Selasa, 17 Februari 2015

Favorite Movie

Tidak semua yang favorite adalah terbaik tapi gak semua yang terbaik juga jadi favorite. Mungkin anekdot itu cocok dalam menentukan selera kita. Sebagai penggemar film sejak lama, gue merangkum list film yang menjadi film-film favorite gue (hingga hari gue menulis postingan ini). Mungkin film yang menjadi favorite gue justru terasa membosankan buat kamu yang sudah pernah nonton tapi ya kembali lagi ini soal selera sih. Jika tidak setuju dengan pendapat gue, silahkan untuk menyanggah.

# 1 Forrest Gump (1994)

"My mama always said, ‘Life was like a box of chocolates. You never know what you’re gonna get"
Plot: Kendati ditakdirkan memiliki handicap dan I.Q. rendah, Forrest Gump (Tom Hanks) memiliki segudang perjalanan hidup yang luar biasa. Dari kecil, Forrest harus dibantu alat leg brasces karena kakinya berjalan tidak normal. Uniknya, akibat hinaan orang, Forrest justru terpacu untuk bisa berlari kencang yang membawanya jadi pemain football utama di Universitas Alabama. Keajaiban lain yakni keterlibatan si polos Forrest  dalam lingkungan tentara, hingga menjadi jagoan ping pong, bertemu 3 Presiden AS (John F. Kennedy, Lyndon B. Johnson, dan Richard Nixon), sukses berbisnis udang bersama mantan rekan seperjuangan, Bubba (Mylkety Williamson) dan Letnan Dan Taylor (Gary Sinise), ikut menanam saham di Apple Computer, serta mendapatkan cinta wanita yang sejak kecil dikaguminya, Jenny (Robin Wright Penn)

Comment: Forrest Gump menjadi film populer berkat perjalanan hidup amazing penuh ironi dari karakter utamanya yang diperankan sangat apik oleh Tom Hanks. Film ini sukses besar baik dari sisi box-office maupun lirikan Oscar yang mengganjarnya dengan 6 Piala dari 11 nominasi. Sangat sedikit film yang diangkat dari Novel tetapi bisa melebihi kualitas Novelnya dan film ini adalah salah satunya (selain The Lord Of The Rings Trilogy). Ini adalah film yang hingga hari ini menjadi film favorit #1 buat gue dan kalau lagi down, pasti gue nonton film ini. Sudah puluhan kali gue nonton film ini dan gak pernah sekalipun bosan. Banyak quote bagus dari film ini, misal "My mama always said, ‘Life was like a box of chocolates. You never know what you’re gonna get", "You have to do the best with what God gave you". Tapi dari banyak quote bagus di film ini, gue paling suka yang ini:




# 2 Saving Private Ryan (1998)

Plot: Seperti yang pernah dihadirkannya lewat Schindler's List, Steven Spielberg kembali menorehkan karya epik terpuji tentang catatan sejarah masa lalu sewaktu meletusnya World War II yang dikenal sebagai Battle Of Normandy. Selama kurang lebih 30 menit, film dibuka dengan pertempuran habis-habisan yang sangat brutal di pantai Omaha. Captain John Miller (Tom Hanks), salah seorang prajurit yang selamat dari peristiwa berdarah tersebut kemudian ditugasi memimpin beberapa tentara saja untuk menyelamatkan Pratu James Francis Ryan (Matt Damon), seorang serdadu yang tersisa dari 4 bersaudara yang sisanya telah tewas di medan perang. Atas keinginan Ibunya, pihak pemerintah Amerika Serikat setuju membawa pulang Ryan dengan selamat. Maka, dimulailah misi bunuh diri 8 tentara berani mati pimpinan Miller menyebrangi Normandy.

Comment: Konon plotnya diangkat dari kisah nyata Sgt. Frederick Niland yang ditulis Fr. Francis Sampson berjudul Look Out Below! Steven Spielberg (sutradara film ini) kemudian meminta nasihat ahli sejarah militer Stephen E. Ambrose yang menulis buku Band Of Brothers (yang kemudian diangkat oleh Spielberg menjadi Serial Televisi). Saving Private Ryan betul-betul menjadi inspirasi film kontemporer yang banyak dipuji serta memiliki adegan perang yang mengangumkan. Walaupun aslinya gue bukan penggemar film perang tetapi setelah selesai menonton film ini, gak ada keraguan buat gue memasukkan film ini ke list film favorite.

#3 Back To The Future Trilogy (1985-1990)



Plot: Marty McFly (Michael J. Fox) tidak mempunyai kehidupan normal saat duduk di bangku SMU. Selain harus berurusan dengan kepala sekolahnya, dia juga tinggal dalam keluarga yang serba memusingkan. Perkenalannya dengan ilmuwan eksentrik Dox (Christopher Lloyd) membawanya kembali ke tahun 1995 dengan mesin waktu buatan Doc. Di masa itu, ia bertemu dengan ayah-ibunya saat di bangku sekolah. Misinya kali ini adalah membuat keluarganya utuh di tahun 1985. Dalam Back to The Future II. Marty bersama Doc berpindah waktu ke masa depan (tahun 2015). Kali ini Marty harus berhadapan dengan pemuda yang sangat mirip dengan musuh lamanya, Griff (Thomas F. Wilson). Mesin waktu Marty diketahui oleh Griff yang kemudian digunakannya untuk kembali ke masa lalu dan mengeruk keuntungan dari sebuah almanak olah raga. Di akhir trilogy, Marty terlempar ke era western tahun 1800-an.

Comment: Trilogy Back To The Future memiliki nilai storyline yang apik. Humor, action, dan efek visualnya berkolaborasi secara baik dan sanggup menciptakan sebuah rangkaian film yang enak ditonton. Lebih pas lagi, trilogy ini aman untuk dikonsumsi oleh seluruh usia. Secara kualitas tiga kisah ini, terutama film pertama, sangat lekat dengan nuansa film-film keluarga di dekade 1980-an, di mana musik (di sini diwakili oleh Huey Lewis). menjadi lokomotif tambahan yang semakin membuat asyik film ini. Film yang sangat menghibur dan tidak dilekang oleh waktu.

# 4 Pulp Fiction (1994)


Plot: Jules Winnfeild (Samuel L. Jackson) dan Vincent Vega (John Travolta) adalah dua pembunuh bayaran yang diperintahkan oleh bos mereka, Marsellus Wallace (Ving Rhames) untuk mengambil kopernya yang hilang dicuri. Sang bos juga meminta Vincent untuk menemani dan menjaga istrinya, Mia (Uma Thurman) selama beberapa hari ketika dia sedang berada di luar kota. Di sisi lain, Butch Coolidge (Bruce Willis) adalah petinju paruh baya yang dibayar oleh Wallace agar sengaja kalah pada pertarungan pentingnya. Kehidupan orang-orang yang tampaknya tidak saling berkaitan ini kemudian bersinggungan pada satu titik lewat serangkaian kejadian yang lucu, aneh, dan tidak terduga.

Comment: Disutradarai oleh sutradara berbakat Quentin Tarantino, film yang dibintangi oleh bintang-bintang ternama semacam John Travolta, Samuel L. Jackson, dan Bruce Willis ini mengguncang Hollywood dengan penyajian yang unik. Tarantino menawarkan sebuah penceritaan naratif non linear yang dibagi ke dalam beberapa babak, dia juga mengacak-acak three act structure yang menjadi pakem keramat skenario Hollywood. Hasilnya luar biasa filmnya dipuji setinggi langit dan meraih banyak penghargaan prestisius.

# 5 Sprited Away (2001)


Plot: Cihiro adalah gadis berusia sepuluh tahun yang pindah ke kota lain bersama orang tuanya. Dia tidak begitu senang dengan rencana kepindahan tersebut dan mengeluh tentang semuanya termasuk sekolah barunya sampai buket bunga yang telah diberikannya kepada teman-temannya sebagai hadiah. Ketika sedang mencari rute yang lebih dekat ke rumah baru mereka, Ayah Chihiro mengendara ke jalan kecil yang berakhir ke bangunan misterius. Orang tua Chihiro penasaran dan masuk melewati gerbang yang gelap dari bangunan tersebut. Di sisi lain, mereka menemukan apa yang mereka asumsikan sebagai taman bermain yang sudah ditinggalkan, yang nantinya disingkap bahwa tempat itu sebenarnya perbatasan antara dunia arwah dan dunia manusia.

Comment: Film ini mendapat predikat sebagai Best Animated Feature Film dalam ajang Academy Awards tahun 2003. Sang sineasnya sudah barang tentu adalah kreator animasi legendaris asal Jepang, Hayao Miyazaki, yang telah menghasilkan beragam animasi berkualitas yang telah diakui di seluruh dunia lewat Studio Ghibli yang turut dibangunnya, seperti Majo na takkayubin, Tonari no Totoro, dan masih banyak lagi. Menghadirkan magic khas sang maestro animasi yang selalu dapat membuat para penontonnya tenggelam dalam menyelami keajaiban dunia imajinasi yang dibangunnya, tak terkecuali bagi film ini yang menghadirkan petualangan menakjubkan sekaligus menyiratkan pesan akan kerinduan sang sineas pada Jepang masa dahulu sebelum tergerus globalisasi, isu polusi (terutama sungai), serta perjuangan seorang gadis kecil menuju kedewasaannya. Film yang banyak disebut sebagai film animasi terbaik sepanjang masa ini meraup 250 juta dollar di seluruh dunia dan menjadikannya sebagai film Jepang dengan penghasilan tertinggi sepanjang sejarah.

# 6 (500) Days of Summer (2009)


Plot: Seorang arsitek muda yang malah menekuni profesi sebagai penulis kartu ucapan bernama Tom Hansen (Joseph Gordon Levitt) berjumpa dan jatuh hati pada pandangan pertama terhadap Summer Finn (Zooey Deschanel), seorang gadis yang menjabat sebagai asisten baru atasannya. Permasalahannya, meski dari hari ke hari keduanya semakin dekat satu sama lain dan hubungan mereka lebih dari sekedar teman, sang gadis yang memiliki skeptis terhadap cinta sejati mengatakan secara terang-terangan bahwa dia tidak tertarik dengan untuk mengukuhkan situasi itu dalam sebuah hubungan asmara. Berawal dari hal inilah, terjalin sebuah kisah drama romantika yang unik antara dua insan muda ini dalam rentang waktu 500 hari, yang membuat satu sama lain menemukan pandangan baru dalam menjalani kehidupan mereka.

Comment: Lewat sebuah film indie yang jalinan kisah filmnya disajikan dengan gaya narasi nonliner yang teramat abstrak serta presentasi sebuah tahapan adegan yang dihadirkan dalam dua versi secara bersamaan. Marc Webb (sutradara film ini) secara apik mampu menyuguhkan sebuah film drama romantis yang teramat unik, di mana sesuai tagline yang diusungnya berupa film tentang cinta yang tidak menyajikan sebuah kisah cinta. Film ini mendapat sambutan positf dari kritikus film dan mendapat pujian setinggi langit. Film ini mampu mendiskusikan sisi cerita romantis yang jarang disentuh oleh film lainnya. Two Thumbs Up!

Intermezzo: Film ini dibuka dengan barisan kalimat. "Any resemble to people living or dead is purely coincidental.... Especially you, Jenny Beckman.... B***h." Mengenai hal ini, Scott Neustadter (penulis naskahnya), mengakui bahwa film ini diispirasi dari pengalaman pribadi yang pernah dialaminya. Seperti dalam filmnya, jalinan cinta antara keduanya (Jenny Beckman dan Scott Neustadter) tidak berjalan mulus dan dianggap sebagai kenangan yang menyakitkan oleh Scott. Dalam sebuah kesempatan, keduanya kembali bertemu dan Scott memberikan skrip film (500) Days Of Summer kepada Jenny Beckman. Jenny lantas merespon dengan mengiriminya surat bahwa dia suka dengan terkesan dengan skrip film itu dan merasakan kedekatan dengan karakter Tom Hansen tanpa menyadari sama sekali bahwa justru dirinya yang menjadi sumber inspirasi karakter Summer Finn.

#7 Cast Away (2000)

Plot: Berkisah tentang seorang eksekutif muda di perusahaan jasa Federal Express (FedEx), Chuck Noland (Tom Hanks), yang suatu hari ditugaskan untuk meninjau cabang perusahaan di wilayah Pasifik Selatan. Sebelum pergi, Chuck terlebih dahulu melamar Kelly, gadis pujaannya, dan berjanji akan menikahinya segera setelah Chuck pulang. Dalam perjalanan, pesawat yang ditumpanginya mengalami kecelakaan sehingga terdampar di sebuah pulau. Hanya Chuck yang selamat dari kecelakaan tersebut. Sejak saat itu dimulailah kehidupan Chuck seorang diri di pulau asing untuk bertahan hidup. Hari demi hari dilaluinya dengan kerinduan mendalam untuk pulang menemui Kelly. Setelah terdampar selama 4 tahun, Chuck menjadi terbiasa hidup di pulau tak berpenghuni. Namun karena kerinduannya untuk pulang, dia pun nekat membuat sebuah rakit demi menemui cinta sejatinya Kelly. Plot film ini sebenarnya sederhana tetapi memiliki pesan yang bagus dan mengajarkan kita untuk tidak pantang menyerah.

Comment:  Sungguh disayangkan ketika Tom Hanks gagal menggondol Oscar ketiganya sebagai Best Actor lewat film ini (kalah dari Russell Crowe lewat film Gladiator). Menurut gue pribadi, akting Hanks di film ini sangat apik. Menonton film ini sebenarnya bisa begitu menarik atau bisa begitu membosankan karena praktis hampir setengah film kita hanya menyaksikan one man show Tom Hanks ditemani oleh benda mati (bola volley Wilson). Sayang, film ini tidak berhasil memenangkan satu Piala Oscar pun tetapi walaupun begitu menurut gue ini adalah film yang sangat recomended untuk ditonton. Belum lagi score di film ini begitu memorable

# 8 Buried (2010)


Plot: Paul Conroy (Ryan Reynolds) sebenarnya bukanlah pria yang siap menerima ajal namun karena tuntutan pekerjaan, terpaksa ia berangkat ke Irak untuk bekerja sebagai kontraktor di sana. Paul tahu kalau bekerja di Irak artinya ia harus menanggung risiko namun ia tak pernah membayangkan risikonya akan sebesar yang akan ia hadapi. Suatu ketika, Paul terbangun dan merasa ada yang aneh. Di sekitarnya begitu gelap sementara sepertinya tak banyak ruang buatnya untuk bergerak. Setelah kesadarannya mulai pulih Paul menemukan korek api, sebilah pisau dan sebuah ponsel. Dengan penerangan seadanya dari korek api yang ia temukan, Paul sadar kalau ia berada di sebuah ruangan yang sangat sempit. Bukan hanya sempit ternyata ia tak punya ruang gerak sama sekali. Paul tak tahu bagaimana ia bisa berada di dalam peti mati. Paul juga tak mengerti siapa yang mengurungnya di dalam peti mati dan dengan tujuan apa. Harapan hidup Paul hanya tinggal ponsel yang ada di tangannya. Tapi itupun bukan solusi yang mudah karena ternyata Paul tidak hanya dikurung di dalam peti mati tapi juga dikubur hidup-hidup. Sebentar lagi baterai ponsel Paul akan habis sementara ia tak bisa menghubungi siapa pun.

Comment: Tahun 2002 lalu ada sebuah film berjudul PHONE BOOTH. Film yang dibintangi oleh Colin Farell ini nyaris hanya mengambil lokasi syuting di sebuah kotak telepon umum namun nyatanya lokasi yang tak terlalu luas itu tidak menjadi halangan untuk membuat film yang menarik. Bagaimana kalau lokasi itu dipersempit lagi? Apakah efek yang sama masih bisa dipertahankan? Jawabnya adalah BURIED. Tak heran jika biaya produksi BURIED ini hanya sekitar US$2 juta saja. Memang tak diperlukan biaya banyak untuk syuting film ini. Yang diperlukan hanyalah menggaji Ryan Reynolds plus beberapa pengisi suara saja. Selebihnya mungkin tak terlalu banyak biaya yang harus dikeluarkan. Syuting bisa dilakukan di mana saja karena yang diperlukan hanyalah peti mati tempat Ryan Reynolds memamerkan kemampuan aktingnya. Rodrigo Cortes, sang sutradara, memang layak mendapat acungan jempol karena ia mampu menyajikan sebuah tontonan yang mencekam tanpa harus mengeluarkan biaya mahal. Hebatnya lagi, Ryan Reynolds yang notabene tak memiliki ruang untuk beraksi ternyata mampu mengajak penonton untuk masuk ke dalam pikirannya, ketakutannya, kemarahannya, dan kepasrahannya saat terjebak di dalam peti mati. Semua itu dilakukan Ryan Reynolds dalam sebuah ruang sempit yang tak memungkinkan aktor ini menggunakan body language. Mau tak mau yang bisa dilakukan Ryan hanyalah mengolah suara dan raut mukanya saja. Meskipun begitu, hasilnya sangat memuaskan. Overall, Buried adalah contoh luar biasa bagaimana sebuah thiller indie minimalis mampu memberikan dampak psikologis yang begitu besar kepada penontonnya. Ya, inilah pengalaman sinematik fantastis yang akan memberikan sebuah sensasi ketegangan dan momen emosional tidak terlupakan, yes, like I said before, Buried is what you call the real claustrophobic terror. 

* 9 Oldboy (2003)

Plot: Oldboy bercerita tentang Oh Dae-su, seorang pria yang tiba-tiba ditangkap dan dipenjara selama 15 tahun tanpa alasan yang jelas. Setelah 15 tahun, ia dibebaskan begitu saja oleh orang yang menangkapnya (yang tidak diketahui siapa) dan diberi waktu 5 hari untuk mengetahui siapa dan apa alasan di balik tragedi yang ia alami.

Comment: Sebuah film berharga dari Negeri Ginseng (dan mungkin ini adalah satu-satunya film Korea yang pernah gue tonton), rasanya layak disematkan pada film yang diangkat dari manga Jepang ini. Melalui film yang menjadi babak ketiga dari rangkaian trilogy Vengeance (dua lainnya adalah Sympathy for Mr. Vengeance dan Sympathy for Lady Vengeance), Park Chan-wook (sutradara) berhasil menarik perhatian insan perfilman dunia lewat sajian drama aksi thriller yang sangat mencekam, penuh intrik dan berisikan twist yang sangat di luar dugaan mengenai sepak terjang seorang pria yang kemudian berusaha mencari petunjuk siapa orang yang telah bertanggung jawab atas peristiwa penculikan yang membuatnya disekap selama 15 tahun. Film ini diakui sebagai salah satu film Asia terbaik sepanjang masa tetapi sayang seribu sayang ketika film ini di-remake dalam versi Hollywood (disutradarai oleh Spike Lee) versi Hollywood-nya gagal menyamai kualitas aslinya. 

* 10. Memento (2001)

Remember, Remember
Plot: Berawal dari peristiwa penembakan Tedy (Joe Pantoliano) oleh Shelby, disajikan lewat gaya penuturan yang unik., terdapat dua kisah terpisah mengenai sepak terjang penyelidik asuransi bernama Leonard Shelby (Guy Pearce) yang menderita kelemahan tidak dapat lagi membangun memori baru, dalam upaya mencari pelaku pembunuhan terhadap istrinya, hal terakhir yang diingatnya. Sebagai sistem untuk mengumpulkan memori jangka pendeknya Shelby memanfaatkan catatan, menato tubuhnya, dan memotret menggunakan kamera polaroid. Dalam upaya pencarian itu Shelby mendapat bantuan dari Natalie (Anne Moss), yang berprofesi sebagai penjaga bar dan seorang pria misterius dengan panggilan Teddy.

Comment: Diadaptasi dari cerita pendek berjudul Memento Nori, Christopher Nolan (sutradara) mempresentasikan film ini dengan sujet yang (sangat) sulit dicari tandingannya. Film ini mendapat banyak pujian, umumnya faktor yang menjadi pemicunya adalah gaya penceritaan tidak lazim yang diusung, serta misteri yang meliputi motif sang tokoh utamanya. Menonton film ini tidak cukup sekali (mungkin perlu berkali-kali) agar kita bisa mengerti dengan plot cerita di film ini.

Maybe Containt Spoiler: Faktor krusial yang menjadi penentu  kesuksesan Memento terletak pada sujet, cara Nolan mempresentasikan hasil arahannya. Di sini, Nolan menuturkan kisah filmnya ini dalam gabungan dua versi sekuens: hitam - putih yang ditampilkan secara kronologis, serta berwarna yang ditampilkan dalam urutan mundur, yang kemudian hubungan dua runutan versi itu bertemu di bagian klimaks dan membentuk satu kesatuan kisah yang utuh. Nolan juga secara brilian dan cermat menebar petunjuk-petunjuk yang penting bagi penontonnya untuk menyibak fabula, kisah yang dikemukakan. Sekuens berwarna berisikan lompatan kejadian yang mempermudah kalangan penonton menebak bahwa apa yang dipresentasikan di dalamnya berurutan dari belakang. Adapun, kegunaan adegan yang berjalan mundur adalah untuk 'memaksa' audiens berempati terhadap sang tokoh utama yang kehilangan kemampuan menciptakan memori jangka panjang, di mana peristiwa penyebabnya baru diungkap menjelang akhir cerita.

# 11 The Terminal (2004)

Life is waiting
Plot: Film ini bercerita tentang Victor Navorski (Tom Hanks), seorang warga negara Krakozhia yang terbang menuju Bandara Udara Internasional John F. Kennedy di New York City. Kebetulan selama penerbangan pemerintahan negaranya digulingkan oleh pemberontak, sehingga Petugas Imigrasi menolak paspor Victor dan membiarkannya terperangkap. Hingga sembilan bulan berikutnya, Viktor terpaksa tinggal di bangunan terminal, karena tidak diperbolehkan menginjakkan kakinya di Amerika Serikat ataupun pulang ke Krakozhia. Di bandara dia mulai berteman dengan staf di terminal, termasuk Enrique Cruz (Diego Luna) seorang karyawan bandara, Gupta Rajan (Kumar Pallana) yang bertugas sebagai seorang janitor bandara hingga pramugari cantik Amelia Warren (Catherine Zeta-Jones).

Comment: Beberapa pengamat film menganggap film ini terinspirasi oleh kisah nyata Mehran Karimi Nasseri (seorang pengungsi asal Iran) yang tinggal di Terminal Satu Bandara Udara Charless de Gaulle dekat Paris sejak tahun 1998 karena bukti pengungsinya dicuri hingga 2006 ketika ia masuk rumah sakit. Banyak orang yang bilang filmnya sedikit membosankan, tidak sedikit juga bilang endingnya terlalu dipaksakan tetapi buat gue pribadi film ini sangat recomended buat ditonton. Tom Hanks kembali menujukkan akting kelas wahid sebagai Victor Navorski lengkap dengan aksen Bulgaria yang khas. Karena Bandara Udara Internasional John F. Kennedy di New York City termasuk bandara tersibuk di dunia, Steven Spielberg lantas membuat replika bandara John F. Kennedy untuk film ini. Oh ya di film ini juga, gue baru sadar kalau Catherine Zetta-Jones luar biasa cantik.

# 12 Aku, Kamu, dan Layang-Layang (2014)

Plot: Seorang pria yang baru saja putus cinta, lebih suka menghabiskan waktunya duduk di atas atap rumah sambil memandangi langit. Sesekali dia menerbangkan layang-layang yang sudah dia tulisi pesan yang berisi suasana hatinya. Kadang layang-layang itu berisi ungkapan hati berupa kekecewaan, pengalaman yang menyenangkan bersama sang mantan, hingga sumpah serapah. Tujuannya hanya satu, dia ingin semua perasaan dia terhadap sang mantan bisa hilang tidak berbekas seperti layang-layang yang terbang putus di udara. Di sudut atap lain, seorang wanita yang baru saja meninggalkan pacarnya karena suatu 'keadaan' memilih untuk menjauhi hiruk pikuk dunia dan tanpa sengaja dia menerima pesan dari sebuah layang-layang yang putus jatuh di sampingnya. Tanpa mereka pernah sadari, kedua orang ini memiliki masalah yang serupa tapi tak sama. Ini adalah film sederhana tentang arti merelakan.

Comment: Narsis gak sih kalau gue masukkin film amatir buatan gue sendiri ke daftar film favorit? Hahahahaha. Film pendek amatir berdurasi 20 menit ini memang belum pernah dipublish karena sesuatu alasan dan mungkin dalam waktu dekat bakalan dipublish di blog gue ini (silahkan dihujat atau dihina). Inspirasi film pendek ini berasal dari kalimat temen gue tempo hari, doi bilang "tidak semua hal bisa kita dapat, hidup adalah belajar menerima kekecewaan tanpa batas". Oh ya, gue muncul cameo di film ini loh, huehuehue

Selasa, 10 Februari 2015

Satu Hari (Lagi) Menjadi WOTA

Gue bukan WOTA!

Entah sudah berapa banyak orang yang 'nuduh' kalau gue adalah seorang WOTA yang ngefans dengan JKT48.

Gue gak punya apapun merchandise apapun yang berhubungan dengan JKT48, gue gak pernah datang ke theater buat nonton member JKT48 perform, dan gue gak tergabung ke komunitas apapun yang berhubungan dengan JKT48.

Satu-satunya hal yang berhubungan dengan JKT48 yang gue punya adalah iya BENER gue emang nyimpen beberapa lagu JKT48 di iPod gue. Gue nyimpen karena lagunya emang catchy dan bikin gak suntuk.

That's all, tidak lebih. Tapi semakin gue membantah, entah kenapa gue malah semakin 'mendekat' ke predikat Wota. Ouch....

Beberapa Minggu yang lalu, temen gue (baca: mantan) ngasih gue undangan. Kebetulan dia tuh ikutan semacam Gadis Sampul gitu tapi ini versi untuk wanita karir (usia 21 tahun - 28 tahun) yang diselenggarakan oleh sebuah majalah nasional.

Nah, kebetulan doi ini berhasil masuk ke 10 besar. Sebagai mantan yang baik, gue mengiyakan untuk datang ke puncak acara tersebut.

Tapi masalahnya cuma satu, gue gak tau harus naik apa ke tempat acaranya. Kalau gue lagi di Jakarta, satu-satunya 'senjata' gue adalah naik angkutan umum (kopaja or TJ) karena gue gak pernah bawa kendaraan pribadi kalau lagi di Jakarta.

Masalahnya gini, setelah gue telisik, minim banget angkutan umum yang ngelewatin gedung itu. Satu-satunya cara yang bisa dipakai adalah minta tolong temen yang punya kendaraan buat jadi 'supir' gue.

Tapi bener kata orang, gak ada 'makan siang' gratis. Temen gue mau jadi supir tapi dengan satu syarat, gue harus nemenin dia nonton theater JKT48 di FX Sudirman.

Ok, cakep.

Gue, Stefanus Sani. Umur sudah lumayan tua, sekarang harus nemenin dia nonton Theater JKT48 sambil ngacung-ngacungin light stick kayak anak alay.

Ini benar-benar dilema buat gue. Di satu sisi, gue udah janji ke doi bakalan datang, di satu sisi gue harus nontonin cewek-cewek dengan rok pendek menari dan bernyanyi.

OMG, kalau ampe gue ketemu temen disana, gue bakalan dicap sebagai seorang fedofilia sejati.

Setelah lama berdebat dan proses negosiasi menemui jalan buntu yang tidak berkesudahan akhirnya tercapai juga kesepakatan. Dia jadi 'supir' buat gue dan gue bakalan nemenin dia nonton Theater JKT48.

Beberapa hari kemudian setelah 'deal' itu terjadi, gue beneran nemenin dia nonton Theater JKT48. Letak theater JKT48 ada di FX Sudirman.


Gue apal banget letaknya karena kalau gue lagi ada urusan di GBK, gue pasti makan siang disini. Satu yang gue tau, para WOTA biasanya duduk bergerombol sambil bawa light stick yang diacung-acungin. Ciri khas mereka yang lain adalah pake kaos kebesaran warna merah bertuliskan JKT48.

Nonton theater ternyata bukan kita seperti nonton bioskop. Gue kira, kita tinggal datang beli tiket terus milih kursi dan nonton deh.

Ternyata gak. Kita harus sudah beli tiket online jauh-jauh hari dan jika kita beruntung kita bakalan dapet kode verifikasi yang nantinya bisa dituker dengan tiket nonton di theater.

Harga tiketnya sih lumayan, sekitar 100rb.

Soal tetek bengek tiket, gue gak usah bingung karena temen gue yang WOTA SEJATI itu sudah menjanjikan ke gue "lu tinggal tau beres doang" dan bener apa yang dia omongin, entah gimana caranya, sekarang gue sudah megang tiket nonton theater.

Lagi asyik ngantri, tiba-tiba ada anak alay yang noel gue "Om, mau tukeran PP gak?"

PP = Photopack
 PP? Apaan sih PP? Gue toel temen gue terus dia jelasin PP itu adalah Photopack. Jadi kayak koleksi foto para member JKT48 gitu.

Mana punya gue kayak gituan? Gue gelengkan kepala ke anak alay itu (tanda menolak tawaran dia). Setelah ditolak, dia nanya "Om, Oshi-nya siapa?"

Brengs** ini anak, udah ngatain gue Om mulu banyak nanya juga. Aslinya gue gak terlalu apal siapa-siapa aja member JKT48. Yang gue tau sih paling yang mainstream kayak Melody atau Nabilah.

Biar gak mainstream, gue bilang Oshi gue si Andela, padahal sumpah gue juga gak tau Andela yang mana. Gue tau Andela juga gara-gara temen gue suka mention ke akun twitter si Andela di twitter.

"Wah, kebetulan banget saya Ketua dari Andela Fans Club Jakarta" kata si alay antusias,

Andela Fans Club Jakarta? Gue bengong nyaris mangap. Emang ada ya?

"Boleh minta no hp ama alamat twitter? Gabung ya Om ke fans club kita. Satu Minggu sekali suka ada pertemuan di Se**l"

Setengah shock, gue kasih no hp dan alamat twitter gue. Jelas gue kasih yang palsu.

Gile aja kalau tiap jam gue dimention berita-berita soal Andela JKT 48 atau gue disuruh datang ke gathering fans club Andela -_-

Image cool gue yang setengah mati gue bangun langsung hancur berganti Image om pedofilia

Setelah diundi untuk menentukan nomor kursi (kalau gak salah namanya BINGO), gue dapet kursi yang lumayan strategis. Jaraknya gak terlalu jauh dari panggung.

Gue duduk manis dan pas gue tanya-tanya ke temen gue, hari ini gue bakalan nonton Team J yang bakalan bawain set list "Dareka no Tame ni"


Apalah itu artinya gue gak tau yang ada di otak gue, cepetan ini theater mulai biar gue bisa cepet pulang. Doa gue adalah jangan sampai gue ketemu temen gue disini, kebetulan gue punya temen yang kerjanya bikin berita tentang JKT48 buat sebuah Majalah Remaja dan tiap hari dia pasti nongkrong di theater buat nyari berita.

Jangan sampai deh gue ketemu ama dia. Kalau ampe ketemu ama dia, entah gue harus nitip muka gue ke siapa.

Beberapa saat sebelum mulai, di layar panggung ada footage tentang siapa saja para member yang bakalan ikutan theater.

Lagi asyik nonton tiba-tiba para penonton langsung ngacung-ngacung glowstick sambil nge-chant kenceng banget "Aaa..... Yossha-ikuzo!"


Hai! Hai! Hai! Hai! Hai! Hai! Aahhhhhh... Hai! Hai! Hai Hai Hai Hai !!

Tiger, Fire, Cyber, Fiber, Diver, Viber, Jya Jya !!!

Gue yang kalau lagi di rumah sering mencela para wota yang lagi ngechant, eh kini malah ikutan ngechant sambil ngacung-ngacungin light stick

Ya Allah, ampuni dosa-dosa gue ya ini ya Allah. Kalau ampe Nyokap gue tau gue bisa-bisa gue diusir dari rumah.

"Ini anak gue jauh-jauh ke Jakarta suruh cari duit yang banyak malah teriak-teriak Tiger, Fire, Cyber, Fiber, Diver, Viber, Jya Jya" Mungkin gitu yang ada di pikiran Nyokap gue kalau ampe gue ketauan nonton ini theater,

Setelah diteriakin gitu member JKT48 yang ditunggu-tunggu akhirnya nongol juga. Gue kira sewaktu mereka nongol, penonton bakalan duduk manis dan mulai hening menikmati theater.

Ternyata kagak. 

Bukannya diem, yang ada malah makin heboh. Temen gue makin brutal ngechant, sekarang chant-nya beda lagi "Tora, Hii, Jinzou, Senii, Ama, Shindou, Kasentobijokyo!"

Dan Iya, iya untuk kesekian kalinya gue ikut-ikutan ngechant kayak temen gue. Biar gue hafal-hafal yang penting mulut keliatan bersuara lah

Padahal aslinya gue teriak "Bandeng, Pepes, Tempe, Babat" sambil ngacung-ngacungin light stick.

Setiap lagu ternyata memiliki chant yang berbeda. Ada satu moment dimana keadaan lagi hening dan gue lagi menikmati pertunjukkan ada cowok alay di belakang gue teriak kenceng banget "Chouzetsu Kawaii Haruka!"

Gila, itu orang teriak kenceng banget ampe kuping gue bernanah.

Selain nyanyi dan menari, ada juga sesi MC (semacam ngobrol) di antara para member. Jadi ada tema yang dibahas oleh para member, waktu gue dateng sih tema yang sedang dibahas tuh "kapan pertama kali kamu naik sepeda"

Dari kaca mata awam gue (yang bukan fans JKT48), ada beberapa hal yang gue sayangkan. Pertama, gue kira di theater ini para member bakalan nyanyi dan menari secara Live secara ini kan theater tempat latihan untuk para member. Tapi sayang banget mereka masih lip sync.

Kalau salah gerakkan atau gak sinkron (antara lagu dan tarian) sih biasa menurut gue tapi sayang banget kalau mereka masih lip sync padahal theater kan semacam tempat latihan supaya saat mereka tampil di TV mereka bisa lebih maksimal dan memperbaiki kekurangan.

Setelah 2 jam lamanya, akhirnya ini theater kelar juga. Setelah theater kelar, masih ada sesi High Toss dengan para member yang tampil. Kata temen gue, selain bisa toss bareng member, gue juga bisa ngasih hadiah ke member. Selain itu bisa dipake juga buat ngobrol singkat.


Hihihi, lumayanlah bisa ngobrol 1-2 detik dengan para member. Dengan sok bijak gue ngomong ke salah satu member yang gue gak tau namanya "Tadi perform kamu bagus banget, ditingkatkan ya"

Sumpah, sok keren banget omongan gue padahal namanya aja gak tau.

Ternyata setelah ini masih ada juga ada sesi yang namanya 2shoot event Dengan bayar 150rb, kamu bisa berfoto dengan para member yang kamu suka. Temen gue sih semangat banget ikutan biar ngantri.

Gimana dengan gue? Apakah gue rela mengeluarkan uang 150rb buat foto bareng member?

Ehmmmm, biarlah gue, Tuhan dan temen gue yang tau jawabannya, hihihihihi

JEI KEI TI FOURTY EIGHT !!! soresoresoresore !!