Rabu, 27 April 2016

The Next Lupus

Pernah denger Novel Lupus?

Tahun 80-90an bisa dibilang Lupus adalah culture pop di Indonesia. Dimulai dari Cerpen di Majalah HAI, Lupus kemudian menjelma menjadi icon pop untuk generasi di tahun itu.

Gue yang kebetulan emang besar di Generasi 90an (Iya tau, sudah tua gue) gak lepas dari demam Lupus. Hampir semua Novel Lupus gue koleksi dan tiap diajak Bokap ke Gramedia, gue pasti menyelipkan 1 buah Novel Lupus di keranjang belanjaan gue.

Denger-denger sih ya, kalau diakumulasikan Novel Lupus sudah hampir terjual sebanyak 3,5 juta copy dan merupakan rekor penjualan buku hingga hari ini #wow

Dan setelah lama vakum, 30 tahun setelah Novel pertamanya terbit (tahun 1986) Trio pengarang Lupus (Hilman, Boim Lebon, dan Gusur) bekerja sama dengan Tirana Art Management berupaya kembali menghidupkan karakter Lupus dengan gimmick baru dan tampilan yang lebih segar dengan cara menggandeng para penulis muda yang berbakat.

Audisi penjurian dan workshop akan diadakan di beberapa Kota besar di Indonesia (Yogyakarta, Bandung, Jakarta) dan #uhuk gue termasuk salah satu yang lolos audisi.

Kok bisa? Gimana caranya?

Jadi gini, sebenernya gue juga awalnya telat tau tentang Event ini. Gue malah kirim tulisan gue, 30 menit sebelum deadline pendaftaran ditutup. Gue kirim tulisan gue di blog ini yang judulnya "Audisi Nyanyi" dan "Cinta dari atas Balkon" (yang mau baca silahkan diubek-ubek lagi di Blog ini karena postingan lama). Tulisan tersebut sudah gue modifikasi dan gue masukkan tokoh-tokoh di Novel Lupus seperti Lupus, Lulu, Boim, Gusur, dll.

Banner "Nulis Lupus Bareng"
3 Hari kemudian, gue ditelpon dan dikabari panitia kalau 2 tulisan gue tembus dan disuruh datang untuk proses penjurian di depan 3 juri yaitu (Boim, Gusur dan seorang juri dari Tirana Art Management).

Di telpon si gue oke, oke aja dan bilang pasti datang tapi pas tutup telpon gue langsung puyeng karena nanti di penjurian besok, gue harus mempresentasikan karya gue di depan tiga juri tersebut + para peserta yang juga lolos (katanya sekitar 50 orang).

Buat yang kenal gue pasti tau banget kalau gue bukan orang yang suka tampil di depan umum dan lebih suka kerja di balik layar. Belum lagi gue paling gak bisa kalau harus ngomong di depan orang banyak. Pengecualian kalau gue ngomong di depan orang banyak yang sudah gue kenal, gue masih bisa menguasai keadaan tapi kalau ke orang yang gak kenal dan katanya puluhan, udah deh Wallahu a'lam.

Sempet berpikir buat gak dateng tapi temen gue si Ambu terus ngomporin gue dan ngasih motivasi buat gue datang. Saking tegangnya gue gak bisa tidur dan baru bisa tidur jam 3 subuh padahal acara dimulai jam 8 Pagi.

Besoknya, gue memantapkan diri and whatever happened, happened. Audisi dilakukan di Kantinasion Jalan Ambon, gue datang on time dan ketika sampai sudah banyak banget orang disana. Karena gak ada yang gue kenal, gue duduk dekat meja registrasi dan mulai baca-baca Novel Lupus yang sengaja gue bawa buat nambah refrensi.

Ketika Meja Registrasi dibuka, gue registrasi ulang dan luar biasanya gue kebagian di urutan nomor 1. Bener kata si Ambu, dibanding lu deg-degan nunggu giliran kenapa lu gak jadiin aja di urutan nomor 1 biar cepet plong.

Gak lama setelah registrasi, nama kita satu per satu dipanggil ke depan buat mempresentasikan dan dinilai oleh 3 tim juri. Karena gue registrasi di nomor 1 jadilah gue orang pertama yang kebagian buat langsung tampil.

Dewan Juri yang terhormat
Gilak! Bener-bener gilak, tegangnya luar biasa mirip seperti gue waktu disuruh test Nyanyi pas masih SMA dulu. Gue ngalamin yang namanya demam panggung, keringet dingin, dan rahang gue jadi kaku saking tegangnya.

Gue memperkenalkan diri di depan juri dan mempresentasikan tulisan gue yang judulnya "Audisi Nyanyi". Karena gue biasa ngomong cepet, gue mencoba banget buat memperlambat tempo tapi jujur deh rahang gue jadi kaku banget ditambah lidah gue yang berasa membeku saking tegangnya. Susah bener mau digerakkin gara-gara tegang tadi.

Setelah beres presentasi, 2 orang juri yaitu Mas Boim dan seorang dari Tirana Art Management memuji tulisan gue yang dibilang lucu dan sudah punya basic menulis. Mbak dari Tirana Art kemudian nanya, apakah gue sering menulis buat Majalah yang gue jawab sering nulis Cerpen buat Majalah HAI, dll.

Penilaian 2 juri positif tapi ternyata gak buat 1 juri lagi yaitu Om Gusur. Dia awalnya muji tulisan gue tapi belakangan kritik dan bilang kalau 'tulisan kamu itu ya Sani, tidak membawa sesuatu yang baru untuk karakter Lupus. Tidak ada keunikkannya'

Gue lantas mendebat dan bilang ke Om Gusur kalau di tulisan gue ini, gue masih menjadikan karakter Lupus, Boim, Gusur original sebagai pacuan buat gue jadi sengaja gue gak bikin gimmick-gimmick baru di karakter yang gue tulis. Lagi pula, kita disuruh buat nulis 1 halaman dan gue rasa 1 halaman gak akan cukup buat membuat gimmick baru karena harus ada perkenalan dan intro terlebih dahulu.

Om Gusur kemudian menjawab "kalau dari saya sih gak ya tapi semuanya bergantung ke 2 juri lagi. Kalau mereka oke sama kamu, maka kamu lolos"

Bukannya pesimis tapi dari omongannya si Om Gusur itu, gue jadi sedikit yakin gak akan lolos karena gue beranggapan kalau saingan gue yang lain pasti hasil nulisnya jauh lebih keren. Setelah beres presentasi, gue kembali duduk ke kursi dan rasanya bener-bener plong banget. Semua beban dosa di pundak gue langsung lenyap, urusan lolos atau gak itu gimana nanti deh yang penting gue sudah mencoba.

Setelah 20 peserta yang maju, kita diberi waktu untuk rehat dan menikmati santap siang. Nah disaat itu ada salah seorang peserta yang nanya ke gue "Eh, itu baju John Cena yang kamu pake, belinya dimana?"

Begitu tau dia adalah fans WWE, kita langsung nyambung ngobrolin WWE. Seru banget sampai peserta lain ikut nimbrung dan obrolan kita langsung melebar kemana-mana. Kita yang tadi jalan sendiri-sendiri gara-gara ngomongin WWE kini jadi akrab.

Setelah rehat selesai, tiba-tiba nama gue dipanggil lagi oleh juri dan disuruh maju kedepan. Gue kaget, ada apaan ya. Mas Boim tiba-tiba ngomong gini "Setelah kita cek, ternyata tulisan kamu yang dikirim ke panitia ngejiplak dari internet ya? Terpaksa kamu kami diskualifikasi"

Jegerrrr, begitu ngedenger mas Boim ngomong gitu kiamat seolah datang lebih cepat buat gue. Bukan karena gue sedih didiskualifikasi tapi tuduhan ngejiplak karya orang di internet buat gue itu sungguh tuduhan yang menjurus ke fitnah. Gue berani sumpah kalau gue gak pernah sekalipun jiplak karya orang di internet dan tulisan yang gue kirim yang judulnya "Audisi Nyanyi" tersebut aslinya emang kejadian yang pernah gue alamin sendiri terus masak ada orang yang pengalamannya sama persis kayak pengalaman gue.

Gue kemudian mencoba membela diri dengan perasaan yang bercampur aduk, ada rasa malu juga ke peserta lain karena tuduhan tersebut. Gue bilang kalau mungkin itu adalah tulisan gue yang dikirim ke beberapa portal online (karena gue emang suka dapet honor dari beberapa portal online yang nerima tulisan gue). Mas Boim dan juri yang lain tetep gak mau terima dengan alasan gue dan lantas gue dipanggil ke depan meja juri. Sambil cengegesan Mas Boim ngasih gue "Bubble Ticket" yang artinya gue orang pertama yang lolos ke babak selanjutnya. Wowwww

My Bubble Ticket
Anjiiiirrrrr, rasanya luar biasa. Gue bener-bener shock dikerjain kayak gini. Gue jadi tau gimana rasanya peserta audisi Indonesian Idol yang dapet Golden Ticket. Oh gitu toh rasanya, antara seneng, kaget, dan bangga semuanya bercampur jadi satu. Apalagi gue orang pertama yang dapet Bubble Ticket dari Audisi Bandung.

Semua peserta dan penitia lantas memberi tepuk tangan + nyorakkin gue. Gue bisa bilang ini adalah salah satu best moment in my life yang kelak bisa diceritakan ke anak gue kelak. Hahahaha

Setelah dapat tiket, gue diberitahu panitia buat datang lagi besok Pagi jam 9 buat ketemu langsung dengan penulis dan creator Lupus, Hilman Hariwijaya yang kesohor itu. FYI, Mas Hilman adalah penulis naskah untuk sinetron Anak Jalanan di RCTI dan kalau ketemu besok, gue bakalan minta ke Mas Hilman supaya gue bisa dimasukkan ke sinetron Anak Jalanan buat nemenin karakter Boy di Sinetron itu. Kidding bros!

Besoknya gue datang on time. Bedanya dengan kemarin adalah gue datang dengan rasa percaya diri tinggi, gak gugup lagi dan ditambah gue sudah kenal beberapa peserta. Sayangnya beberapa temen yang sudah gue kenal kemarin, banyak yang gak kepilih dan yang kepilih buat ngikutin workshop hari ini memang gak terlalu banyak. 

Workshop hari ini berjalan dengan menyenangkan. Mas Hilman memberi panduan dan bercerita tentang awal dirinya membuat karakter Lupus dan teman-temannya. Persis seperti yang pernah gue baca, mas Hilman itu aslinya pemalu dan keliatan banget gak biasa tampil di depan umum. Seperti yang pernah dia bilang, karakter Lupus adalah alter ego dirinya dan Lupus bukanlah Hilman karena keduanya merupakan 2 identitas yang berlainan.


Poin-poin yang dijabarkan oleh Mas Hilman sebenarnya sedikit banyak sudah gue lakuin setiap kali gue menulis. Mulai dari pengalaman pribadi, membuat side kick untuk tokoh utama, dll. Gue gak segan kalau bilang gaya nulis gue emang terpengaruh banget gaya nulis Mas Hilman karena Lupus adalah bacaan gue sejak masih SMP dulu.

Saat workshop itu, kita dikasih tugas buat bikin Cerpen on the spot dan gue nulis Cerpen yang judulnya "Punten, Punten!" yang terinspirasi dari cerpen lama gue dengan beberapa modifikasi. Acara Workshop cukup lumayan lama karena baru beres jam 4 sore.

Sebelum acara berakhir, dipilih 3 orang perwakilan untuk diwawancarai media lokal dan mungkin karena gue camera face (huek), gue kepilih jadi salah satu wakil buat diwawancarai. Gue harus bercerita tentang pengalaman gue ikutan Event ini dan menjelaskan motivasi gue buat ikutan Event ini apa.

"Gue ikut Event ini karena gue emang ngefans dengan Novel Lupus sejak lama, sejak masih SMP. Waktu kecil, gue tuh orangnya pendiem, introvert, pemalu, dan gak suka main keluar rumah. Kesenangan gue adalah waktu gue lagi baca Novel Lupus karena.....bla....bla......" gue ngebacot.

Gue kemudian ngebayang kalau suatu hari nanti, rekaman ini diputar dan Nyokap gue or Guru Sekolah Minggu gue waktu gue masih kecil gak sengaja nonton, mereka pasti bakalan geleng-geleng kepala sambil ngomong "Luar biasa ini si Sani pencitraannya. Introvert, pendiem, pemalu yang ada lari sana, lari sini. Ngomong mulu gak mau berhenti, jailnya juga nahan"

Ya, namanya juga pencitraan -_-

3 hari kemarin buat gue adalah pengalaman yang sangat berharga. Bisa ketemu temen baru dan dapet ilmu baru. Temennya juga cantik-cantik dan bisa dimodusin (halah). Perjalanan masih panjang karena sehabis ini bakalan ada Camp setelah audisi di Jakarta beres bulan Juni mendatang.

Mohon doanya ya man teman :)

Cari gue yang mana, clue yang paling ganteng

Senin, 18 April 2016

"Meu nome é Stefanus Sani. Até logo!"

Gereja gue sekarang lagi kedatangan temen baru. Doi namanya Ely dan import dari Timor Leste.

Orangnya baik dan pendiem banget, dia juga sudah fasih berbahasa Indonesia dan status dia sekarang adalah seorang mahasiswa di sebuah Universitas di Bandung.

Yang gue suka dari dia adalah orangnya on time banget dan setiap kebaktian gak pernah telat datang. Misalnya tiap Sabtu kan ada kebaktian Youth jam 5 sore dan beneran deh jam 5 sore dia udah nyampe di Gereja padahal pintu Gereja masih ditutup karena banyak yang belum datang.

Sedikit tamparan buat gue yang selalu ngaret datang ke Gereja di hari Sabtu dan Minggu, xixixixi.

Gara-gara Ely juga, gue jadi penasaran dengan bahasa Portugis. Kalau lagi ngobrol, dia biasanya suka pakai kombinasi bahasa Indonesia - Portugis. Biar keliatan keren, gue niat-niatin belajar bahasa Portugis di rumah.

Rencananya adalah ketika di suatu hari pas kebaktian Youth, gue bakalan ngajak ngobrol Ely pake bahasa Portugis. Biar kerenan dikit gicu di depan yang lain, hihihihi.

Hingga di suatu hari ketika gue ngerasa sudah bisa beberapa kalimat Bahasa Portugis, gue nekad ajak ngomong si Ely pake bahasa Portugis.

"Boa tarde! Como vai você?" (Selamat sore, apa kabar?)

Ketika gue ngomong gitu, suasana mendadak jadi hening. Yang lain pasti bengong campur bingung gue ngomong apaan dan si Ely yang gue arepin respon sapaan gue mendadak diem juga.

Gue ulangi lagi kalimat tadi "Boa tarde! Como vai você, Ely?" 

Sengaja gue sebut nama biar si Ely ngerespon gue tapi dia masih bengong sambil natap gue dengan penuh keheranan. Please jawab dong atau minimal responlah, gue udah malu banget soalnya suasana mendadak jadi hening. Gak ada yang ngerti ama apa yang gue omongin.

Atau jangan-jangan gue salah ngapalin kalimat lagi? Gue malah belajar bahasa Nigeria jadi si Ely gak ngerti?

Dibanding keadaan makin awkawrd akhirnya gue buka suara dan ngomong pake bahasa Indonesia "Ely, itu gue ngomong selamat sore, apa kabar pake bahasa lu. Lu napa malah diem aja"

Ely langsung ketawa cekikikan sambil nutupin muka dan setelah ketawanya habis, dia baru bilang kalau gue salah ucap jadi aja dia kagak ngerti apa yang gue omongin.

Harusnya di kalimat "Boa tarde! Como vai você?" tersebut ada akhiran 'eu' saat pengucapan. Oh begicu toh, syetan itu buku yang gue baca gak ngasih tau sedetil itu.

Setelah gue disorakkin ama yang lain dan dikatain sok-sokan akhirnya atas ide yang lain diputuskan tiap Youth hari Sabtu kita belajar 4 kalimat bahasa Portugis tiap Minggunya.

Sekarang lumayan sudah jalan sekitar 3 bulanan dan untuk bahasa sehari-hari gue udah lumayan bisa. Untuk tau bisa atau gaknya gue mau ngetest ke tetangga baru gue yang juga dari Timor Leste.

Kebetulan di suatu hari pas gue mau main, tetangga gue yang Ibu lagi ngobrol ama Nyokap di depan Rumah gue. Setelah gue pamit ke Nyokap mau pergi, gue salam ke Ibu tersebut:

"Bom dia! Prazer em conhecê-lo" (Selamat Pagi, senang berjumpa denganmu")

Dia diem bentar, mungkin karena kaget disapa ama gue. Jangankan dia, Nyokap gue juga kaget dan pasti gak ngerti gue ngomong apa. Dikiranya gue abis ngelem aibon kali jadi ngomongnya awur-awuran.

"Obrigado. Qual é o seu nome?" (Terima kasih, siapa namamu?) balas si Ibu sambil tersenyum

"Meu nome é Stefanus Sani. Até logo!" (Namaku Stefanus Sani. Sampai jumpa lagi!)

Dan suenya gara-gara gue ajak ngobrol si Ibu pake bahasa Portugis, setiap ketemu seluruh anggota keluarganya, gue pasti diajak ngomong pake bahasa Portugis. Kalau gue bisa jawab ya gue jawab ya kalau gak bisa pake cara lama.

Kalau kita gak fasih ngomong bahasa Inggris biasanya kan kita cuma bisa bales yes, yes atau no, no doang kalau lagi diajak ngobrol. Gue pun pake cara yang sama kalau gak ngerti. Gue bakal jawab "sim, sim" alias iya, iya atau "não, não" alias tidak, tidak.

Cerita lain gue di Minggu ini adalah gue lagi lumayan seneng karena beberapa tulisan gue dimuat di portal berita vivanews.com yang merupakan salah satu portal berita terbesar di Indonesia (selain detikcom, kompascom).

Vivanews berada dalam 1 group dengan TV One & ANTV dan gak gampang bisa nembus portal berita ini. Beberapa tulisan gue yang dimuat di situs ini:




Respon orang yang sudah baca ternyata positif dan makin bikin gue semangat nulis lagi. Tapi tetep sih ada proses editing dari pihak VIVA sebelum akhirnya tulisan kita dimuat. Dan di proses editing itu kalau gue boleh jujur meskipun gak mempengaruhi cerita tetapi feel-nya jadi sedikit berkurang.

Contohnya di kalimat ini: "Gue terdesak dan hanya bisa menutup mata sambil berharap waktu ini cepat berlalu. Gue sudah pasrah kalau si Gay itu menyerang gue kapan saja"

Kalimat itu memang agak vulgar kalau ditampilkan dan setelah melewati proses editing menjadi "Saya terdesak dan hanya bisa berdoa semoga Tuhan mempercepat waktu ini. Saya hanya bisa pasrah jika pria penyuka sesama jenis itu menghampiri saya"

Makna kalimatnya sih sama aja tapi menurut gue jadi agak sedikit rancu aja sih. Ini kalau dianalogikan seperti kamu bisa bikin Indomie enak tetapi kali ini kamu makan Indomie yang bikinan temen kamu.

Rasanya emang sama kayak Indomie yang biasa kamu buat tapi tetep ada yang beda.. Gitu sih ya menurut gue tapi terlepas dari itu gue tetap acungkan jempol buat editor yang sudah sudi ngedit tulisan gue.

Jadi, kapan kamu mulai menulis?

Rabu, 13 April 2016

Overweight & Overload

Pernah ngalamin yang namanya overweight alias kelebihan berat badan?

Bagaimana rasanya? Apa lutut menjadi linu gara-gara gak kuat nahan perut yang makin membuncit? Atau telinga jadi sakit karena dikomentarin negatif ama orang-orang?

2 bulan belakangan ini, gue lagi bener-bener ngerasa overweight alias kelebihan berat badan. Kelebihan berat badan ini lebih karena pola makan yang gak teratur. Biasalah kalau lagi semangat cari duit, makan siang pun jadi makan malam dan abis makan lanjut tidur. Wajar kalau perut jadi makin membuncit.

Satu hal yang bikin gue sadar kalau gue lagi kegendutan adalah ketika gue datang ke tempat setting langganan gue. Kebetulan udah sekitar 2 bulan gue gak kesini dan waktu ketemu ama operator setting yang jadi langganan gue si mbak Cindy dia kayak kaget gitu liat gue:

"Ini Sani? Kok mukanya beda ama terakhir kesini? Lebih besar dan pipinya jadi tembem banget?" kata Mbak Cindy kebingungan.

Segitu gendutnya gue kah ampe muka gue bikin pangling? Si Mbak Cindy ini operator langganan gue yang sering gue sogok pake ice cream Magnum biar kerjaan gue diduluin dan kalau dia ampe bingung liat gue artinya emang gak ada beres nih ama gue.

Bukan cuma Mbak Cindy aja, temen bokap yang kebetulan lagi datang ke rumah juga berkomentar yang sama "De, makin gendut aja nih. Calon bos nih"

Dibilang calon bos ya gue aminin tapi kalimat makin gendut itu bikin gue lesu. Puncak dari kegendutan gue adalah gue yang biasanya pake baju size L sekarang naik jadi XXL dan celana gue mulai sempit semua. Bahkan ada baju 2 tahun lalu yang gak pernah gue pake karena kegedean sekarang muat waktu gue pake.

Tidak ada jalan lain kecuali gue harus mulai diet total.

Dalam ingetan gue, gue sempat 2x mengalami masa obesitas yaitu waktu gue kelas 5 SD dan 1 SMP. Dulu, gue punya kecengan waktu kelas 1 SMP namanya Lia dan saat itu gue emang bener-bener tertarik banget ama dia. Kita sering pulang seangkot berdua karena kebetulan kita 1 arah pulang.

Dari temennya gue dapet info kalau dia gak suka cowok gendut karena suatu alasan. Ngedenger temennya ngomong kayak gitu, gue langsung mati-matian nurunin berat badan.

Gue yang tiap Pagi dianter ama bokap menolak buat dianter lagi. Gue lebih milih naik sepeda buat membakar lemak. Gue yang biasa jajan nasi kuning di sekolah tiap istirahat memutuskan buat gak pernah jajan lagi.

"De mama mau beli lele. Kamu mau gak?" kata Nyokap suatu hari

"Gak mau, aku gak makan malam". Demi kamu Lia, ampe lele crispy favorit gue pun gue lewatin,

Yakin deh Nyokap gue pasti bingung saat itu. Gue yang paling doyan makan lele, tumben-tumbenan nolak pas ditawarin lele. Biar lele gue lewatin yang penting Lia gak gue lewatkan, pikir gue saat itu.

Setelah beberapa Minggu kemudian, berat badan gue turun dratis, Gue jadi mengecil, pipi mulai kempes dan perut gue nyaris rata. Setelah liburan kenaikkan kelas dan gue ketemu Lia lagi setelah 1 bulan libur, reaksi dia adalah "Sani kok kurus gini? Kamu jadi jelek loh kalau kurus gini"

Anj*********************************

Dan cara yang sama ketika gue SMP itu akhirnya gue pakai kembali agar berat badan gue kembali normal. Beberapa temen gue pake cara extreme supaya kurus, misalnya gak makan seharian atau yang pernah gue liat ada yang nanem sejenis paku di deket telinga tujuannya untuk menghilangkan nafsu makan. Ngeri!

Gak perlu sih menurut gue pake cara-cara yang menyiksa tubuh. Tips dari gue, setiap pagi saat bangun minum air putih minimal 2 gelas. Abis minum olah raga ringan (kalau gue biasanya fitness santai).

Jam 10 Pagi makan buah-buahan dianjurkan pisang karena mengenyangkan. Siang hari saat makan siang baru makan berat. Tapi nasinya gak usah banyak-banyak, lauknya boleh banyak (dianjurkan sayur-sayuran).

Terus sejak mulai makan siang ampe Malam jangan makan lagi. Kalau laper ya makan pisang secukupnya dan gue tambahin dengan olah raga Malam seperti sepeda, renang (biar gue gak jago amat), futsal atau kadang basket.

Lakukan secara teratur dan yep setelah 3 Minggu berat badan gue turun 7 Kg. Masih belum normal sih butuh turun beberapa Kg lagi dan buat ngetest apakah diet gue berhasil atau tidak adalah dengan gue dateng ke Mbak Cindy lagi.

"Wah Sani, udah kurus lagi ya sekarang" kata Mbak Cindy ketika ngeliat gue.

"Jadi ganteng lagi kayak dulu gak?" goda gue

"Gak juga sih"

--__--

Over gue yang lain di Minggu ini adalah gue mengalami yang namanya Overload. Minggu ini pengiriman barang dari Clobberin Store bener-bener Overload. Jujur gue bener-bener keteteran karena gue kerjain sendiri semua dan wow luar biasa capek.

Rekor gue terjadi di hari Rabu kemarin, total ongkos kirim yang harus gue bayar mencapai 1,4 juta di hari itu.Biar ongkir ditanggung pembeli tapi tetep nyesek juga sih ngeliat angka 1,4 juta cuma buat ongkir doang.

"Lagi banyak orderan nih Kak Sani" kata Mbak Rani, operator JNE yang jadi langganan gue ngirim.

"Iya nih Mbak Rani. Itu mintain diskon dong ke bos, lumayan kan kalau dikasih potongan 10%" bujuk rayu gue.

"Bentar aku ke atas dulu. Tanyain ke bos, siapa tau dikasih"

Setelah menunggu 10 menit dan karena gue juga langganan di agen ini, gue dapet diskon 10% dari total biaya pengiriman. Buat ucapan terima kasih gue traktir Mbak Rani paket KFC buat doi makan malam.

Jam sudah menunjukkan jam 10 Malam, jalanan sudah mulai sepi. Gue angkat tangan gue tinggi-tinggi, ada rasa capek yang sangat, ada kelelahan yang mendera tapi ada juga rasa bersyukur yang besar untuk semua berkat ini.