Sabtu, 07 Mei 2022

Now, Then, Forever

 ".......Masalah akan datang, konflik mungkin ada, problematika hidup akan terus mewarnai kehidupan tetapi selama kita berdua ingat dengan janji suci yang kita ucapkan tadi maka saya yakin kita berdua akan bisa melewatinya"

Tidak terasa air mata langsung menetes dari kelopak mata. Emosi terasa memuncak dan setelah sekian lama akhirnya saya menangis juga.

Ah, rasanya sudah begitu lama saya tidak menangis. Terakhir kali menangis itu kalau saya tidak salah terjadi 3 tahun lalu saat Ayah meninggal dunia.

Dulu saya pernah menangis gegara telenovela Amigos x Siempre tetapi kali ini berbeda rasanya.

Ini seperti luapan dari hati dan pikiran langsung melayang teringat ke Ayah. Coba kalau beliau masih ada tentu kebahagiaan ini akan begitu paripurna.

Speech tadi saya ucapkan saat proses pemberkatan pernikahan berakhir. MC yang memimpin mempersilahkan saya untuk pidato singkat sekaligus mengucapkan terima kasih kepada tamu yang hadir.

Berhubung saya memang tidak terbiasa untuk berbicara di depan orang banyak, saya sudah menyiapkan catatan kecil untuk dibacakan di depan.

Hampir seminggu lamanya saya membuat catatan tersebut. Padahal isinya simple tetapi karena saya ingin membuat lebih bermakna, dibutuhkan proses yang tidak sebentar.

Begitu speech saya bacakan, saya bisa melihat dan merasakan kekaguman dadi tamu yang hadir. Mungkin kalau wajah mereka bisa berbicara, mereka bakalan ngomong gini "Ajig, si monyet ini bisa keren juga"

Kocaknya adalah satu hari sebelum hari pernikahan, kita sempat latihan buat persiapan pemberkatan pernikahan.

"Nanti gua mau drama sedikit ya, mau keliatan nangis biar keren. Nanti kamu mainan lagu Moving On ya biar lebih keren" kata saya ke Rio yang menjadi Keyboardis di hari pernikahan.

Ternyata gak butuh drama karena saya malah nangis beneran, wkwkwkwk

.....................................................

Awalnya, pernikahan akan dilangsungkan pada tanggal 26 Maret 2022. Persiapan sudah nyaris sempurna tetapi satu Minggu sebelum acara, istri dan Mamanya positif COVID-19.

Gejalanya memang tidak terlalu parah karena 'hanya' batuk dan demam saja. Setelah diskusi, kita memutuskan untuk menunda pernikahan sampai Istri dan Mama mertua sehat kembali.

Kita tidak boleh egois atau menutupi soal ini karena akan ada banyak saudara berusia lanjut yang akan hadir. Akan terasa berdosa sekali jika kita tetap memaksakan acara padahal salah satu dari kita ada yang positif.

Puji Tuhan, pihak Hotel menerima pengunduran pernikahan kita. Tidak ada denda atau penalty yang diberikan padahal acara tinggal 1 Minggu lagi.

Satu-satunya hal yang merepotkan adalah kita harus menghubungi satu per satu tamu yang sudah mengkonfirmasi hadir kalau acara terpaksa ditunda.

Oh ya untuk pernikahan kali ini kita menerapkan sistem reservasi. Jadi tamu yang sudah mendapat undangan akan kita hubungi lagi untuk konfirmasi kehadiran.

Menurut saya pribadi ini cara yang paling efektif untuk memastikan jumlah yang hadir agar tidak terjadi penumpukkan yang berujung kepada kerumunan.

Ya repotnya itu tadi, kita harus bersabar menunggu konfirmasi dari undangan.

"Saya usahain hadir ya" atau "Nanti saya kabarin lagi" adalah beberapa jawaban menyebalkan yang saya dapat, hahaha.

Oh ya karena alasan yang sama pula, kita membatasi 1 undangan untuk 2 orang saja. Ini pun membuat kita harus siap dengan pertanyaan seperti:

"Nanti anak kita siapa yang jagajn" atau "Ini si Andrea pengen ikut katanya, pengen liat Sani ama Debi menikah, boleh ya ikut?"

Kita harus siap dengan banyaknya negosiasi yang diajukan dan untuk beberapa orang akhirnya kita mengalah dengan memperbolehkan membawa anak padahal aturan ini dibuat untuk kebaikan bersama agar tidak terjadi kerumunan.

Selain dua hal itu tadi, kita juga harus siap dengan nyinyiran dari orang yang tidak bisa kita undang.

Karena kita memang membatasi jumlah tamu maka mau tidak mau harus ada yang 'dikorbankan' alias tidak bisa diundang.

Lansia di luar keluarga terpaksa kita pinggirkan karena sesuai saran dari hotel, lansia lebih baik tidak diundang.

Agar win-win solution dan mencegah nyinyiran maka kita akan membuat acara tersendiri di Gereja. Belum juga dibicarakan, nada sumbang sudah mulai terdengar dari orang yang tidak diundang.

Omongan sumbang tersebut sebenarnya tidak berdampak apapun ke kita berdua apalagi ke saya pribadi yang pada dasarnya cuek dan santai.

Beda kasus jika nyinyiran tersebut datang dari teman di lingkungan kerja. Bisa dibayangkan kan, gimana gak enaknya kita dinyinyirin orang yang setiap hari bertatap muka dengan kita?

Ini yang saya maksud dengan nyinyiran berdampak dengan nyinyiran yang tidak berdampak.

....................................................

Satu hal yang membuat saya pribadi sangat senang adalah kehadiran Maria Vania sebagai pendamping istri. Kebetulan Istri adalah sahabat dekat Maria sejak SMA dan saya sendiri lumayan dekat dengan Maria sewaktu masih SMA.

Maria sekarang sudah sangat sibuk di layar kaca. Dia rutin tampil di acara Indosiar dan kemarin sedang sibuk dengan syuting Ramadhan.

Tanggal 24 April, di hari pernikahan kita sebenarnya Maria masih harus melakoni satu episode pamungkas untuk sebuah sinetron di SCTV tetapi Maria berhasil melobi agar scene dia dibereskan di tanggal 23 agar dia bisa datang ke pernikahan kita.

Dan lobi berhasil karena Maria akhirnya bisa datang ke pernikahan kita dan menjadi pendamping istri.

Mohon maaf sekali kepada Maria karena banyak tamu yang mengajak foto bareng Maria. Terima kasih untuk keramahan dan kesediaan Maria berfoto dengan tamu yang hadir.

"12 tahun lamanya Sani memendam rasa kepada sahabat saya...."

Speech dari Maria tersebut membuat saya berpikir sejenak. Ah benar juga ya, waktu berjalan begitu cepat.

Sejak duduk di bangku SMA, saya sudah menaruh hati kepada istri tetapi apa daya, belum ada keberanian untuk mendekati dia.

Saingannya berat dan jauh dibanding saya tapi siapa yang nyangka sih kita berdua kini bisa berjalan di pelaminan yang sama? Rencana Tuhan memang sulit untuk ditebak.

...........................................................

"Yang mau foto dengan mempelai, silahkan mendaftar ke saya ya" panggil MC saat kita semua sedang menyantap makanan yang tersaji.

Sambil mengunyah chicken blackpapper yang enak, saya memperhatikan dari kejauhan si Banu datang menghampiri MC.

Si asu ini sepertinya mau mendaftar buat foto bareng. Oh ya, temen saya sejak SD ini juga sudah berencana nikah di bulan Agustus loh.

"Ya silahkan untuk GS Squad alias GENG SANI SQUAD untuk maju dan berfoto dengan kedua mempelai"

ASYUUUUU, SYAITONNNNN. KENAPA BANGKE NAMA GENG ITU YANG DISEBUT!!

"Apaan tuh Geng Sani Squad?" bisik istri

"Itu Geng yang ditakuti dan dikagumi pas di SMP PROVA" jawab saya ngasal

Padahal aslinya ini adalah geng cupu yang beranggotakan 4 orang yang hobby nya ngeliatin banci di Taman Lalu Lintas setiap Malam Minggu.

Ah beneran deh, waktu rasanya begitu cepat berlalu. Perasaan baru kemarin kita berempat makan steak tepung di Waroeng Steak eh sekarang saya sudah berdiri di pelaminan.

Overall acara berjalan dengan baik. Makanan tidak kurang dan banyak tamu yang bilang kalau makanan yang disajikan enak. Makasih sebesar-besarnya buat Juan sebagai owner Hotel yang sudah turun tangan langsung untuk menjaga kualitas rasa agar terjamin.

.......................................................

Sebelum hari pernikahan, saya sempat bertemu dan ngobrol dengan salah satu teman yaitu Albert a.k.a Ambu.

Btw, si Ambu ini yang fotoin kita berdua untuk pra wedding loh. Hasilnya okey banget dan banyak tamu yang bilang kalau konsep foto kita menarik dan unik.

Padahal buat foto itu kita cuma bener-bener bertiga. Gak pake asisten, pengarah gaya atau make up. Semuanya dilakukan secara mandiri.

Salah satu request saya untuk foto pra wedding ke pasangan adalah saya pengen si Ambu yang fotoin.

Jujur aja, saya bakalan merasa kagok banget kalau yang foto itu bukan temen sendiri. Kalau temen sendiri kan enak, mau maki atau bacot apapun pasti ditampung.

Mau gaya ini itu tinggal ngomong lah kalau orang lain jatohnya kagok gak sih.

Saya juga mengajukan request ke Ambu supaya fotonya jangan sama seperti orang lain. Hampir semua foto pra wedding yang saya perhatikan konsepnya mengambil di alam terbuka atau hutan dengan pria menggunakan jas dan si perempuan menggunakan gaun.

Ah gak cocok rasanya kalau kita berdua mengambil konsep begitu. Itu mau nikah apa mau berburu babi hutan sih.

Kembali lagi ke obrolan saya dan Ambu, si Ambu cerita kalau bulan lalu dia menjadi Best Man untuk temannya yang menikah.

Pernikahan mereka diadakan di Green Forrest dan entah mereka salah perhitungan atau bagaimana, budget pernikahan mereka tetiba melambung tinggi.

Dari rencana awal cuma mengundang 50 orang, naik menjadi 100 orang. Setelah pemberkatan dan menunggu untuk acara resepsi, mempelai pria dan mempelai perempuan berantem gegara soal duit.

Bayangin berantem pas hari pernikahan karena si mempelai perempuan sudah kehabisan duit buat bayar kekurangan dan dia minta ke suaminya yang juga kehabisan 'bensin' buat membayar biaya overload pernikahan mereka!

"Terus gimana Mbu?"

"Ya temen gua itu jadinya minjem 5jt ke gua buat lunasin dulu. Dibayarnya pakai angpau setelah pernikahan"

Puji Tuhan Yesus Kristus, dana buat pernikahan kita sudah aman dan lunas jauh-jauh hari.

Sesuai komitmen kita berdua, biaya pernikahan kita ini ditanggung oleh kita berdua. Kita tidak akan meminjam uang kepada siapapun atau menjual aset untuk membiayai hari besar kita berdua.

Kalau kalian baca postingan saya sebelum ini, bersamaan dengan kita yang sedang merencanakan pernikahan, istri pun sebenarnya mendapat berkat berupa fasilitas pembelian rumah dari kampus tempat dia bekerja.

Meskipun begitu, istri harus tetap membayar setengah harga rumah secara cash. Waktunya sebenarnya bisa dibilang kurang pas karena menikah dan membeli rumah (biar cuma setengahnya), keduanya membutuhkan biaya yang tidak sedikit.

Dan inilah kebesaran Tuhan, kita berdua bisa membereskan keduanya dengan baik. Urusan rumah beres, begitu pula urusan menikah beres juga tanpa harus merepotkan orang lain.

Beberapa saudara yang berbaik hati sempat menghubungi kita berdua dan menawarkan bantuan "Kalau ada yang bisa dibantu, telepon aja ya". Kurang lebih seperti itu bantuan yang ditawarkan kepada kita berdua.

Terima kasih untuk kebaikan hatinya, semoga Tuhan membalas kebaikan kalian semua.

............................................................

Jam sudah menunjukkan pukul 8 Malam, satu per satu tamu sudah mulai berangsur pulang.

Saya melirik ke arah buffet, masih ada beberapa piring yang menumpuk pertanda ada lebih dan tidak kurang.

Alunan lagu "We Could Be In Love" dari Lea Salonga mengalun di seantero ballroom.

"Be still my heart

Lately it's mind is on it's own

It would go far and wide

Just to be near you

Even the stars

Shine a bit bright I've noticed

When you're close to me"

Saya terduduk sembari menatap seisi ruangan yang sudah sepi. Beberapa jam lalu, ruangan ini terisi penuh tetapi sekarang sudah nyaris kosong.

Dengan berakhirnya acara resepsi pernikahan ini berarti kehidupan yang baru, baru saja akan dimulai.