Sabtu, 13 Juli 2019

Akad

"Betapa bahagianya hatiku saat
Ku duduk berdua denganmu
Berjalan bersamamu
Menarilah denganku"

Lirik lagu Akad menemani perjalan gua di suatu siang yang terik di Kota Bandung. Bukan waktu yang ideal untuk berpergian tetapi berhubung ini adalah hari besar, mau gak mau gua harus merelakan waktu bobo siang buat pergi ke sebuah tempat di daerah Leuwi Panjang.

"Pak Sani, sudah dimana?" sebuah WA masuk ke ponsel gua.

"Saya sudah di parkiran, ini lagi mau naik ke lantai 4" balas gua.

Tepat waktu. Karena kita janjian jam 1 siang dan gua sudah tiba jam 1 kurang 5 menit. Berhubung gua tidak suka menunggu jadi biasanya kalau ada janjian gua datangnya selalu pas. Tidak menunggu dan tidak telat.

Hari ini adalah hari besar karena gua akan melakukan sebuah akad.

Bukan akad nikah tetapi akad jual beli rumah. Mohon jangat tertipu dengan judul dulu, hihi

.............................................

Bulan Juni 2017, gua memutuskan untuk mengambil sebuah rumah di sebuah perumahan baru daerah Antapani. Ada banyak faktor kenapa gua ambil rumah di daerah sana. Selain dekat dengan rumah (biar kalau kangen mama & papa bisa langsung pulang + rumah ini dibuat oleh Kakak gua sendiri yang bekerja sebagai Arsitek di sebuah Developer).

Berhubung Kakak gua sendiri yang buat jadi sewaktu pembangunan, gua bisa bebas masuk ke area proyek buat liat-liat sambil cari deretan mana yang pas. Gua memilih di Antapani City Mas II yang jalannya lebar jadi mempermudah buat keluar masuk mobil.

Dalam perjanjian awal, gua dapat keringanan buat mengansur DP sebanyak 5x. Harga rumah yang gua beli itu sekitaran 600jutaan dan gua berencana bayar DP setengahnya biar cicilannya kelak gak berat.

Tetapi gua melihat celah atau lebih tepatnya gini, gua memanfaatkan keadaan. Kakak gua ini kebetulan 'anak emas' atau bisa dibilang orang kepercayaan Owner. Gua yakin orang juga jadi segan ke Kakak gua.

Kalau misalnya gua tunda pembayarannya, gua pikir masih aman. Pertimbangan gua buat menunda dikarenakan pertama gua berpikir uang buat DP gua puterin dulu buat usaha. Pertimbangan kedua adalah gua belum akan menempati rumah itu dalam waktu dekat dan juga gua tidak ada rencana sama sekali buat menyewakan.

Kalau sudah begini, ngapain buru-buru bukan? Kalau baca di postingan gua tahun 2017, gua memang sempat menulis akan pindah di tengah tahun tetapi seiring berjalannya waktu, gua rasa itu hanya emosi sesaat saja akibat break up karena sampai sekarang gua masih tinggal di rumah gua yang lama.

Dari DP boleh dicicil 5x, gua bablasin sampai 15x, wkwkwkwk. Sampai si Ambu ngomong, "San, lu beli rumah atau beli gehu, santai gitu"

Sampai akhirnya setelah 2 tahun berjalan, di suatu hari Kakak gua kirim WA:

"De, gua ada rencana mau pindah ke Jakarta. Cepet beresin rumah lu soalnya nanti kalau gua gak kerja disini lagi nanti susah bantuinnya"

Chat itu berarti warning buat gua. Gua harus sesegera menyelesaikan pembelian rumah, menjalani Akad Jual Beli dan renovasi rumah dikit-dikit buat persiapan gua dan calon tinggal disana kelak.

Gua ambil sedikit tabungan gua buat menggenapi jumlah DP supaya bisa mencapai setengah harga rumah. Gua hubungi salah satu kenalan yang bekerja di Bank BCA untuk membantu soal KPR.

Dari yang gua amati, KPR BCA termasuk yang paling kompetitif ketimbang Bank lain. Makin cucok karena gua ambil bertepatan dengan ulang tahun BCA jadi gua dapat banyak keringanan dan kemudahan.

..........................................

Gua memasukkan beberapa berkas sebagai persyaratan dan hanya beberapa hari setelah gua memasukkan berkas, gua sudah dikonfirmasi oleh Analis Kredit dari BCA.

Secara tersurat dia bilang rekening gua aman dan bertanya soal transaksi gua di Bank. Ya maklumlah namanya juga pedagang jadi banyak sekali mutasi kredit.

Gua ditanya soal tagihan CC dan Tagihan Kredit Mobil semuanya aman. Sifat jelek adalah gua suka mengerjakan atau membayar di hari terakhir. Misalnya tagihan CC gua jatuhnya tanggal 6 ya gua bayarnya di tanggal 6. Tidak pernah telat dan juga tidak pernah melunasi sebelum waktunya.

Oh ya, gua dikasih info juga. Kalau kalian punya CC itu sangat membantu sekali untuk proses analisa kredit kalian loh. Kalau kalian bayar tepat waktu dan gak pernah bermasalah maka kemungkinan besar pengajuan kredit kalian akan DISETUJUI.

Lanjut,

Setelah itu biasanya akan ada Team Survey yang datang ke rumah. Sama ketika gua ambil kredit mobil, Team Survey biasanya akan menelpon dan meminta janji ketemu.

Tetapi berhubung mereka ajak ketemuannya selalu siang hari, waktu dimana gua lagi tidur siang, gua selalu mengarahkan sore hari, sebelum gua berangkat pergi.

Di Telpon, mereka sepertinya agak kesal karena gua gak mau ditemuin di siang hari tapi ya mau gimana lagi karena gua gak mau tidur siang gua diganggu ya gua maunya sore hari.

Toh mereka juga yang butuh kan, mereka juga pasti kejar target. Dan lu percaya gak, sejak gua ambil kredit mobil sampai rumah, gua belum pernah ketemu langsung ama Team Survey.

............................................

Tidak sampai 2 Minggu, gua dikabarin kalau pengajuan gua disetujui (Ahay). Tergolong sangat cepat karena dari pengalaman teman gua yang lain bisa sampai 2-3 bulan untuk prosesnya.

Sampai akhirnya sebuah chat via WA datang ke ponsel gua. Mengabarkan kalau gua wajib datang di hari Senin untuk melakukan AJB alias Akad Jual Beli di hadapan Notaris dan pengembang.

Selain pemberitahuan buat tanggal akad, ada kewajiban yang harus segera dibayarkan meliputi Pajak hingga biaya Notaris. Perkiraan gua paling 3-5jt lah dan yang bikin shock, total semuanya adalah 50jt.

Iya 50jt. Gua kaget terus langsung konfirmasi ke Kakak gua dan dia nanya langsung ke bagian jual beli kalau emana segitu biaya akad, dll.

Gua dikasih nomor Tante Notaris, nanya dikit dan speak-speak merayu ala Sani, cuma dapat potongan 1.000.000 doang.

Jadi dalam waktu 3 hari, gua harus menyediakan uang sebesar 49jt. Kalau tidak dibayar maka Akad terpaksa ditunda. Beruntungnya gua ada simpanan darurat jadi bisa ngambil dari sana.

Pelajarannya buat kalian sebelum kalian mengambil rumah baik itu KPR atau cash adalah kalian harus memperhatikan biaya diluar harga rumah.

.......................................................

Jam sudah menujukkan pukul 1 tepat. Gua diajak masuk ke sebuah ruangan di Bank BCA untuk menjalani proses akad. Deb, belum datang karena dia terjebak macet dari UNPAR ke BCA Leuwi Panjang.

Gua memang sudah meminta dia biar datang langsung buat menemani gua karena akan sangat menyenangkan dan membuat hati tentram kalau ada seseorang yang special di sebelah kamu untuk menghadapi sebuah hari besar.

Di dalam ruangan ada Tante Notaris bersama asistennya, saksi dari bank BCA, dan beberapa orang lainnya. Entah kenapa gua merasakan ketegangan yang luar biasa. Rasanya mirip waktu gua masih SMA, tegang menunggu giliran nama gua dipanggil buat test nyanyi di depan kelas ama si Pak Murti.

Jam sudah menujukkan pukul 13:10 belum ada tanda-tanda Deb datang. Gua sudar mengisyaratkan ke Notaris kalau gua maunya Akad dimulai sampai Deb datang.

Untung mereka mengerti jadi kita menunggu Deb datang. Biar gua keliatan sok sibuk, gua pura-pura baca berkas buat Akad. Padahal gua cuma baca selewat doang, hihihi

Tidak lama kemudian Deb datang. Perasaan gua jadi tenang dan lega. Gua seperti membagi rasa khawatir dan tegang gua ke pundak dia. Dua pundak akan lebih kuat menghadapi rasa khawatir dibanding 1 punda bukan?

Akad pun dimulai. Tante Notaris mulai membacakan isi berkas dan bacotan lain soal Akad Jual Beli. Gua mengangguk seperti memahami padahal kenyataanya gua berasa didongengin. Toel dikit kayaknya gua langsung molor deh.

Deb mulai bertanya tentang hal yang dia gak tau dan gua sok menyimak. Mungkin karena Deb adalah seorang Sarjana Hukum, semuanya harus jelas dan terang benderang di mata dia.

Gua sebagai orang yang mentok nonton WWE SmackDown sambil ngemil Makaroni Kering rasa rumput laut mencoba untuk tetap tenang sambil sesekali mengangguk.

30 Menit kemudian, Akad pun selesai. Gua tanda tangan semua berkas sambil salam dengan pihak pengembang dan notaris. Ada perasaan lega karena proses ini berjalan mudah dan cepat (malahan sangat cepat buat gua pribadi).

Tetapi dibalik perasaan lega, gua malah menyimpan rasa khawatir. Gua selalu berhasil untuk menyembunyikan rasa khawatir karena gua yakin masalah itu akan selesai dengan sendirinya.

Anehnya kali ini gua malah merasa khawatir. Khawatir manusiawi seperti "Duh, bisa gak ya kebayar" atau "Duh masih banyak cicilan, bisa gak ya nyimpen uang buat biaya menikah".

Kekhawatiran yang gua rasa manusiawi karena sekeras apapun kita meyakinkan diri yang namanya rasa khawatir itu pasti ada.

..............................................................

5 hari setelah Akad, gua memutuskan untuk mengambil waktu Off. Gua bareng seorang temen SD gua pergi ke Tanjung Pinang. Selain untuk mencari 'peluang', gua sengaja pergi untuk menenangkan hati dan meyakinkan diri kalau semua akan baik-baik saja.

Hampir 1 Minggu gua di Tanjung Pinang. Pikiran dan hati sudah mulai tenang tetapi yang namanya rasa khawatir tetap ada.

Sekembalinya di Bandung, gua janjian buat ketemuan ama Deb di Starbucks. Deb ini penggemar minuman di Starbucks. Gua yang mentok beli Marimas Rasa Buah Naga dengan Topping Cingcau, mau gak mau jadi keikutan juga minum di Bucks.

Enggak ngopi juga sih karena gua emana gak suka minum kopi. Deb yang biasanya memilihkan untuk gua, yang penting manis jangan pahit, pasti gua minum.

Di perjalanan menuju Bucks, Deb juga lagi otw dari Unpar sehabis kerja (kita misah perginya), gua bertemu dengan seorang Kakek penjual layangan mini di pinggir jalan.

Dia duduk, sambil menawarkan layang-layang mini bergamber Spider-Man (not Spiderman but Spider-Man) ke orang yang lewat. Tidak ada yang menoleh dan tidak ada yang membeli.

Gua menepikan motor sementar, panggil si Kakek karena posisi gua suda melewati dia. Gua tanya harganya berate dan dia bilang "2.500". Gua buka dompet, kasih uang secukupnya terus gua minta 1 layang-layang mini.

Gua minta buat nanti dikasih ke tetangga gua. Berhubung gua susah bawahnya jadi gua selipin di stang dekat motor. Akibatnya tiap gua melaju layang-layang bergambar Spider-Man itu terbang di hadapan gua.

Spider-Man dengan kearifan lokal
Melihat layang-layang terbang di depan gua, gua jadi bersyukur. Bersyukur karena gua sudah diberikan berkat yang lumayan sampai bisa kebeli rumah dan kendaraan sendiri. Bersyukur karena gua bisa bangkit dari masa sulit ketika putus hubungan dengan seseorang yang membuat gua down untuk waktu yang lama.

Jadi, setelah semua ini, mengapa kamu harus khawatir? Rasanya tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Yang harus gua lakukan adalah tetap berusaha dan berdoa, sisanya serahkan kepada Tuhan biar Tuhan yang bekerja dengan caranya.

Tidak perlu khawatir Sani, semua akan baik-baik saja.