Rabu, 12 September 2018

Selamat Bertempur, Kak

Saat pertama kali gua menjajal di Dunia Ojol di tahun 2016 silam, sama sekali tidak terbayang di pikiran gua kalau gua bakalan bertahan sampai hari ini.

Cukup 1 Minggu saja merasakan Dunia Ojol, menulis pengalaman itu di blog dan kembali ke dunia gua yang sebenarnya. Itu adalah yang ada di pikiran saat itu dan sama sekali tidak terpikir di pikiran gua kalau tulisan gua Ojol banyak yang suka.

Dari awalnya 1 Minggu eh malah kebablasan sampai sekarang. Artinya sudah 2 tahun  gua menggeluti Dunia Ojol. Di tengah kesibukkan gua di pekerjaan yang 'sebenarnya', sebisa mungkin gua menyempatkan diri untuk tetap berada di Dunia Ojol yang penuh warna dan cerita ini.

Hal lain yang membuat gua tetap bertahan di Dunia Ojol adalah gua sedang berusaha meningkatkan nilai value dari Blog gua karena semakin banyak yang baca semakin besar pula nilai value-nya.

Gua pun sama sekali tidak pernah berpikir akan membuat Buku tentang pengalaman Ojol dan ternyata apa yang tidak pernah gua bayangkan itu malah itu yang sedang terjadi.

Hidup kadang memang selucu itu.

..................................................................................................

Seperti yang pernah gua tulis, ada banyak sekali layanan di GOJEG. Dari GO-FOOD, GO-SHOP, GO-MART, GO-LAUNDRY sampai GO-MED. GO-MED itu layanan buat beli obat dan kalian bisa order segala macam obat dari Apotek yang bekerja sama dengan GOJEG.

Sebuah orderan GO-MED masuk ke HP gua. Instruksinya adalah beli obat di Apotek Modern Watson di Trans Studio Mall (TSM). Nama obatnya apa gitu, gua lupa tapi harganya lumayan mahal sih.

Gua konfirmasi dulu ke Kak Sisca (nama disamarkan) dan obat tersebut minta diantar ke Hotel Amaroossa di Jalan Aceh. Gua berjalan ke Watson dan belum sampai ke Watson ada SMS dari Kak Sisca, ternyata ada instruksi tambahan.

Dia nyuruh gua suruh beli alat cukur dan DUREX. Pas pertama kali baca DUREX itu gua bacanya BODREX yang bintang iklannya si Dede Yusuf tapi pas gua baca ulang, eh DUREX ternyata.

Yang gak tau apa itu DUREX, DUREX itu (ehem) KONDOM. Yang gak tau apa itu KONDOM, KONDOM adalah sejenis karet elastis yang dipakai untuk mencegah terjadinya proses pertemuan antara Sel Sperma dan Sel Telur. Dah itu aja penjelasan ilmiahnya -_-



Gua dilema nih, dilemanya adalah di aplikasi si Kak Sisca cuma order obat apa gitu (gua lupa namanya) dan alat cukur + DUREX itu diluar aplikasi dan gua disuruh beli terpisah.

Dilemanya adalah gua MALU kalau harus beli DUREX. Coba ya lu bayangkan, gua menghampiri kasir dan ngomong gini sambil bisik-bisik "Mbak, nambah sekalian DUREX ya"

Si Mbak kasir pasti mikirnya "Wah, kesempatan ini orang. Beli pesanan orang sekalian beli kondom buat dipake nanti Malam". Wadaw

Gua konfirmasi dulu ke Kak Sisca, gua telpon buat mastiin dan dia bilang bener sambil malu-malu gitu. Jangankah dia, gua yang nanya aja malu jir.

Karena penasaran, gua save nomor kak Sisca buat liat fotonya di WA or LINE dan pas gua liat, wadaw cantik banget ini Kak Sisca.

Gua makin kepo dan keberuntungan lagi berpihak ke gua. Kak Sisca ternyata gak mau dipanggil dengan nama 'Sisca', dia bilang panggilnya pake nama 'Audrey' aja.

Oh jadi nama lengkap dia Sisca Audrey ya (nama disamarkan untuk keamanan). Gua langsung gercap cek di Instagram dan ketemu nama itu. Ternyata Kak Sisca ini selebgram dengan followers yang banyak. Terus ada foto dia ama aktor film gitu yang sepertinya pacar Kak Sisca Audrey.

Apa jangan-jangan ini DUREX mau dipake ama si Kak Sisca dan pacarnya yang aktor film itu? Kalau gua orangnya julid, ini cerita bisa gua kirim ke akun gosip di Instagram dan pasti jadi heboh karena skandal, hahahahaha.

Tapi berhubung gua tidak tertarik mengurusi masalah orang lain, gua simpan saja nama asli Kak Sisca dan pacarnya yang Aktor tersebut untuk diri gua sendiri.

Obat yang dicari oleh Kak Sisca ternyata bukan obat sembarangan dan harus dicari dulu oleh SPG Watson. Pas gua nanya itu Obat apa, jawabannya adalah

"Itu obat buat menahan haid". Coba kamu biarkan imajinasimu bermain. Gua disuruh beli alat pencukur rambut halus, beli KONDOM, dan beli obat penahan haid.

Apakah kamu menemukan benang merah dari tiga hal tersebut? Kalau sudah menemukan, gua lanjutkan lagi ceritanya.

Di sela-sela SPG cari obat penahan Haid itu, gua bilang ke kasirnya mau cari DUREX sekalian. Anjir sumpah ini, rasanya gua malu banget pas nanya soal DUREX. Gua lalu diarahin ke sebuah lapak yang isinya DUREX dan yang bikin bingung adalah banyak banget varian dan warnanya.

Berhubung gua gak pernah beli dan gak pernah make, gua asli bingung banget. Gua nanya ke SPG ini yang kuning bedanya apa yang itu merah. Dijelasinlah, ada yang 'tipis' ada yang 'bergerigi', sungguh jawaban yang bisa bikin orang sange.

Ada yang rasa pisang, terus gua mikir apa gua beliin yang rasa pisang aja gitu ya? Tapi kalau ternyata si Kak Sisca alergi pisang, buyar deh acara Malamnya. Kalau sampai gua salah pilih terus paks dipake bocor kan bisa berabe kan ya.

Gua fotoin stand DUREX dan kirim via WA ke Kak Sisca biar dia pilih sendiri mau yang mana. Dia bilang 'Terserah' karena berhubung terserah gua asal pilih aja asal ada barangnya.


Setelah lama mencari, obat yang dimau oleh Kak Sisca akhirnya ketemu. Alat cukur rambut halus, DUREX pun sudah gua beli dan setelah beli gua ke parkiran buat ambil motor dan cus ke Amaroossa.

Sepanjang perjalanan, Kak Sisca nanya terus gua dimana. Sepertinya Kak Sisca sudah gak tahan jadi pengen buru-buru nih. 20 menitan kemudian, gua sudah tiba di Hotel, masuk ke Lobby dan telpon ke Kak Sisca. Dia bilang nanti ada cowok bertopi merah yang turun dan ambil pesanannya. Terus dia bilang, dibungkus rapet biar gak keliatan isinya.


Kak Sisca tampaknya malu kalau isinya ternyata ehemmm...ehemmm.....

Gua pengen bales gini "Kak Sisca, aku boleh gak ikut naik sekalian?" Hahahaha, bercanda deng

5 menit menunggu ada cowo yang turun dan ambil pesanan sambil bayar. Dia kayak malu-malu gitu dan kasih tips ceban. Ini si tua bangka bukan inget anak isri, masih ngaceng aja dia.

Gua yakin kalau si Om ini yang nyewa si Kak Sisca dan Kak Sisca sang selebgram ini seperti perempuan (maaf) yang bisa dipakai. Terus apa cowoknya yang Aktor film itu tahu gak ya kelakuan pacarnya ini?

"Selamat bertempur, Kak" chat dari gua untuk menyudahi pembicaraan antara gua dan Kak Sisca.



...................................................................

Salah satu layanan GOJEG yang paling banyak peminatnya adalah GO-FOOD. Untuk jarak dekat, cukup kalian bayar 8rb saja ke Driver sebagai biaya ongkos maka Makanan yang kalian mau bisa langsung diantar.

Kalian tidak perlu antri, bayar parkir, panas-panasan atau hujan pokoknya kalian tau beres aja. Gua pun sering kena orderan GO-FOOD dan harus ikut yang namanya merasakan antri makanan padahal di kehidupan gua yang 'sebenarnya' gua paling anti yang namanya antri buat makan. Dibanding antri mending gua cari makan yang lain. Pokoknya gua paling anti buat antri atau waiting list cuma buat makan doang.

Ngomongin soal antri makanan, kalian pernah berpikir atau merasa aneh gak? Ada rumah makan yang rasanya biasa aja, tempat biasa aja tapi anehnya rame terus? Dan yang bikin aneh kalau itu makanan dibawa pulang rasanya suka jadi gak enak?

Bukannya berprasangka buruk tetapi dari pengalaman gua di GO-FOOD kemungkinan besar tempat makanan itu pake ilmu hitam penglaris biar laris.

"Tuh di deket kasir, ada 'monyet' lagi berdiri di sebelah kasir. Terus di kursi pojok, ada 'monyet' lagi duduk" kata seorang Driver saban hari ke gua.

Gua lagi berada di sebuah rumah makan yang ngantrinya naudzubillah padahal yang dia jual juga rasanya gak enak-enak amat alias biasa aja.  Kebetulan Driver GOJEG yang lagi ngantri ama gua ini katanya bisa merasakan jadi dia bisa tahu kalau tempat ini pake penglaris.

"Itu Monyetnya ngapain" tanya gua?

"Biasanya makanan itu diludahin. Kalau di ******* (dia nyebut nama tempat makan terkenal di Bandung) penglarisnya itu tuyul. Jadi tiap makanan yang disajikan ke kita, itu dikencingin dulu ama si Tuyul"

Lah, kencing tuyul kayak apa sih rasanya. Geli juga ya kalau misal kita beli roti bakar terus gak taunya roti itu dikencingin dulu ama Tuyul. Apa mungkin bisa jadi penyakit gitu ya?

Gua yakin orang tua kalian pasti sering berpesan, jangan lupa berdoa sebelum Makan. Nah itu ada benarnya karena Doa itu bisa menjauhi kita dari hal-hal tidak masuk akal seperti itu.

"Biasanya mereka datang ke Gunung Kawi supaya dapet penglaris. Tapi harus ada tumbalnya dan biasanya tumbalnya itu orang terdekat" tambah si Driver.

Makin klop dengan cerita Customer gua beberapa bulan yang lalu. Dia cerita kalau dia masih ada hubungan saudara dengan pemilik rumah makan ****** **. Ini adalah salah satu tempat makan yang dicurigai pakai penglaris karena ramainya gak masuk akal padahal rasa biasa.

Dia bilang omzet sehari tempat makan itu bisa tembus 5jt padahal baru buka jam 6 Sore. Si CS cerita kalau yang punya pake penglaris di Gunung Kawi dan tumbalnya adalah si anak sulung. Jadi si anak sulung sampai sekarang hanya bisa terkapar di ruang tidur sembari ngeces, gak bisa ngapa-ngapain.

Ngeri bener. Kamu mau gak kalau kamu punya usaha terus usaha kamu bisa maju tapi kamu harus menjadikan Anak kamu sebagai tumbal? Kalau gua sih ogah ya karena itu sama sekali gak berkah.

Mending disyukuri berapapun yang kita dapat karena yang namanya berkat gak mungkin tertukar dengan orang lain.

"Tuh monyetnya sekarang lagi ngeludahin makanan yang kamu pesan" kata si Driver Ojol sambil melirik tajam ke arah dapur.

Hmmm, Ok Sip

.........................................................................................

Setiap mendapat orderan GO-FOOD, gua senang melakukan social experiment. Sederhana aja, gua biasanya minta minum ke Restoran/Cafe/Warung makan yang makanannya sedang gua pesan. Gua pengen tau aja bakalan dikasih atau perhitungan tidak. Haus gak haus gua pasti minta minum meskipun di tas, gua selalu bawa persediaan minum air yang cukup.

Sampai sejauh ini belum pernah ada satu pun yang menolak permintaan gua. Kalau kalian mintanya ke Warteg atau tempat makan kecil biasanya malah suka dikasih cemilan. Minta air teh eh dikasih bonus gehu ama bala-bala, hahaha

YOSHINOYA adalah salah satu tempat yang sering gua kunjungi ketika dapat orderan GO-FOOD. Lu kalau misalnya makan di YOSHINOYA pasti beli minumnya Teh Ocha yang bisa direfill kan?

Kalau gua gak salah itu harganya 6rb sekian deh. Gua mau coba ah, kalau gua minta Teh Ocha di YOSHINOYA bakalan dikasih gak ya.

Total orderan adalah 389rb sekian dan setelah gua bayar, gua disuruh menunggu. Sebelum duduk di kursi, gua tanya ke kasir laki, apa gua boleh minta air teh sambil nunjuk Teh Ocha yang disimpan dekat meja tamu (biar kalau tamu yang mau refill lebih gampang).

Kasir cowok minta maaf dan bilang itu harus dibeli sambil meminta maaf. Ok artinya emang gak bisa dan berarti hari itu adalah hari sejarah buat gua karena pertama kalinya gua ditolak pas minta minum.

Gua bilang terima kasih sambil bilang gak apa-apa. Gua duduk menunggu pesanan sambil balesin chat orang dan gak lama kemudian datang pegawai YOSHINOYA perempuan, bawa nampan yang diatasnya ada Teh Ocha dingin.


Dia ngomong gini ke gua sambil berbisik "Jangan bilang-bilang ya Kak, sambil kasih Teh Ocha itu. Bapak saya juga Driver GOJEG jadi saya tau capeknya kayak apa. Nanti kalau mau nambah, ambil aja langsung" kata si Mbak sambil nunjuk tempat refill Teh Ocha.

Gua kaget sekaligus terharu. Gua bilang biar gua beli aja biar mbaknya gak kena masalah ama atasan tapi dia bilang gak apa-apa sambil berlalu dari hadapan gua.

Berdasarkan pengalaman gua selama 2 tahun ini, terkadang orang yang status sosialnya menengah ke bawah dia biasanya lebih ngerti karena mungkin tahu susahnya cari uang kayak apa.

Beda jauh dengan status sosialnya yang lebih tinggi misal yang tinggal di Apartemen. Order makanan di mall, ongkosnya 8rb. Parkir di Mall sudah 2rb terus parkir di apartemen sudah 2rb lagi. 8rb -2rb -2rb cuma dapat 4rb (bukan perhitungan, gua lagi mengakumulasikan saja) dan bayarnya pas.

Udah gitu minta diantar persis di depan kamar dan gak mau turun ke lobby padahal banyak apartemen yang tidak memperbolehkan non penghuni buat naik ke atas karena tidak punya kartu akses. Itu benar-benar buang waktu sekali apalagi ke Driver yang lagi ngejar point GOJEG biar bonusnya cair.

Hal-hal kecil seperti inilah yang membuat dunia Ojol semakin menarik. Setiap kejadian selalu ada hal yang bisa dirasa dan direnungkan.

Gua menyeruput Teh Ocha sambil sesekali melirik ke Mbak Kasir yang sedang melayani para pembeli. Semoga sehat selalu dan cepat naik jabatan ya Mbak.

DItraktir CS :) :)

 
Ditraktir CS :) :)

Kamis, 06 September 2018

Mimi Susu

Minggu kemarin, di suatu hari, tiba-tiba banyak mention yang masuk ke Twitter dan Instagram pribadi gua. Awalnya gua sendiri gak sadar karena gua jarang buka akun pribadi, lebih sering buka akun Clobberin Time. Berhubung banyak pula yang ngetag akun Clobberin Time, gua dikasih tau kalau ternyata salah satu tulisan gua di blog ini masuk ke salah satu akun IG populer yaitu Drama Ojol.

Postingan yang masuk adalah cerita tentang pertemuan gua dengan Customer bercadar bernama Teteh Lia. Sebenarnya kalau boleh memilih, gua sendiri lebih memilih untuk TIDAK menampilkan postingan tersebut di Drama Ojol karena bahasan yang gua tulis itu sedikit sensitif berhubungan dengan keyakinan orang dan kalau misal ada kalimat gua yang kurang berkenan pasti akan berujung ke debat yang tidak berkesudahan. Gua sendiri tidak tahu siapa teman gua yang mengirimkan postingan itu tetapi tanpa mengurasi rasa respect, gua ucapkan terima kasih banyak.

Selain banyak mention yang masuk dan diikut dengan jumlah pembaca yang menjadi luar biasa banyak ke blog ini (mayan nambah AdSense), gua juga mendapat tawaran dari sebuah penerbit untuk menerbitkan buku tentang Ojol yang diangkat dari Blog gua. Klop kan dengan rencan gua untuk menerbitkan buku? Kita sempat ngobrol via telpon tetapi sayangnya sekali lagi sayangnya, penerbit ini sama seperti penerbit lainnya yang hanya memproduksi buku by order saja.

Maksud by order adalah penerbit hanya akan memproduksi buku kita kalau ada yang memesan. Jadi kalau misalnya kamu mau beli baru penerbit itu produksi.

Gua ambil contoh temen gua si Arya Putra yang baru saja produksi buku berjudul 'Review Jaman Now' yang diambil dari blog dia. Buku ini diproduksi oleh penerbit kecil dan dibandrol dengan harga 68rb. Arya dapat keuntungan sebesar ceban alias 10rb per buku. Dan setelah 3 bulan jalan, gua nanya ke Arya:

"Bor, buku lu sudah laku berapa pcs?"

"Baru satu. Terus untungnya per buku 10rb dan baru ditransfer kalau minimal sudah laku 5 buku"

Ok sip. Selama 3 bulan, buku Arya baru laku 1 dan dapat untung 10rb aja. Ini pun gak jelas, kalau misalnya tenryata udah laku 10 pcs terus dibilang baru laku 1 pcs kan kita juga gak akan pernah tahu ya. Bener gak?



Kayak buku foto copyan yes


Belum lagi untuk penulisan, seluruh tanggung jawabnya diserahkan kepada penulisa. Bisa dilihat dari buku si Arya, dari mulai penulis - editor - sampai design sampul dipegang semua sama dia. Penerbit itu mah gak mau tahu yang penting naskah dikirim ke mereka. Jadi tanpa proses editing asal cetak aja dan jangan salah kita juga harus tetap membayar ke Penerbit untuk biaya cetak pertama dan daftar pusak di Perpustakaan Nasional (sekitar 150-200rb).

Gua ngebayangin kalau misalnya buku gua terbit lewat penerbit kecil, yang bakalan ada di sampul buku adalah:

Penulis: Stefanus Sani
Editor: Stefanus Sani
Design Kaver: Stefanus Sani
Promosi: Stefanus Sani
Penjual: Stefanus Sani
Pembeli: Temen-temennya si Stefanus Sani

Lucu bener, gua yang nulis eh gua jadi editor buat tulisan gua sendiri. Karena sesungguhnya Editor itu sangat diperlukan untuk mengedit tulisan kita, siapa tahu ada yang kebablasan jadi harus 'direm' karena bisa saja menurut kita bagus tetapi buat orang lain tidak.

Dari tampilan buku pun kalau gua boleh mengkritisi, hasil cetakannya tidak terlalu bagus. Selain tulisan di kaver yang buram, bentuknya pun terlalu besar mirip buku foto copy-an di kampus. Kualitas kertanya pun kurang bagus dan dengan semua fakta diatas ketimbamg gua merilis lewat penerbit by order lebih baik gua tetap mengusakan agar buku gua kelak bisa terbit di penerbit besar.

Gak salah kan kalau kita punya mimpi besar?

...........................................................

Dalam proses penulisan buku gua ini sebenarnya gua masih ada pergulatan batin. Bukan masalah besar sih tetapi tetap saja masalah 'kecil' ini sedikit menghambat gua. Gua ragu buat cerita tetapi gak apa-apa deh gua cerita apa yang menjadi pergulatan batin gua di kala gua menulis buku Ojol itu.

Tahun 2016, gua pernah terlibat di penulisan Novel Lupus Reborn yang diadakan oleh penulis ternama Hilam Hariwijaya (penulis asli Novel Lupus yang populer dan kini menjadi salah satu penulis script sinetron termahal di Indonesia). Gua berhasil melewati 4 tahapan dan tinggal selangkah lagi maka Novel tersebut akan terbit.

Seleksi pertama gua berhasil masuk ke 30 besar dari ratusan peserta yang mendaftar. Setelah 30 besar, gua masuk ke 15 besar. Setelah 10 besar gua masuk ke 5 besar dan dari 5 disaring lagi menjadi 3 besar.

Saat pengumuman 10 besar, tulisan gua yang judulnya 'Roti Selai' dinilai Yes oleh semua juri.


Tulisan yang membawa gua ke 3 besar
Saingan gua luar biasa ngeri, banyak yang sudah punya buku sendiri. Gua ingat ada yang namanya Pak Adi, dari awal dia sudah digadang-gadang bakalan menjadi juara karena dia sudah rilis banyak novel, Novel Islami. Pas gua baca tulisan dia, asli keren. Sudah tertata, rapih, dan fondasinya kuat karena dia sudah berpengalaman.

Tetapi akhirnya Pak Adi tumbang juga di babak 15 besar. Menurut gua, salah satu alasan Pak Adi tumbang dikarenakan tulisannya yang terlalu baku dan kaku mengingat dia adalah penulis Novel serius. Berbeda dengan gua yang berangkat dari blog, dimana gua bisa mengeksplor penulisan gua dengan bebas tanpa ikatan baku.

Gua bebas mau menghujat teman-temen gua kayak si Ambu, Dedi, Arya, hahahahha (peace) termasuk menghujat diri gua sendiri. Dan hal itu cocok untuk segmen Lupus yang memang menyasar ke Generasi Milenia.

Saat gua sudah masuk ke 3 besar dan tinggal menunggu pengumuman siapa yang menjadi juara pertama, keanehan pun terjadi karena perasaan kok lama sekali ya pengumumannya. Sudah hampir jalan 3 bulan dan tidak ada kabar padahal setelah ini rencananya para juara akan digabungkan dengan peserta dari Kota lain untuk mulai menulis Novel Lupus Reborn.

Yang menjadi masalah besar adalah gini, saat babak 7 besar menuju 3 besar, salah satu faktor yang dinilai adalah adalah banyaknya vote dan komentar untuk tulisan kita. Tentu gua meminta bantuan ke temen-temen gua sampai ke semua buyer Clobberin Time, gua juga mintai bantuan.

Tentu tidak masalah bukan tetapi akhirnya malah menjadi masalah. Di suatu hari, di suatu kegiatan (gua gak bisa bilang kegiatan apa), saat kita duduk melingkar tetiba ada perempuan yang bertanya ke gua. Pertanyaanya singkat tapi masih membekas sampai hari ini:

"Pengumuman Lupus kapan? Kok perasaan lama banget ya" kata si Jalang 1

Belum gua jawab, Jalang 2 menambahi "Iya, perasaan kok lama banget. Katanya sudah 3 besar kok belum ada kabar apa-apa lagi"

Posisi gua sedang duduk melingkar dan disana ada sekitar 10 orang yang menatap ke gua. Gua merasa pertanyaan itu memang sudah di-set up untuk menjatuhkan gua.

Saat itu, gua merasa sangat DIPERMALUKAN. Kalau saat itu gua gak ingat pesan Mama gua untuk selalu menjaga sikap, rasanya ego gua bakalan naik dan balik bertanya "Sebelum kamu nanya bacot kayak gitu, kamu bisa kayak saya gak?" Untung sekali lagi untung gua masih bisa menahan diri.

Gua tahu bedanya pertanyaan yang asli bertanya atau pertanyaan yang dipakai untuk mempermalukan orang. Si Arya kalau ketemu gua sering nanya gini "Sani, Lupus kok gak ada kabar lagi sih" lalu diiringi tawa. Biasanya gua juga ikut tertawa sambil bales "Anjeer maneh" karena gua tahu kalau pertanyaan itu memang buat bercandaan antar temen.

Tetapi ini tidak, pertanyaan itu diarahkan ke gua dengan ekspresi muka merendahkan dan itu sangat menyakitkan. Gua pun bingung mau jawab apa karena saat itu memang dari pihak Panitia sama sekali belum memberikan keputusan apapun.

Setelah kejadian itu, gua chat ke Kakak gua dan cerita kalau gua merasa dipermalukan oleh 2 jalang itu di depan banyak orang. Kalau boleh sombong, dengan gua masuk ke 3 besar saja menurut gua itu adalah sebuah prestasi karena gua berhasil menyisihkan banyak peserta. Gua gak butuh apresiasi dari mereka tetapi anehnya disaat keputusannya masih pending begitu, gua malah dipermalukan di depan banyak orang. Gua lebih respect kalau misalnya mereka bertanya secara personal ke gua dan tentu gua enak buat menjelaskannya ketimbang gua ditanya di depan banyak orang dengan nada merendahkan.

Sebagai orang Introvert, biasanya kalau ada masalah itu gua bakalan simpan sendiri dan mencari pemecahannya sendiri tetapi kali ini gua sampai cerita ke Kakak gua tentang masalah ini. Kakak gua menyarankan gua untuk sabar dan pro aktif bertanya kepada Panitia kapan pengumumannya diberikan.

Dan setelah sekian lama menunggu akhirnya sebuah E-mail datang dari Panitia yang intinya memberi kabar jika Project ini dihentikan karena satu dan lain hal. Kecewa? Pastinya tetapi jujur gua lebih kepikiran dengan mereka yang telah mempermalukan gu.

 Mungkin menurut mereka itu hal sepele tetapi sampai hari ini, gua gak pernah bisa lupa hal tersebut dan membuat gua jadi 'takut' untuk memulai sesuatu yang baru. Butuh waktu yang lama buat gua pribadi buat bisa bangkit. Thanks for 'M' yang sudah membuat semuanya menjadi mungkin. Terima kasih untuk semangat dan support yang diberikan.

Setiap Minggu gua masih ketemu dengan mereka. Gua selalu mencoba untuk bersikap manis meskipun tetap saja ada yang mengganjal karena kejadian 2 tahun lalu itu.

..............................................................................................

Ketika gua memutuskan untuk mulai menulis buku secara solo, gua sama sekali tidak menceritakan hal ini kepada mereka. Gua masih trauma kalau misalnya mereka akan kembali menanyakan hal yang sama dengan cara mempermalukan gua:

"Kok bukunya lama banget sih terbitnya?"

"Kalau misalnya ditolak ama penerbit mending gak usah aja deh rilis buku"

Dibanding gua terima bacotan seperti itu, gua lebih memilih bekerja secara senyap. Gua bukan orang yang peduli dengan bacotan orang tetapi jika bacotan itu mengarah ke sisi personal tentu sulit buat gua buat bersikap biasa saja.

Kemarin gua dapat E-mail balasan untuk merevisi naskah yang yang sudah gua kirim. Gua senang dengan E-mail balasan ini berarti naskah yang gua kirim sudah mendapat atensi khusus.

Selain merevisi, gua juga berencana untuk menambah bab biar bukunya menjadi semakin tebal. Ada satu orang yang sebenarnya pengen gua temui untuk minta restu agar cerita dia bisa gua masukkan ke dalam buku.

Nama orang tersebut adalah Michelle, dia pertama kali ketemu gua sewaktu dia kelas 2 SMA dan sekarang dia baru aja jadi MABA alias Mahasiswa Baru. Gua ada cerita bagus yang melibatkan gua dengan dia, dengan kapasitas gua sewaktu jadi Driver Ojol.

Dia sekolah di Santa Maria 2 dan berhubung rumah gua dekat dengan Santa Maria jadi orderan dari dia sering nyangkut ke gua kalau misalnya gua lagi Online dari rumah. Dari awalnya biasa aja, eh karena keseringan ketemu akhirnya kita jadi deket dan mulai menjalin hubungan. Eh ngaco, gak gitu deng. Maksudnya hubungan 'Kakak-Adik' ya. Iya beneran 'Kakak' dan 'Adik'.

Michelle itu kalau gua gambarkan adalah perempuan yang cantik, chubby dan luar biasa aktif. Dia juga sering ikutan casting jadi bintang sinetron jadi kadang gua suka anterin dia ke tempat casting. Iya casting bintang sinetron bukan casting bintang sabun colek kok.

Disaat begini, gua kadang menyesal. Kenapa gua gak dilahirkan 10 tahun lebih muda dari umur gua yang sekarang. Kalau aja Papa & Mama gua bikin gua 10 tahun lebih lama dari umur gua yang sekarang, bisa deh gua sama si Michelle, hahaha. Centil bener si Sani.

Tetapi sejak dia kelas 3 SMA, kita jadi semakin jarang berhubungan karena selain dia baru saja jadian dengan teman sekelasnya, Michelle kayaknya marah ke gua. Marah karena dia sering minta dijemput tapi gua sering gak bisa, haha.

Gua kagok mau chat dia duluan, ajak ketemuan buat minta restu tentang cerita dia dan gua yang mau gua pake di penulisan buku tetapi tampaknya langit mendengar harapan gua. Belum juga gua chat, dia sudah chat gua duluan. Ini isi chatnya:

Anak jaman sekarang, pacaran baru 11 bulan aja harus dirayain -_-


Okelah, gua harus mengerjakan misi dulu sebelum dapat restu dari si Michelle. Misi akhirnya selesai dan gua sudah mendapat restu dari si Michelle. Untuk cerita si Michelle, gua masukkan ke Bab "Mimi Susu", loh apa hubungannya mimi Susu dengan Michelle, apa jangan--jangan lu mimi susunya si Mi..... ENGGAK ANJ*NG, untuk cerita lengkapnya nanti baca aja yes di buku gua.

Dan dengan restu dari si Michelle, ini dia urutan bab yang sudah gua tulis untuk project buku Ojol gua (belum final, masih mungkin berubah):

1. Memulai Ojol
2. Ketemu Bule
3. Thanks from Your B*tch!
4. Ibu dan Debt Collector
5. Driver Berdedikasi
6. Filosofi Ojol
7. Celengan Ojol
8. Alasan Bersyukur
9. Balada Driver Ojol
10. Ketemu Gay
11. Sarah dan Mamanya
12. Ibu Gendut yang Galak
13. Kamu yang sedang Patah Hati
14. Good Bye UBER!
15. Memulai GOJEG
16. GOJEG Oh GOJEG
17. Life is Waiting
18. Perempuan di kamar kost no 11
19. 1 Hari untuk Selamanya
20. Pulang
21. Pisang Selimut
22. Mimi Susu
23. Berdamai dengan diri sendiri

Gua menambahkan 3 judul baru yaitu "Pulang", "Pisang Selimut", dan "Mimi Susu". Untuk Bab "Berdamai dengan diri sendiri" gua set untuk menggantikan bab "Pertemuan dengan Ibu Guru TK" mengingat yang bersangkutan masih ragu untuk memberi restu ceritanya gua masukkan ke buku gua.

Bab "Berdamai dengan diri sendiri" akan menceritakan tentang alasan gua kenapa sampai hari ini gua masih sering jadi Driver Ojol meskipun gua sudah berulang kali menulis kalau gua akan berhenti tetapi tetap saja gua kembali lagi, lagi dan lagi. Bukan faktor ekonomi karena Puji Tuhan pendapatan gua dari menulis dan Clobberin Time sudah lebih dari cukup.

Ada alasan personal dan gua akan menjelaskannya di bab tersebut. Kalau kalian nanya, kapan San buku itu terbit, untuk saat ini, gua belum bisa jawab tetapi kalau misalnya naskah gua ditolak oleh penerbit 1 maka gua akan mencoba terus ke penerbit lain.

Penolakkan itu biasa dan akan tetap menjadi hal yang biasa saja kalau kita bisa terus 'berlari' saat penolakkan itu datang.