Jumat, 14 Juli 2023

Together & Forever

Salah satu moment terbesar dalam kehidupan yaitu menemani istri melahirkan akhirnya berhasil terlewati.

Rasanya campur-campur. Bener deh. Tapi rasa yang campur itu berubah menjadi suka cita begitu melihat bayi yang terlahir sehat dan tidak kekurangan apapun.

Baby lahir tanggal 3 Juni sekitar jam 1 dini hari dengan proses operasi caesar. Beratnya 3,925 kg dan tingginya 53cm. Termasuk besar sehingga Dokter menyarankan untuk mengambil tindakan operasi.

....................................................

Sebenarnya di tanggal 3 Juni itu, kita berdua sama sekali gak membayangkan kalau bakalan melahirkan saat itu juga.

Paginya kita kontrol kehamilan ke Dokter langganan. Menurut Dokter, usia kandungan sudah mencapai 40 minggu tetapi anehnya si baby masih betah di dalam perut. Belum ada tanda-tanda mau keluar.

Dokter lantas menyarankan untuk mengambil tindakkan operasi dan menyarankan minggu depan. Istri sendiri sejak awal maunya melahirkan normal agar pemulihannya lebih cepat.

Dan satu lagi, baby sudah harus cepat-cepat dikeluarkan karena jika terlalu lama di dalam perut, air ketuban sudah tidak bagus lagi dan malah membahayakan buat baby.

Berhubung ini anak pertama dan kita sama sekali belum berpengalaman, kepanikan mulai terasa. Mertua sudah mulai khawatir macam-macam dan istri pun mulai terlihat panik.

Second opinion harus dicari dan setelah melewati perdebatan panjang, kita sepakat untuk mengecek kehamilan ke Dokter yang berbeda.

Saat itu rencananya adalah ke RSUD Bandung Kiwari dan besoknya ke RS Immanuel. Kebetulan 2 rumah sakit ini letaknya tidak terlalu jauh dari rumah istri dan masuk kategori rumah sakit dengan grade baik.

RSUD Bandung Kiwari adalah Rumah Sakit Umun Daerah yang belum lama dibuka. Tinggi gedung mencapai 12 lantai dan katanya peralatannya baru dan canggih dibanding Rumah Sakit lain.

Malam sekitar jam 7 kita beranjak ke RSUD Kiwari menggunakan motor. Berhubung mobil disimpan di Antapani dan bakal memakan waktu maka kita pakai motor saja supaya lebih efisien.

Rencananya adalah kita langsung masuk ke IGD. Lucunya adalah istri merasa aneh kalau kita masuk ke IGD tetapi dalam kondisi baik-baik saja. Kondisi istri memang baik-baik saja bahkan tidak merasa pernah mengalami kontraksi.

Ketika masuk ke IGD, perawat lantas bertanya untuk keperluan apa dan langsung gua jelasin panjang-lebar.

Perawat lantas meminjam foto-foto hasil USG dan menurut Dokter jaga, usia baby sudah mencapai 42 minggu dan malam itu juga harus sudah lahiran.

Wadidaw! Serius, kita datang tanpa persiapan apapun bahkan gua belum mandi dari pagi, wkwkwk dan setengah jam sebelum kita masuk ke IGD kita baru aja beres makan nasi ayam penyet lah.

Tas yang berisi perlengkapan bayi dan perlengkapan istri juga gak dibawa karena kita emang tidak membayangkan kalau malam itu harus langsung lahiran.

Istri langsung dibawa ke ruang IGD kehamilan dan gua harus membereskan berkas administrasi.

Perawat lalu memberitahu kalau sudah bukaan 3 yang berarti operasi memang sudah harus dilakukan malam itu juga.

.......................................................

Setelah membereskan berkas, gua beranjak naik menggunakan lift ke lantai 7. Gua tengok istri, dia sedang terbaring dan tubuhnya penuh dengan kabel untuk USG. Denyut jantung baby terdengar keras yang menandakan jika ada kehidupan.

Istri nampak gelisah karena ini memang sama sekali tidak ada persiapan plus Dokter yang membantu proses persalinan bukanlah Dokter yang biasa kita kunjungi tiap bulannya.

Tetapi kita sudah tidak bisa mundur apalagi menunda jadi pasrah kepada Tuhan adalah jalan satu-satunya.

Gua menguatkan istri supaya dia kuat. Kita berdoa bareng supaya proses persalinan bisa berjalan baik dan lancar.

Awalnya Dokter menyarankan untuk lahiran normal tetapi setelah diukur, baby kita ini masuk ke kategori bayi besar karena beratnya diperkirakan di atas 3,8kg. Perawat langsung menyarankan untuk operasi caesar.

Bukan operasi caesar biasa melainkan operasi caesar ERACS. Jadi berbeda dengan operasi caesar yang biasa, operasi ERACS konon penyembuhannya lebih cepat tapi biayanya jauh lebih mahal.

Tanpa persiapan tetiba harus operasi bahkan ayam penyet di tenggorokan yang tadi dimakan pun masih kerasa rasanya dong.

Raut istri mulai menunjukkan wajah khawatir, ya bayangin ajalah 2 jam sebelum ini baru beres jajan lumpiah basah ama makan ayam penyet eh sekarang sudah harus operasi. Operasi pertama pula dalam hidup

Kateter mulai dipasang, infus mulai dipasang buat persiapan. Dokter sedang otw dan operasi direncanakan dini hari nanti.

Telepon dan WA mulai menyerang. Mama mertua yang terlihat panik, dia telepon dan WA terus. Supaya keadaan makin gak panik, gua sengaja gak angkat telepon dari mama mertua karena gua paham, type Ibu-Ibu panik bakalan makin bikin keadaan jadi panik.

Gua berhasil menguasai diri sendiri supaya gak panik dan santai seperti biasa. Istri berhasil gua tenangkan dan kita diberi waktu buat bersama sembari menunggu operasi.

Kita berdoa bersama dan setelah berdoa, kondisi menjadi jauh lebih tenang. Gua antar istri ke lantai 11 ke ruangan operasi. Sebelum masuk ke ruang operasi, kita diberi waktu singkat lagi berdua.

Kita berdoa lagi sebentar, gua cium kening istri setelahnya dia dibawa masuk ke ruang operasi sedangkan gua berpindah ke ruang tunggu di lantai yang sama.

Di ruang tunggu hanya ada gua dan Mama Afriyani. Mama Afriyani kebetulan masuk IGD bareng istri. Nama anaknya adalah Afriyani dan dia harus dioperasi pengangkatan kista.

Karena gak tau siapa nama si Ibu jadi gua panggil Mama Afriyani alias Mamanya si Afriyani.

Kita sempat mengobrol sebentar dan saling menguatkan satu sama lain.

Jam sudah menunjukkan sekitar jam 00:30. Gua yang selalu tidur teratur cukup lumayan tersiksa dengan kondisi ini.

Tidur gak bisa kalau pun harus harus dipaksakan ya tidur sambil duduk.

Gua coba memejamkan mata dan entah berapa lama gua tertidur, gua kemudian terbangun.

Pas gua bangun, jir kenapa jadi sepi. Gua tengok ke belakang Mama Afriyani udah gak ada. Di ruang tunggu operasi cuma ada gua doang lah.

Awalnya gua biasa aja tapi sumpah kok gua jadi takut sendiri ya. Sekelebat gua mikirnya, ini kan lantai operasi ya. Kalau orang di operasi kan ada yang gagal ada yang berhasil ya.

Wah wah wah

Gak lama kemudian gua gak tau ini sugesti apa gimana, kenapa lift depan gua kok tetiba kebuka sendiri padahal kan gak orang di lantai itu selain gua doang.

"Tring" bunyi pintu lift terbuka, tepat di hadapan gua.

Dan gua gak tau kenapa tetiba pikiran gua kebayang salah satu scene di film The Eye (2002) lah. Itu loh part dimana si pemeran utama berada dalam lift terus di pojokan ada hantu kakek berwajah rusak lagi ngumpet.

Anjir, anjir.

Kenapa dari BANYAK hal yang bisa gua pikirin di malam itu, mulai dari gimana ending Ikatan Cinta sampai mikirin beli susu formula merk Nutrilon atau S26, kenapa harus hantu si kakek yang terlintas sih.

Gua anggap gua lagi mengalami halusinasi karena kurang tidur. Mungkin gua harus keluar sebentar, beli kopi kapal api seduh supaya cenghar kembali. Gua kemudian beranjak dari kursi dan naik lift buat turun.

Baru juga sampai tetiba ada pengumuman dari pihak Rumah Sakit. Isi pengumumannya "Suami dari Ny Debora Natalia Setiawan diharapkan untuk naik ke lantai 7"

Belum juga jajan kopi udah dipanggil aja, gua langsung buru2 naik lagi. Pikiran gua langsung tertuju ke istri dan anak, takut kenapa2. Pikiran kotor soal hantu kakek wajah gepeng di pojok lift sudah hilang dengan sendirinya.

Ternyata Puji Tuhan. Baby lahir dengan sehat tanpa kekurangan apa pun begitu pun dengan Ibunya. Gua lantas dipersilahkan untuk masuk ke ruang bayi dan melihat baby yang baru lahir.

Ini adalah foto pertama yang diambil setelah baby lahir

Beratnya nyaris 4kg dan masuk ke kategori bayi besar besar. Pas gua tengok lah iya ya, besar juga. Apalagi pas si baby dijejerin dengan bayi bayi lain, ini anak gua kok gede sendiri, wkwkw.

Berat 3,925kg dan tinggi 53cm.

Kabar baik ini langsung gua sampaikan ke beberapa orang terdekat. Semuanya mengucap syukur.

Setelah orang terdekat diberitahu, gua lantas mengabarkan ke beberapa group WA terdekat.

Eh mungkin karena ada yang masih emosi karena gak bisa gua undang karena memang keterbatasan undangan dan pihak hotel memang tidak menyarankan mengundang lansia, ada Oma yang nampaknya masih dendam ama gua.

Di saat yang lain mengucapkan selamat eh si Oma malah kirim foto comotan ini:

Iya Oma, gua juga tahu tangan Tuhan yang menopang dan membuat kita kokoh berdiri di dalam setiap percobaan tapi ini kan gua barusan ngabarin kelahiran anak pertama ngapain malah diucapin selamat pagi -_-

......................................................

Sekitar sejam kemudian, istri sudah dipindah ke kamar. Kondisinya sehat dan tidak kekurangan apa pun. Lazimnya seperti Ibu yang lain, istri sudah pengen langsung ketemu ama baby tapi belum boleh karena baby masih harus menjalani proses observasi terlebih dahulu.

Semuanya lantas menjadi mudah. Menjadi lebih mudah karena 1 pasien di ruangan sudah diperbolehkan pulang (ruang kelas 1 yang diisi 2 pasien) jadi 3 hari gua bisa tidur siang dan tidur malam di atas kasur pasien.

Tamu datang silih berganti dan karena aturannya cukup ketat jadi gak semua orang bisa masuk ketemu istri. Mohon dimaklumi.

Setelah 3 hari, kita diperbolehkan buat pulang. Sebelum pulang, gua bereskan terlebih dahulu administrasi.

Karena ini menggunakan operasi caesar ERACS maka estimasi biayanya adalah kisaran 30-40jt tetapi kemarin total gua bayar adalah 62rb saja buat beli perlengkapan bayi.

Kok bisa? Bisa karena full cover oleh BPJS, huehuehue. Full cover untuk kelas 1 sesuai kelas istri.

Soal BPJS ini, gua bisa merasa ada 2 pandangan yang berbeda.

Pertama memuji. Memuji dan menganggap kita berdua cukup pintar memanfaatkan fasilitas jadi uang buat persalinan bisa dipakai untuk hal yang lebih penting.

Kita berdua memang sudah save money yang cukup untuk membiayai persalinan tetapi karena ada fasilitas BPJS ya kenapa gak dimaksimalkan toh sama sekali gak ada perbedaan layanan antara yang bayar atau BPJS.

Tiap bulannya gaji istri dipotong untuk BPJS dari kantor tempat dia bekerja. Potongannya lumayan besar nyaris 300k lebih untuk kelas 1. 

Selain itu, gua sudah hafal alur penggunaan BPJS karena memang sering ke Rumah Sakit Gigi dan Mulut menggunakan BPJS buat periksa gigi.

Pelayanannya OK, tidak ada perbedaan sama sekali dan sesuai kelas yaitu kelas 1. Karena alasan itu lah kita berdua sepakat untuk persalinan kali ini menggunakan BPJS.

Sedangkan reaksi orang yang kontra adalah mereka bertanya "Kok pakai BPJS? Kenapa enggak di RS Melinda atau RS Limijati?"

Pertanyaan ini sebenarnya bisa gua balik menjadi "Kenapa lahirannya harus di Melinda atau Limijati?"

Biasanya yang nyinyir seperti ini tuh yang belum pernah pakai BPJS tapi cuma taunya dari "katanya, katanya".

Btw, kalau melahirkan di RSUD ada fasilitas 3 in 1 juga baby yaitu akta kelahiran, kartu keluarga dan kartu anak. Semua gratis tidak dipungut biasa.

......................................................

Salah satu keberuntungan kita berdua dalam hidup adalah kita banyak dikelilingi oleh orang baik.

Hal ini sangat gua rasakan ketika baby lahir. Hadiah demi hadiah terus berdatangan sampai hari ini.

Praktis gua dan istri tidak banyak membeli keperluan untuk bayi karena saking banyaknya hadiah yang datang.

Deretan kado yang belum sempat dibuka

Sebelum baby lahir, kita masih bimbang soal ranjang bayi. Beberapa orang menyarankan untuk sewa karena berdasarkan pengalaman beberapa orang, ranjang tidak akan terlalu lama dipakai.

Di saat masih bimbang, tetiba dosen dari kampus tempat istri bekerja mengirimkan pesan singkat dan bertanya butuh apa soal baby.

Kalau ditanya butuh apa ya sejujurnya butuh ranjang bayi karena kondisinya memang belum ada dan masih bimbang antara sewa atau beli.

Gua pikir sejenak, kalau misal bilangnya butuh ranjang apa kesannya tau diri gak ya? Gua takut disangka jadi orang aji mumpung.

Setelah gua konsultasi ke istri dan di-acc oleh istri, gua lantas merangkai kalimat seaman mungkin.

Dan ternyata hasilnya lebih dari yang gua bayangkan karena gua diberitau kalau budget mereka bisa buat beli 4 barang lagi dan gua suruh milih barang apa yang dibutuhkan.

Puji Tuhan! Istri lantas menyarankan beberapa barang seperti stroller baby dan alat steril untuk perlengkapan makan bayi karena kebetulan barang-barang tadi memang belum sempat beli.

Hadiah demi hadiah terus berdatangan sampai jujur gua bingung sendiri kalau ditanya butuhnya apa buat baby.

"Lu butuhnya apa lagi San?" tanya salah seorang teman.

"Butuh tabungan pendidikan sampai jenjang kuliah sih. Gimana?"

"Anj*ng!"

Padat dan jelas

...............................................................

Sejak ada baby, gua merasa ada tanggung jawab yang lebih besar dalam hidup.

Tiap lagi pergi, ingetnya anak mulu. Pas mau jajan, ingetnya anak. Mau beli ini itu ingetnya anak baru giliran nyebrang ingetnya Tuhan.

Punya anak itu beneran mahal. Susu, pampers sampai imunisasi semuanya lumayan banget. Puji syukur karena semuanya bisa tercukupi sampai hari ini tanpa kekurangan apa pun.

Ingatan gua melayang di malam pertama gua menjadi seorang Ayah. Istri sedang terlelap tidur dan baby masih berada di ruangan observasi.

Jam sudah menunjukkan pukul 3 dini hari, mata sulit sekali terpejam. Pikiran gua lantas melayang-layang memikirkan banyak hal sampai mata gua tertuju melihat jalan raya dari balik jendela kaca.

Dari atas lantai 7, pukul 3 dini hari, gua bergunam dalam hati "Begini ya rasanya menjadi seorang Ayah"