Rabu, 02 Desember 2020

Landing

Kalau kalian bosen ditanya "Kapan nih nikahnya?"., gua sudah menemukan jawaban baru buat menjawab pertanyaan menjengkelkan itu.

Sebelum ini, gua biasa ngejawab "Iya Om/Tante, saya buat dulu baru nikah". Maksudnya apa nih? Buat anak dulu gitu? Maksudnya adalah buat rumah dulu atau buat kamar bayi dulu gitu. 

Biasanya setelah gua jawab gitu, orang yang nanya bakalan diam kehabisan kata-kata sambil mikir "Anying, nyesel gua udah nanya"

Cara ini lumayan efektif karena selama hampir 2 tahun gua pakai cara ini, gua udah jarang ditanya-tanya lagi soal "Kapan Nikahnya?".

Tetapi ada benarnya kalau dikatakan suatu hal itu ada masanya karena jawaban tersebut sudah gak efektif lagi. Tiap gua jawab itu, responnya adalah "Perasaan bikin mulu, kapan jadinya?". Iya ya, kapan jadinya.

Gua tidak kehabisan akal, gua mulai mencari jawaban baru. Setelah lama berpikir, gua nemu juga jawaban baru. Jawabannya adalah "Ya kalau Tante/Om mau bantuin mah, bulan depan juga bisa" sambil pasang muka serius.

Jawaban yang menurut gua sangat efektif karena biasanya setelah gua bilang gitu, suasana jadi hening dan orang yang bertanya sampai susah mau balas jawab apa.

Silahkan dicoba jawaban ini, khusus untuk kamu yang tebal muka.

.................................................................................

Setelah lama tertuda akhirnya tanggal 15 November kemarin, gua mengadakan proses pertunangan dengan calon istri. Kalau ditanya kenapa milih tanggal 15 November sebenarnya gak ada pertimbangan khusus sih. Kebetulan aja tanggal 15 November bertepatan dengan hari Minggu dan sudah lewat dari 1 tahun kepergian Papa di tanggal 22 Oktober kemarin.

Acara diadakan di sebuah Restoran di Jalan Sudirman. Rencana awal sih gak akan undang banyak orang karena kondisi tidak memungkinkan tetapi ternyata yang datang di luar dugaan.

Jadi, khusus untuk acara lamaran ini, gua dan calon istri sengaja datang ke semua saudara yang tinggal di Bandung untuk meminta kesediaan mereka datang. Oh ya, gua datang sambil membawa siomay buatan Mama Debora untuk 'buah tangan'.

Kalau ada yang nanya kenapa mau repot-repot datang ke rumah saudara yang tersebar di Bandung, jawabannya adalah untuk ADAB. Gua punya pengalaman, pernah ada saudara datang ke rumah buat mengantarkan undangan pernikahan dan itu menjadi sebuah pertanyaan. Kapan tunangannya, calon istrinya yang mana kok gak dikenalin, dll.

Buat gua pribadi sih gak masalah tetapi bakalan jadi masalah buat orang tua yang jadi merasa gak dihargai. Biasalah orang sudah tua, pola pikirnya berbeda dengan kita.

Respon yang didapat bagus, semua yang gua datangi mengiyakan datang dan sambil sekalian  gua minta tolong ke 6 keponakan buat bawa seserahan yang akan gua berikan buat Keluarga Deb.

Untuk saudara dari Papa yang kebanyakkan tinggal di Jakarta, gua hubungi by phone dan responnya juga bagus. Mereka semua bisa datang dan kalau gua total semua, perkiraan jumlah tamu yang bakalan datang di kisaran 45-50 orang.

Tergolong banyak dan ini membuat sedikit kelimpungan karena awalnya kita hanya booking untuk 30 orang saja. Apalagi di tengah kondisi Pandemi seperti ini, gua mikirnya banyak yang gak akan bisa datang tapi ternyata perkiraan gua meleset.

Semua bisa datang yang membuat gua harus menambah kursi lagi. Jujur, gua senang sekali karena semua saudara bisa datang untuk hari besar gua dan ini sama sekali diluar ekspektasi gua.

Terima untuk Tante. Om dan semua keponakan yang sudah datang dan membantu proses lamaran ini sehingga semua berjalan dengan baik.

..........................................................................

Salah satu kekhawatiran gua ketika memutuskan untuk melangkah lebih jauh dengan calon istri adalah pertanyaan sekelabat yang sering datang ketika gua sedang sendiri.

"Bisa gak ya gua jadi suami yang baik?" atau lebih jauh lagi "Bisa gak ya gua jadi Ayah yang baik dengan segala kekurangan gua ini"

Belum lagi soal uang, haha. Ini soal sensitif sih tetapi tetap saja ini jadi salah satu hal yang sering gua pikirkan. Untuk persiapan menikah nanti, konsentrasi gua sebenarnya sedang terpecah karena gua pun sedang melakukan renovasi rumah yang kelak akan ditempatin gua dan calon istri.

Renovasi ini meliputi kitchen set hingga halaman rumah dan ini tentu saja membutuhkan dana yang tidak sedikit. Rumah ini gua ambil secara kredit tentu saja gua harus membagi lagi pengeluaran tiap bulan agar semua bisa terbayar. Puji Tuhan sudah jalan hampir 2 tahun, semuanya masih bisa terbayar tanpa pernah telat dan mendapat denda.

Buat sebagian orang, gua dibilang nekad karena berani ambil resiko tapi buat gua itu titik serunya. Hal yang ngebuat kita semakin bersemangat dan bekerja semakin keras karena gua tau, ada yang harus dibayar dan ada calon istri yang harus dibahagiakan.

Untungnya gua ketemu dengan calon istri yang luar biasa pengertian. Calon istri yang tidak pernah menuntut, minta apa-apa dan mau berusaha bareng. Contoh kecilnya kalau kita sedang pergi main, sudah sama-sama paham, gua yang bayarin nonton, dia yang bayarin makan atau sebaliknya.

Seringnya malah bayar sendiri-sendiri loh. Kadang kalau gua dapat rejeki lebih, gua ajak dia makan enak di Restoran bagus. Kalau dia dapat bonus lebih dari Kampus, gantian yang dia ajak gua makan enak.

Dia paham sekali kalau kondisinya kita memang harus berhemat dan gak bisa hambur karena banyak pengeluaran di depan mata.

Yang terpenting adalah kita tetap berusaha, berdoa, berharap dan sisanya biarlah Tuhan yang mengatur semuanya.

Next,

Namanya niat baik tentu saja ada jalan. Hal itu pula yang gua rasakan ketika mendekati proses pertunangan. Tante tersayang yang berdomisili di Bekasi memberi kabar via WA kalau dia bisa tidak datang karena sedang melakukan renovasi rumahnya di Bekasi.

Ya kecewa padahal gua pribadi sangat mengharapkan kedatangannya. Eh karena gak bisa datang, Tante lantas mentransfer uang dengan nominal yang cukup besar.

Di waktu yang bersamaan, gua mendapat tawaran dari sebuah media untuk menulis disana. Kebetulan editor media tersebut sering baca tulisan gua di sebuah platform (Quora) yang karena gua saking seringnya nulis disana, gua jadi malah jarang nulis di blog pribadi, hahaha.

Commitmen fee kemudian ditransfer sebagai tanda jadi gua menulis disana. Sungguh sebuah rejeki yang tidak terduga. Disini gua semakin yakin untuk tidak perlu khawatir tentang apapun. Kerjakan bagian kita dan sisanya biarlah Tuhan yang mengatur.

.....................................................................................

Acara akhirnya terlaksana dengan baik. Menurut perhitungan gua, sekitar 45 orang yang datang. Acara kita diadakan di lantai 2 dan Puji Tuhan lagi, saat acara berlangsung kondisi Restoran sedang sepi.

Jadi gua berasa booking 1 lantai buat acara pribadi gua, hahahaha.

Kalau ditanya gua tegang apa enggak, jawabannya sangat tegang. Untuk mengusir ketegangan itu, gua jadi sok sibuk. Jalan kesana kemari, datang ke masing-masih meja untuk menyapa para saudara yang datang.

Jalan ke belakang buat cek menu di dapur sampai kasih petunjuk ke temen gua yang jadi fotografer pas acara. Orang mungkin mikirnya gini "Si Stefanus telaten banget ya. Cek satu per satu biar acara lancar"

Padahal aslinya gua sedang menghilangkan grogi. Jalan kesana kemari terasa membuat grogi hilang ketimbang duduk manis, mendengarkan orang ngobrol sambil menyantap hidangan.

Proses pengalungan kalung sebagai tanda jadi berjalan dengan baik. Kalung itu gua beli bareng Mama 2 hari sebelum acara. Mama yang milih dan mama pula yang bayarin eh maksudnya mama yang milih, gua yang bayar.

"Teh, ini nanti kalau dijual lagi, harganya gak akan jatuh kan? Aman kan?" tanya gua ke Teteh penjaga toko emas.

"Aman. Cuma motong 10rb per gramnya. Lah emang mau dijual lagi kalungnya?"

Eh iya ya. Sungguh sebuah pertanyaan GOBLOK. Ya gak mungkinlah dijual lagi kalau bisa mah nanti malah nambah bukan malah dijual.

Makanan yang dihidangkan pun enak dan tidak kurang. Semua tampak puas dan bahagia yang tidak bahagia tampaknya hanya isi dompet gua, haha. Kidding

Ada kebahagiaan tersendiri ketika melihat calon istri bahagia. Orang yang sudah bersama gua selama 2 tahun dan kini sebentar lagi akan menjadi pendamping hidup sampai akhir hayat nanti.

Riak-riak konflik memang kadang terjadi, terutama karena sikap gua yang terkadang selfish dan memandang semua hal menggunakan sudut pandang gua sendiri tetapi seiring berjalannya waktu, gua semakin belajar bagaimana cara memberikan treat yang bagus kepada calon istri.

Kalau kita sudah ditempatkan sejauh ini, di posisi ini, artinya kamu memang yang terbaik buat aku.

........................................................................................

"Jadi kapan nih nikahnya?" tanya seorang Tante dari Jakarta selepas acara lamaran

"Ya kalau Tante mau bantuin, bulan depan juga bisa" jawab gua dengan ekspresi datar dan lurus

Tante dari Jakarta tidak merespon dan dia langsung pamit pulang ke Jakarta.