru dan gue ngerasa bahagia banget bisa beli itu mobil. Tapi setelah beberapa minggu, perasaan bahagia itu seolah gak berbekas dan ternyata setelah gue punya itu mobil, gue gak bahagia-bahagia banget. Gue bisa gonta ganti gadget tapi ya rasanya biasa-biasa aja. Gak tau kenapa"

Yup, gue setuju. Terkadang apa yang kita rasa baik untuk kita, kita rasa bisa mendatangkan kebahagiaan buat kita ternyata setelah kita dapat, rasanya gak sebahagia yang kita bayangin loh.

Sering gak kamu mikir gini "Coba saja waktu itu aku milih opsi yang ini" atau "Nyesel banget ama pilihan gue yang sekarang, coba waktu itu aku milih opsi yang lain"

Pertanyaanya apakah ketika saat itu kamu pilih opsi lain itu apakah kamu pasti bahagia? Apakah hidupmu bakalan jauh dari masalah? Ada jaminan untuk itu?

Ada salah satu film yang lumayan gue suka judulnya Medley. Inti ceritanya sederhana, diceritakan ada seseorang yang sedang mengalami masalah ketika sedang menjalani hubungan dengan istrinya. Terkadang dia menyesal kenapa harus memilih dia, kenapa harus menjalani hari-hari dengan dia? Padahal saat itu dia  sebenarnya diantara banyak pilihan, banyak pilihan yang menurut dia lebih baik. Lebih cantik, lebih pintar, dan berasal dari keluarga berkecukupan.

Hingga suatu hari dia diberi kesempatan, untuk mengulang waktu. Mengulang waktu dimana dia berada di posisi memilih dan akhirnya dia memilih perempuan yang menurut dia baik untuk dirinya. Apakah setelah itu semuanya akan berjalan dengan baik? Ternyata tidak, hubungan yang dirasa akan sangat baik dan membahagiakan ternyata hanya berjalan di awal saja. Orang yang dia pilih ternyata tidak lebih baik dibanding istrinya yang terdahulu. Hingga akhirnya dia menyesal, menangis dan meminta agar dia bisa kembali ke dunia yang sebenarnya, agar dia bisa bertemu dengan istrinya karena setelah semuanya dia baru menyadari, mana yang terbaik buat dia. Penyesalan selalu datang setelah orang yang kita sayang itu pergi...

Pesannya sebenarnya sangat sederhana, syukuri apa yang kamu punya sekarang karena orang berbahagia bukanlah orang yang memiliki segalanya tetapi orang yang selalu mengucap syukur dalam menjalani hidupnya dan selalu percaya semuanya akan indah pada waktunya.

Sambil memutar-mutar bolpen Angry Birds di jari gue, gue tetep fokus dengerin semua kata-kata yang keluar dari temen gue itu. Menjadi pendengar yang baik memang menyenangkan, selain menghargai lawan bicara, banyak hal baru yang bisa kita dapat. Menarik, melihat sesuatu masalah dari sudut pandang mata seseorang.

"Ok, jadi paham kan? Nanti malam segera dikirim Emailnya. Saya tunggu ya" kata dia menutup pembicaraan

Di perjalanan pulang, sambil duduk di dalam bus TMB, pembicaraan tadi setidaknya membuat gue berpikir "Apa ya ukuran kebahagiaan buat gue? Apa ya hal yang bener-bener membuat gue bahagia?"

Ketika gue punya gadget baru, gue ngerasa bahagia. Ketika gue menang kompetisi nulis, gue ngerasa bahagia. Tapi bener, biasanya kebahagiaan itu gak akan lama. Gue coba inget-inget hal yang pernah bikin gue ngerasa bahagia banget.

Gue ambil binder gue dan mulai mengurutkan 5 hal yang menurut gue sangat membahagiakan di hidup gue yang sederhana dan berwarna ini. Sempat berpikir lama untuk menentukan urutan nomor 1 dan nomor 2 akhirnya gue menjatuhkan pilihan nomor 1 gue tentang cerita tahun 2006 (untuk nomor 2-5 gue bakal ceritain di postingan yang lain)

Ini ceritanya,

Tahun 2006, saat itu gue masih bersekolah. Saat masih bersekolah, satu-satunya pemasukkan gue datangnya dari orang tua. Ya buat jajan, buat ongkos pulang dan selalu ngepas dalam artian gue gak pernah kekurangan juga gue gak pernah berlebih.

Sebenarnya banyak barang yang pengen gue beli, gue ngebet pengen ngoleksi action figure buat di kamar tapi karena saat itu harganya (sangat) tinggi buat ukuran gue terpaksa gue tunda-tunda terus. Sampai di akhirnya, tengah tahun 2006, gue yang iseng-iseng ikut kompetisi nulis soal "Mimpi dan harapan", kepilih jadi juara pertama dan dapet duit tunai 750rb. Sangat besar buat ukuran gue saat itu.

Dalam bayangan gue saat itu, duitnya bakalan gue pake buat beli ini itu. 200rb buat beli beras, 50rb buat beli roti abon Bre*d Talk (karena nyokap gue doyan banget), 400rb buat beli action figure favorit gue, dan 100rb buat persembahan di hari Minggu. Menurut gue sudah cukup sempurna dan kalau semuanya bener-bener sesuai rencana, gue yakin gue bakal bahagia banget-banget-banget.

Hingga di suatu kesempatan, gue mengutarakan niat gue itu. Awalnya gue yakin, nyokap bakalan kagum, bakalan bangga ama gue. Dan ehem, gue juga udah gak sabar dapet puja-puji dari nyokap gue. Tapi ternyata reaksinya gak seperti yang gue bayangkan.

"Mama lebih suka kalau semua pendapatan kamu, dijadiin persembahan sulung untuk Gereja. Kalau soal beras, roti, mainan Mama yakin suatu saat kamu bisa beli lagi. "

"Tapi Ma?" rengek gue seolah gue gak percaya niat baik gue buat beli beras dan roti ditolak oleh nyokap.

Persembahan sulung adalah persembahan ketika kamu mendapatkan gaji/penghasilan pertama dan harus disumbangkan semua ke Gereja

Berdebat dengan orang tua menurut gue adalah hal yang percuma. Seperti LOGIKA Vs IMAN, tidak akan pernah klop dan saat itu gue lebih menonjolkan logika. Contohnya, buat orang yang menonjolkan logika, ketika kamu mengalami kegagalan, pasti kita akan menyalahkan diri sendiri atau malah orang di sekitar kita sedangkan buat orang beriman, mereka pasti beranggapan "Waktu Tuhan buat waktu kita, rejeki sudah diatur oleh Tuhan". Gak akan pernah klop

Saat itu gue sama sekali gak peduli kata nyokap. Gue lebih menonjolkan ego diri sendiri. Sampai  akhirnya, gua dateng ke salah satu toko mainan dan YES mainan inceran gue masih ada. Gue angkat, gue bolak balik dan sesekali gue lepas dari boxnya. Sumpah, keren abis. Apalagi gue udah sengaja ngosongin space di atas lemari buat nyimpen ini si Batman.

95% gue pasti beli. Setelah beli ini gue bakal kebawah dan beli roti abon buat mama, papa, dan kakak. Gue udah ngebayangin, kita serumah bakalan makan roti abon, cerita-cerita, sambil ketawa lepas. Tapi omongan nyokap setidaknya bikin gue jadi mikir.
Setelah gue beli ini semua, apa gue bakal bahagia seterusnya? Apa setelah gue beli ini maenan, gue bakal puas dengan satu batman? Apa ada jaminan gue bakal bahagia setelah gue punya ini Batman?

Pertanyaan-pertanyaan itu buat keinginan besar gue buat beli ini batman jadi jauh berkurang. Gue simpen si Batman di rak semula dan beranjak pulang. Mungkin bener, lebih baik ini uang dijadiin persembahan kasih sesuai kata nyokap.

Akhirnya gue bener-bener jadiin itu uang sebagai persembahan kasih, sesaat gue ngasih gue liat nyokap nampak sangat bangga. Matanya agak berkaca-kaca dan gue yakin saat itu dia bener-bener ngerasa bahagia.

"Suatu saat kamu pasti bisa beli apa yang kamu mau. Berkat buat kamu gak akan pernah kekurangan, kamu selalu dicukupkan, percaya ya ama Mama. Belajar memberi dalam keterbatasan" kata Nyokap sepulang dari Gereja

Mungkin ada benarnya perkataan Nyokap. Sampai detik ini gue, keluarga gue selalu dicukupkan. Berkat, rejeki selalu datang darimana aja. Gue akhirnya bisa beli action figure yang gue mau, gue akhirnya bisa beli beras tiap bulan buat nyokap.

Orang boleh nganggap kamu rendah, kamu gak akan berhasil, kamu dibanding-bandingkan ama orang lain tapi percayalah kehidupan ini kamu yang menjalani. Bahagia itu datangnya dari kamu sendiri bukan?

Hidup itu selalu berputar dan raihlah kebahagiaan itu. Karena kebahagiaan itu sebenarnya sederhana :)

Di malam setelah gue memberikan persembahan kasih itu, jujur gue ngerasa bahagia. Biarpun saat itu gue gak jadi beli batman, gue gak bisa makan roti abon bersama keluarga tapi jujur gue ngerasa bahagia. Apalagi waktu inget muka Nyokap gue yang keliatannya bahagia banget karena gue nurut perkataan dia.

Sambil merebahkan badan gue ke sofa, gue pejamkan mata sebentar dan mungkin saat itu gue baru tau apa arti kebahagiaan yang sebenarnya :)